Liputan6.com, Jakarta Gunung Semeru yang akrab disapa Mahameru oleh masyarakat Jawa, bukan hanya mencuri perhatian sebagai gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian mencapai 3.676 meter di atas permukaan laut. Gunung ini juga terlibat dalam beragam mitos menarik, dianggap sebagai tempat tinggal para dewa dalam kepercayaan lokal serta menjadi sumber cerita mitos yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dalam mitos-mitos yang tersebar di kalangan masyarakat setempat, terdapat tujuh cerita yang mungkin belum banyak diketahui oleh orang banyak. Kisah-kisah ini tidak hanya mencerminkan kebijaksanaan lokal nya saja melainkan juga menggambarkan kekudusan dan kekuatan mistis Gunung Semeru.
Baca Juga
Keberadaan gunung ini tidak hanya memukau sebagai pemandangan alam yang menantang untuk didaki, melainkan juga menciptakan ruang untuk refleksi dan kontemplasi. Mitos-mitos tersebut menjadi jendela untuk memahami kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat yang dapat menambah dimensi kearifan yang tertanam dalam identitas budaya Jawa.
Advertisement
Kisah-kisah ini menjadi warisan budaya, menghadirkan nuansa magis pada keagungan Gunung Semeru. Dengan demikian, gunung ini tidak hanya mempesona sebagai objek wisata alam yang megah, tetapi juga menyajikan pengalaman mendalam dalam memahami kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Jawa.
1. Danau Ranu Kumbolo
Danau Ranu Kumbolo, yang terletak di kaki Gunung Semeru ini bukan hanya merupakan tempat yang memikat dari segi alam, tetapi juga menyimpan nuansa mistis dan kegiatan ritual keagamaan. Pendaki yang melewati rute yang melelahkan menuju destinasi ini dihadapkan pada beberapa larangan tertentu.
Berada pada ketinggian 2.389 meter di atas permukaan laut, danau ini dipenuhi dengan misteri dan kepercayaan lokal yang masih sangat kental di mana masyarakat setempat meyakini bahwa dewi berpakaian kebaya kuning tinggal di dalamnya. Pengunjung, termasuk pendaki, diingatkan untuk tetap menghormati keyakinan ini dengan menjaga jarak minimal 10 meter dari tepi danau saat mendirikan tenda.
Bahkan terdapat aturan larangan mandi dan mencuci diterapkan sebagai tindakan penghormatan terhadap nilai-nilai keagamaan yang diyakini oleh komunitas sekitar.
Ranu Kumbolo bukan hanya menjadi tujuan wisata alam yang menakjubkan, tetapi juga memperlihatkan keberlanjutan tradisi dan kepercayaan lokal. Larangan-larangan yang diberlakukan mencerminkan hubungan yang kuat antara alam dan budaya di daerah ini dengan bagaimana masyarakat setempat menjaga keberlanjutan danau beserta nilai-nilai kepercayaan yang melekat padanya.
Advertisement
2. Ikan Mas
Menurut legenda kuno yang diwariskan dari generasi ke generasi, terdapat cerita mengenai ikan mas yang diyakini sebagai reinkarnasi dewi penjaga keindahan Ranu Kumbolo. Kisah ini menambahkan unsur magis dan aspek spiritual di sekitar danau yang menawan ini.
Mitos yang berkembang menyatakan bahwa dewi berpakaian kebaya kuning sering berubah menjadi ikan mas besar yang bertugas menjaga wilayah Ranu Kumbolo. Aturan untuk tidak menangkap ikan pun dengan apa pun jenisnya, di danau ini menjadi bagian integral dari keyakinan yang tumbuh di kalangan penduduk setempat.
Dengan menghadirkan narasi kuno tentang reinkarnasi dewi dan larangan menangkap ikan, Ranu Kumbolo tidak hanya menjadi tujuan alam yang menakjubkan, tetapi juga menjadi tempat yang dihormati dan dijaga dengan penuh keyakinan. Keberadaan ikan mas sebagai reinkarnasi dewi penjaga keindahan menjalin erat keterkaitan antara mitos, spiritualitas, dan pemeliharaan lingkungan di wilayah ini.
3. Dewi Berkebaya Kuning
Selain cerita mengenai ikan mas yang merupakan reinkarnasi dewi penjaga keindahan, danau ini juga disebut dijaga oleh seorang dewi yang sering muncul dengan mengenakan kebaya kuning. Cerita ini menjadi bagian tak terpisahkan dari mitos yang mengelilingi danau favorit para pendaki.
Menurut legenda yang berkembang, penunggu wanita berkebaya kuning tersebut menjadi dasar dari berbagai larangan yang diberlakukan di sekitar danau.
Pendaki dilarang untuk mandi, mencuci, atau mendirikan tenda dengan jarak kurang dari 10 meter dari tepi danau. Bahkan, aktivitas memancing di Ranu Kumbolo juga tidak diizinkan, karena diyakini bahwa penunggu wanita berkebaya kuning dapat berubah menjadi ikan emas besar.
Larangan-larangan ini bukan hanya sebagai peraturan praktis untuk menjaga kebersihan danau, tetapi juga sebagai wujud penghormatan terhadap kehadiran makhluk mistis yang dianggap menjaga danau tersebut.
Dengan demikian, peraturan-peraturan ini menjadi elemen penting dalam pengalaman spiritual dan budaya bagi para pendaki yang menjelajahi danau Ranu Kumbolo. Kehadiran penunggu wanita berkebaya kuning memberikan dimensi keangkeran dan kagum dalam petualangan di kaki Gunung Semeru ini.
Advertisement
4. Tanjakan Cinta
Tanjakan Cinta atau yang dikenal sebagai Bukit Cinta, bukan hanya merupakan ujian fisik bagi para pendaki dalam mencapai puncak Mahameru. Meskipun tidak memiliki kemiringan yang terlalu curam, tanjakan ini memiliki panjang yang cukup, memberikan pengalaman yang melelahkan bagi para pendaki. Legenda yang berkembang menyatakan bahwa kunci keberhasilan dalam cinta terletak pada cara pendaki melintasi rute ini.
Dalam kepercayaan lokal, melewati Tanjakan Cinta tanpa berhenti dan tanpa menoleh ke belakang sambil memikirkan pujaan hati diyakini dapat membawa hasil positif dalam urusan cinta. Harapan untuk cinta yang berhasil dapat terwujud jika pendaki dapat mempertahankan fokus dan tekadnya hingga mencapai puncak.
Namun, mitos ini juga memberikan peringatan bahwa menoleh ke belakang di tengah perjalanan dapat membawa akibat yang menyedihkan pada kisah cinta seseorang.
Perjalanan melalui Tanjakan Cinta tidak hanya melibatkan tantangan fisik semata tetapi juga memasukkan elemen romantis dan spiritual yang menarik. Pendaki perlu menemukan keseimbangan antara kelelahan fisik dan pemeliharaan konsentrasi pada harapan cinta.
5. Paku Pulau Jawa
Menurut warisan keyakinan yang turun-temurun, Gunung Semeru dianggap sebagai paku Pulau Jawa berdasarkan sebuah peristiwa yang diperjelas dalam Tantu Pagelaran kuno.
Mitos ini membawa makna mendalam tentang harmoni alam dan peran para dewa dalam menjaga keseimbangan di Pulau Jawa. Gunung Semeru tidak hanya dianggap sebagai pemandangan indah atau tantangan pendakian yang menantang, melainkan juga sebagai lambang kebijaksanaan dan pengaturan alam yang melibatkan campur tangan dari dimensi spiritual.
Cerita ini membentuk ikatan antara geografi dan mitologi, menggambarkan keyakinan bahwa gunung ini bukan hanya unsur alam semata, tetapi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya dan spiritual masyarakat setempat.
Advertisement
6. Mbah Dipo
Mbah Dipo yang dianggap seorang kuncen telah meninggalkan dunia ini, meninggalkan kesan mendalam di kalangan masyarakat yang terkait dengan Gunung Semeru. Walaupun telah berpulang, warisannya tetap terjaga dan dihormati oleh warga setempat.
Salah satu pesan berharga yang ditinggalkan oleh Mbah Dipo adalah saat terjadi letusan Gunung Semeru, warga sebaiknya mengarah ke sungai untuk menghindari bahaya erupsi, dan diingatkan untuk tidak mendekati Gunung Sawur. Pesan ini mencerminkan kebijaksanaan lokal dan pengalaman panjang Mbah Dipo dalam menjaga keselamatan serta kesejahteraan masyarakat di sekitar gunung.
Melalui pesannya, Mbah Dipo tidak hanya memberikan petunjuk praktis menghadapi potensi bencana alam tetapi juga menunjukkan hubungan erat antara manusia dan alam.
Warisan berharga Mbah Dipo menjadi pedoman bagi masyarakat setempat, mengajarkan kearifan dalam menghadapi potensi bahaya alam, dan menegaskan pentingnya menghormati kekuatan alam. Sehingga, nama Mbah Dipo terus hidup sebagai pelindung kearifan dan keselamatan di kaki Gunung Semeru.
7. Puncak Abadi Para Dewa
Mahameru mendominasi puncak tertinggi di Pulau Jawa yang menjulang tinggi melebihi Gunung Slamet, Sumbing, Sindoro, atau Gede Pangrango. Lebih daripada sekadar ketinggian fisiknya, Mahameru juga diakui sebagai puncak yang dianggap kekal bagi para dewa, menghubungkan dunia manusia dengan surga. Walaupun dikelilingi oleh mitos dan kepercayaan, daya tarik Gunung Semeru dan tekad para pendaki untuk mencapai puncak Mahameru tetap tidak tergoyahkan.
Menurut kitab Tantu Panggelaran, mitos Gunung Semeru menjadi lebih dalam dengan cerita bahwa gunung ini awalnya merupakan puncak Gunung Meru di India, yang dibawa oleh Dewa Brahma dan Dewa Wisnu ke Tanah Jawa. Sebagai penopang bumi, Gunung Semeru menjadi elemen penyeimbang yang mengakhiri gelombang-gelombang pergerakan Pulau Jawa di tengah lautan.
Keyakinan akan keberadaan Dewa Brahma dan Wisnu di puncak Gunung Semeru memotivasi masyarakat Hindu untuk secara berkala menyelenggarakan upacara sesaji setiap 8-12 tahun sebagai bentuk penghormatan kepada dewa-dewa tersebut.
Puncak Gunung Semeru dianggap sebagai tempat yang suci, yang menjadi tempat kediaman para dewa Hindu dan sebagai titik penghubung antara dunia manusia dengan kahyangan. Mitos ini tidak hanya menambahkan dimensi spiritual pada Gunung Semeru, melainkan juga memperkaya warisan budaya dan keyakinan masyarakat yang terus dijaga dan dijunjung tinggi.
Advertisement
Question and Answer
1. Kapan Mbah Dipo Meninggal?
Mbah Dipo wafat pada tahun 2007, dan setelah itu, tugasnya sebagai kuncen Gunung Semeru diwariskan kepada istri ketiga. Sebelum meninggal, Mbah Dipo meninggalkan pesan berharga.
2. Apa Arti Kata Semeru?
Makna kata 'Semeru' berasal dari bahasa Jawa, memiliki signifikansi yang dalam dalam konteks kebudayaan dan mitologi Jawa. Secara harfiah, 'Semeru' dapat diartikan sebagai "se" yang berarti "selalu" atau "terus-menerus," dan "meru" yang merujuk pada "Gunung Meru." Gunung Meru sendiri dalam mitologi Hindu dan Buddha dianggap sebagai gunung suci tertinggi yang menjadi pusat alam semesta.
Dalam konteks Gunung Semeru di Pulau Jawa, nama ini mencerminkan keindahan dan spiritualitas yang melekat pada gunung tersebut. Arti "Selalu Meru" dapat diinterpretasikan sebagai keabadian atau keagungan gunung ini, dianggap sebagai tempat suci dan mistis di kalangan masyarakat setempat. Nama ini mencerminkan penghargaan terhadap kehadiran Gunung Semeru dalam kehidupan dan keyakinan budaya Jawa.
Advertisement
3. Apa Bedanya Gunung Semeru dan Mahameru?
Gunung Semeru dan Mahameru, sebenarnya, adalah dua elemen yang membentuk satu kesatuan yang megah. Gunung Semeru adalah sebutan untuk gunung itu sendiri yang terletak di Jawa Timur, sementara Mahameru adalah nama puncak tertingginya.
Dalam aspek administratif, Gunung Semeru melintasi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, menambah kompleksitas dan keunikan gunung ini. Dengan dua istilah yang kerap dipakai bergantian, Gunung Semeru dan Mahameru menciptakan identitas yang kuat bagi masyarakat setempat dan para pendaki yang terpesona oleh keindahan serta keagungan gunung tertinggi di Pulau Jawa.