Keren, Mahasiswa UGM Ubah Labu Siam Jadi Obat Kanker

Mahasiswa UGM berhasil menemukan manfaat labu siam sebagai obat kanker kulit

oleh Edmiraldo Siregar diperbarui 24 Jul 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2017, 14:00 WIB
Mahasiswa UGM
Sekelompok mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta, menemukan salep Labu Siam sebagai obat kanker kulit. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Jakarta Kanker merupakan penyakit ganas yang bisa berpotensi membahayakan nyawa manusia. Pengobatan medis untuk penyakit kanker pun relatif mahal dan kerap kali memberatkan pasien. Namun siapa sangka, buah labu siam ternyata bisa dimanfaatkan sebagai obat alternatif.

Sekelompok mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), baru-baru ini meneliti manfaat labu siam. Hasilnya, ekstrak sayur buah yang dikenal dengan sebutan jipang itu dijadikan salep yang bisa mengobati kanker kulit.

Adalah Dwi Jami Indah Nurhasanah, Bening Larasati, Dea Febiansi, dan Dhella Apriliandha Roshitafandi yang mengadakan penelitian untuk mengetahui senyawa antikanker dalam labu siam secara detail.

Mereka mengadakan uji kualitatif, uji kuantitatif, serta uji anti proliferasi menggunakan sel line yang memiliki sifat proliferasi yang sama dengan sel kanker. Sampel yang diuji berupa ekstrak labu siam dalam bentuk pasta.

Uji kualitatif adalah uji kromatografi lapis tipis, sedangkan uji kuantitatif adalah uji spektrofotometri. Dalam pengujian, labu siam dibagi menjadi tiga parameter berdasarkan ukuran buahnya. Asumsinya, semakin besar ukuran buah, maka umur dari buah tersebut semakin tua.

"Hasilnya, menunjukkan dari ketiga parameter umur labu siam yang digunakan, semuanya mengandung senyawa saponin dan flavonoid yang merupakan senyawa metabolit sekunder dan mempunyai sifat sebagai antikanker," ucap Indah, belum lama ini.

Selanjutnya, mengolah labu siam menjadi ekstrak. Ekstrak tersebut diolah dalam bentuk salep dan hasil uji antiproliferatif menunjukkan positif. "Artinya, ekstrak labu siam yang diujikan dapat menghambat pertumbuhan sel," ujar mahasiswa UGM tersebut.

Indah menuturkan, penelitian ini bermula dari keprihatinan terhadap kanker kulit Melanoma maligna merupakan salah satu jenis kanker yang bersifat ganas, cepat menyebar, dan menyebabkan kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mencatat, setidaknya terdapat 3.300 kasus melanoma baru yang terjadi setiap tahun di Indonesia. Melanoma dapat muncul pada kulit normal atau berawal dari tahi lalat. Perubahan tahi lalat normal menjadi melanoma ini terkadang tidak disadari oleh sebagian besar masyarakat.

Mahasiswa UGM ini menilai, selain sebagai terobosan unik, salep tersebut juga meningkatkan nilai ekonomis labu siam yang selama ini hanya dianggap sebagai sayur pelengkap. Padahal, labu siam memiliki banyak manfaat lainnya.

Hebat ya teman-teman kita di UGM ini.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya