Liputan6.com, Jakarta “Sholat adalah tiang agama, maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama (Islam) itu dan barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu.”
Baca Juga
Hadist di atas riwayat Al Baihaqi yang menekankan keutamaan menunaikan ibadah sholat. Dengan demikian, jelas artinya bahwa sholat wajib hukumnya untuk dilakukan tiap umat Islam baik laki-laki maupun perempuan.
Advertisement
Lebih jauh, sholat terdiri dari sholat wajib atau sholat fardhu, dan sholat sunnah. Sebenarnya, sholat boleh dilakukan secara sendiri (munfarid) atau tanpa perlu pergi ke masjid. Namun, amat sangat dianjurkan untuk melakukannya secara berjama'ah, apalagi berjamaah di masjid, karena pahala yang didapat dalam sholat berjamaah adalah 27 kali lipat dari sholat sendiri.
Dengan begitu, seluruh umat Islam harus mengamalkan sholat berjamaah agar mendapat pahala serta dijauhkan dari hal-hal tercela. Selain itu, sholat berjamaah memiliki banyak keutamaan lain yang perlu diperhatikan tiap umat Islam.
Namun, sebelum membahas keutamaan sholat berjamaah, terdapat adab sholat berjamaah di masjid yang nampaknya sering dilupakan umat muslim.
Adab sholat berjamaah di masjid adalah memilih pakaian yang bagus, mengambil air wudhu dari rumah, membaca doa dalam perjalanan menuju masjid, membaca doa saat masuk ke dalam masjid, melaksanakan shalat sunnah dua rakaat sebelum duduk.
Selain itu memanfaatkan waktu antara adzan dan iqomah dengan amalan yang bermanfaat, merapikan barisan shalat, tidak mendahului imam, serta membaca doa keluar masjid.
Setelah mengetahui adab sholat berjamaah di masjid, berikut Liputan6.com Senin (21/1/2019) sajikan keutamaan sholat berjamaah dan tata cara sholat berjamaah yang benar agar ibadah diterima oleh Allah SWT.
Keutamaan Sholat Berjamaah di Masjid
- Pahala 27 Kali Lipat
Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda bahwa “Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dibanding shalat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian, akan sangat disayangkan jika seorang umat muslim melewatkan sholat berjamaah untuk sholat sendirian karena pahala yang didapatkan jauh berbeda. Namun, jika keadaan tidak memungkinkan, sholat sendirian pun diizinkan selama tidak meninggalkan sholat.
- Mendapatkan Naungan dari Allah SWT Pada Hari Kiamat
Hal ini sesuai sabda Rasulullah yang menjelaskan bahwa hanya 7 golongan umat muslim yang akan mendapatkan naungan dari Allah SWT pada hari kiamat, yaitu salah satunya adalah “seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid.”
- Allah SWT akan Meninggikan Derajat
Bagi orang-orang yang menunaikan sholat berjamaah di masjid, Allah SWT menjanjikan kenaikan derajat dan menghapus dosa yang telah dilakukan di dunia. Seperti dalam hadist riwayat muslim berikut:
”Menyempurnakan wudhu’ pada saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-tibath (berjuang di jalan Allah).” (HR. Muslim)
- Allah SWT Menjanjikan Surga
Rosulullah Sholallahu Alaihi Wasalam bersabda
“Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud)
Advertisement
Tata Cara Sholat Berjamaah
Sebelum mulai membahas tata cara sholat berjamaah, perlu dijelaskan kembali bahwa sholat jamaah terdiri dari imam dan makmum. Imam adalah seseorang yang memimpin sholat berjamaah.
Syarat-syarat penunjukan seorang imam ialah seorang muslim, akil, baligh, laki-laki (khusus untuk imam di masjid), ahli Al-Quran, dan suci dari hadats besar maupun kecil.
Sementara itu, makmum adalah mereka yang mengikuti sholat di belakang imam. Seorang makmum tidak boleh mendahului gerakan dan bacaan Imam, dan harus suci dari hadats besar maupun kecil sama seperti seorang Imam.
Selanjutnya, tata cara sholat berjamaah umumnya memiliki urutan sama seperti sholat munfarid (sendiri). Bedanya terdapat pada tata cara makmum dalam mengikuti gerakan dan bacaan imam. Selebihnya, urutan sholat berjamaah sama dengan sholat munfarid.
Niat Sholat Berjamaah
Tata cara sholat berjamaah yang paling utama dan paling penting adalah membaca niat sholat berjamaah. Sebelum melakukan sholat berjamaah, baik imam dan makmum harus membaca niat sholat berjamaah yaitu sebelum takbiratul ikhram. Berikut ini adalah niat sholat berjamah yang harus dibaca oleh imam, contoh sholat dhuhur:
“Ushollii fardhosh dhuhri arba'a raka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-an imaamaa lillaahi ta'aala.”
Bacaan niat sholat berjamaah bagi makmum:
“Ushollii fardhosh dhuhri arba'a raka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-an ma'muuman lillaahi ta'aala.”
Makmum Berdiri di Belakang Imam
Tata cara sholat berjamaah selanjutnya adalah mengenai posisi makmum dan imam saat sholat jamaah. Posisi makmum saat shalat berjamaah harus berada di belakang imam. Minimal tumit makmum tidak boleh mendahului tumit imam. Jika posisi makmum di depan imam, maka shalat berjamaah dianggap tidak sah.
Mengikuti Gerakan Imam
Karena shalat berjamaah dipimpin imam, maka makmum wajib mengikuti seluruh gerakan imam. Shalat berjamaah bisa jadi batal jika makmum tidak mengikuti gerakan imam. Contohnya, ketika imam sujud, makmum kemudian mengikuti gerakan sujud beserta bacaan doanya.
Mengetahui Gerakan Imam
Makmum harus mengetahui setiap gerakan imam. Jika makmum berada jauh dari imam, dia harus memastikan bahwa dia bisa mengetahui gerakan imam. Supaya dia tidak ketinggalan dan terlambat.
Imam dan Makmum berada dalam Satu Masjid
Jarak antara makmum dan imam tidak boleh terlalu jauh dan harus berada dalam satu masjid. Meskipun makmum berada di luar masjid, misalnya shalat di teras masjid karena saking ramainya jamaah, dianggap tetap sah selama masih dalam satu masjid dan makmum bisa mengetahui gerakan imam.
Reporter: Yunisda Dwi Saputri