Studi: Terbiasa Melewatkan Sarapan, Jantungmu dalam Bahaya

Ternyata terbiasa tidak sarapan dapat memberikan efek buruk terhadap kesehatan jantung

oleh Sulung Lahitani diperbarui 01 Jun 2021, 14:02 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2021, 14:02 WIB
Penyakit Kardiovaskuler
Ilustrasi Penyakit Jantung Koroner Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Agar tubuh tetap sehat, penting untuk menjaga asupan makan berat setidaknya tiga kali sehari. Sayangnya, kesibukan sering kali membuat Anda lupa makan.

Bahkan faktanya, penelitian telah menemukan bahwa melewatkan satu kali waktu makan tertentu dapat membahayakan jantung Anda. Apa itu?

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Orang yang melewatkan sarapan lebih mungkin terkena penyakit jantung

[Bintang] Ilustrasi Makanan Sereal
Cukupkah sarapan dengan sereal dan susu setiap harinya? Cari tahu di sini! (Sumber Foto: choice.com.au)

Sebuah meta-analisis tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Nutrition menggarisbawahi temuan tujuh studi berbeda terkait kesehatan jantung dan melewatkan sarapan. Para peneliti menganalisis lebih dari 221.730 peserta dan menemukan bahwa melewatkan sarapan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 22 persen.

Meta-analisis 2019 lainnya yang diterbitkan dalam Journal of Cardiovascular Development and Disease menemukan hasil serupa setelah menganalisis data dari empat studi berbeda dari AS dan Jepang. Menurut penelitian ini, mereka yang rutin melewatkan sarapan pagi 21 persen lebih mungkin mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan orang yang rutin mengonsumsi sarapan.

 

Lebih mungkin meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan jantung

sarapan
ilustrasi oats/Photo by Eiliv-Sonas Aceron on Unsplash

Sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology menemukan bahwa orang yang melewatkan sarapan juga lebih mungkin meninggal karena masalah terkait jantung. Para peneliti mengamati tingkat kematian untuk 6.550 orang Amerika berusia 40 hingga 75 tahun dari 1988 dan 2011, dengan sekitar 15 persen mengatakan mereka "tidak pernah" atau "jarang" sarapan.

Ketika menyesuaikan dengan berbagai faktor lainnya, para peneliti menyimpulkan bahwa pasien yang secara teratur melewatkan sarapan pagi meningkatkan kemungkinan kematian mereka karena sebab apa pun sebesar 19 persen. Tetapi mereka meningkatkan risiko kematian akibat kejadian yang berhubungan dengan jantung seperti serangan jantung atau stroke sebesar 87 persen dibandingkan dengan orang yang sarapan setiap hari.

Studi lain dari tahun yang sama juga menemukan bahwa melewatkan sarapan meningkatkan potensi Anda untuk hasil yang lebih buruk setelah serangan jantung. Para peneliti untuk penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Preventive Cardiology, menganalisis kebiasaan makan 113 pasien serangan jantung dan menemukan bahwa mereka yang melewatkan sarapan dan makan malam menjelang waktu tidur empat sampai lima kali lebih mungkin meninggal akibat serangan jantung, atau mengalami angina dalam 30 hari setelah keluar dari rumah sakit.

 

Orang yang melewatkan sarapan cenderung lebih tidak sehat

Ilustrasi sarapan dengan roti dan alpukat
Ilustrasi sarapan dengan roti dan alpukat. Photo by Kate Hliznitsova on Unsplash

Menurut American Heart Association (AHA), penelitian lain menemukan bahwa orang yang melewatkan sarapan lebih mungkin menderita diabetes, obesitas, dan kolesterol tinggi. Sayangnya, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ketiga komplikasi ini merupakan faktor risiko penyakit jantung. AHA juga mencatat bahwa orang yang melewatkan sarapan cenderung memiliki kebiasaan tidak sehat lainnya, termasuk tidak berolahraga dan mengonsumsi lebih banyak kalori sepanjang hari.

"Secara keseluruhan, tidak sarapan adalah penanda untuk menjadi tidak sehat dan memiliki gaya hidup yang tidak sehat," ujar Penny Kris-Etherton , PhD, seorang profesor nutrisi di Penn State University dan ketua AHA's Council on Lifestyle kepada Healthline.

"Apa yang kita makan dan juga bagaimana kita menjalani hidup kita dapat memengaruhi berat badan, lingkar pinggang, dan, pada gilirannya, penyakit kardiovaskular."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya