Demi Selamatkan Kucing Terlantar, Pria Ini Rela Tinggal di Zona Radiasi Nuklir

Seorang pria di Jepang rela tinggal di zona nuklir Fukushima untuk selamatkan dan merawat kucing terlantar.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mar 2021, 12:07 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2021, 12:07 WIB
Sakae Kato dan kucing-kucingnya
Sakae Kato bermain dengan kucing yang dia selamatkan di rumahnya, di zona terlarang di Namie, Prefektur Fukushima, Jepang, Kucing itu bernama Mokkun dan Charm, yang sama-sama terinfeksi virus leukemia.. (Foto: Reuters).

Liputan6.com, Jakarta Jepang - Satu dekade lalu, Sakae Kato memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya, di Namie, Prefektur Fukushima, untuk menyelamatkan kucing telantar. Daerah itu merupakan zona terlarang karena adanya radiasi nuklir.

Kota tersebut telah menjadi kota tak berpenghuni karena peristiwa tsunami yang menyebabkan kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Kato berniat untuk merawat kucing-kucing dan hewan peliharaan lain yang ditinggalkan tetangganya karena melarikan diri dari radiasi nuklir.

"Saya ingin memastikan bahwa saya di sini untuk mengurus (kucing) yang terakhir kali. Setelah itu saya ingin mati, entah itu sehari atau satu jam kemudian," kata Sakae Kato, seperti dikutip dari Asia One, Kamis (04/03/2021).

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Merawat Banyak Kucing dan Hewan Lain

Kucing yang diselamatkan oleh Sakae Kato
Kucing yang diselamatkan oleh Sakae Kato (Foto: Reuters).

Kato telah merawat 41 kucing dan hewan peliharaan lainnya di rumahnya dan di bangunan kosong miliknya. Kucing-kucing yang mati sebanyak 23 kucing telah dikubur di kebunnya. 

Ia juga meninggalkan makanan untuk kucing liar di gudang penyimpanan yang telah dipanaskan dengan kompor parafin. Selain kucing, seekor anjing yang diberi nama Pochi juga telah ia selamatkan. Kato memenuhi kebutuhan air untuk hewan tersebut dengan mengambil air dari pegunungan terdekat dan toilet umum.

 


Dulunya Seorang Pebisnis

Sakae Kato dan seekor kucing
Sakae Kato berbaring di tempat tidur di sebelah Charm, seekor kucing yang ia selamatkan lima tahun lalu yang terinfeksi virus leukemia (Foto: Reuters).

Sebelum mengurus kucing terlantar, pria berusia 57 tahun itu adalah seorang pemilik bisnis konstruksi kecil. Ia dengan niat yang tulus rela tinggal di zona terlarang yang terkena radiasi nuklir, setelah 160 ribu orang lainnya pindah ke daerah lain.

Alasannya karena ia terkejut dan merasa kasihan pada beberapa hewan peliharaan yang mati di rumah kosong, yang pernah ia hancurkan. “Saya tidak ingin pergi, saya suka tinggal di pegunungan ini,” katanya sambil berdiri di depan rumahnya. Diketahui, tanah yang ia tinggali di zona terlarang adalah milik keluarganya selama tiga generasi.

 


Kondisi Rumah Rusak

Sakae Kato
Sakae Kato makan mie instan untuk makan malam di rumahnya (Foto: Reuters).

Rumah kayu dua lantai milik Kato sudah dalam kondisi yang memprihatinkan. Papan lantainya sudah membusuk, banyak lubang karena panel dinding dan genteng sebagai penahan hujan copot oleh gempa bumi pada bulan Februari 2021. “Mungkin berlangsung dua atau tiga tahun lagi (akan rubuh). Dindingnya sudah mulai miring,” tutur Kato.

Gempa bumi berkekuatan 7,3 skala richter itu membangkitkan kenangan buruk pada gempa bulan Maret 2011. Saat itu, gempa menyebabkan tsunami dan ledakan nuklir di daerah Fukushima.

 


Menghabiskan Puluhan Juta

Sakae Kato sedang menyiapkan makanan kucing.
Sakae Kato menyiapkan makanan untuk kucing terlantar dan liar di gudang di zona terlarang di Namie, Prefektur Fukushima, Jepang (Foto: Reuters).

Kato memperkirakan telah menghabiskan sekitar $ 7.000 atau Rp99.980.650 dalam sebulan untuk hewan yang dirawatnya. Sebagian uang tersebut digunakan untuk membeli makanan anjing serta untuk babi hutan yang kerap berkumpul di dekat rumahnya saat matahari terbenam.

Babi hutan itu dianggap sebagai hama oleh para petani, serta disalahkan karena merusak rumah-rumah kosong.

Pada 25 Februari lalu, Kato ditangkap oleh aparat setempat karena dicurigai membebaskan babi hutan di dalam perangkap yang dibuat oleh pemerintah Jepang pada November lalu.

Penulis:

Syifa Aulia

UPN Veteran Jakarta

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya