Delipel Cake, Bolu Nanas Oleh-oleh Khas Subang

Subang merupakan salah satu sentra komoditas buah nanas ungggulan. Dari dulu hingga sekarang, nanas "Simadu masih menjadi buah bibir.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Okt 2013, 16:24 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2013, 16:24 WIB
131010bnanas.jpg
Citizen6, Subang: Kabupaten Subang adalah sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Barat. Kota ini berbatasan langsung dengan Karawang dan Purwakarta di sebelah barat, Bandung di sebelah selatan, dan Indramayu serta Sumedang di sebelah timur.

Tidak seperti kota-kota lainnya, Kota Subang belumlah terkenal terutama bagi penduduk di luar Pulau Jawa. Terbukti, saat saya mengunjungi pulau Batam dan Makassar, dan ditanya asal daerahnya darimana. Mereka selalu bertanya,"Dimana tuh Subang".  Lalu, dengan spontan saya pun menjawab,"Itu loh dekat Bandung," kata saya.

Meskipun begitu, saya tetap bangga dengan Kota Subang. Kota dimana saya dilahirkan dan dibesarkan ini, kaya akan beragam destinasi wisata dan kesenian. Beragam destinasi wisata tersebut seperti Gunung Tangkuban Perahu, Pemandian Air Panas Ciater, Ciater Highland, Curug (air terjun) Cijalu, Curug Cileat, Curug Bentang, Curug Cipalias, Curug Cibareubeuy, Curug Paok, Curug Ponggang, Curug Kembang, Pantai Pondok Bali, Pantai Kelapa Patimban, Wisata Air Panas Batu Kapur, Penangkaran Buaya Desa Blanakan, Desa Wisata Wangunharja, Situ Saradan, Situ Cigayonggong, Situ Telun, Muara Kali Blanakan, Muara Kali Ciasem, Muara Kali Pepetan, Bumi Perkemahan Pamoyanan, Perkebunan Teh, Perkebunan Karet, dan Gedung Bersejarah Kalijati. Adapun kesenian daerah Subang, di antaranya Seni Budaya Sisingaan, Tari Jaipongan, Wayang Golek, Toleat, Gembyung, Ketuk Tilu, dan Debus.

Berhubungan dengan kuliner dan oleh-oleh, ternyata, Subang merupakan salah satu sentra komoditas buah nanas ungggulan. Berbicara tentang oleh-oleh khas Subang, Nanas "Simadu" masih menjadi buah bibir dari dahulu hingga sekarang, karena nanas ini merupakan nanas khas Subang. Nanas (Ananas commosus (L) Merr) sebenarnya bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari Brasil dan dibawa masuk ke Indonesia melalui pulau Jawa dan Sumatera oleh para pelaut Spanyol dan Portugal pada abad XV. Karena Subang terkenal dengan kota nanas, maka oleh-oleh khas Subang yang selanjutnya berkembang dan menjadi primadona adalah produk olahan nanas.

Produk olahan nanas dirintis oleh Pak Ade Patas pada 1997 saat ia menjabat sebagai kepala desa. Ide usaha ini berawal dari permasalahan hasil panen raya nanas di daerah Subang yang berlimpah, membuat harga nanas murah dan banyak yang busuk, sehingga tidak laku terjual. Untuk produk olahan pertama yang dibuat dari nanas adalah wajit, Sirop, jus, dan dodol. Sedangkan untuk produk olahan terbarunya yang berhasil dikembangkan sekarang ini adalah keripik dan kerupuk nanas.(jabarprov.go.id).

Pernah suatu ketika, saya bingung mencari oleh-oleh buat teman-teman di Batam karena sudah sering membawa oleh-oleh di atas, jangan-jangan mereka bosan. Berawal dari iseng-iseng mendengar radio lokal Subang, akhirnya saya tahu bahwa tahun ini ada produk baru olahan nanas yang bermerek Delipel Cake. Pikir saya, ini bisa jadi alternatif oleh-oleh. Setelah mendapatkan alamatnya, saya pun mengunjungi tempat penjualan produk tersebut.

Wah, bisa jadi altternatif oleh-oleh nih, pikir saya. Berbekal alamat dari iklan itu, saya mencoba mengunjungi tempat penjualan produk tersebut. Sebuah rumah yang bersih dan asri di Jalan Sompi, gang Tahu No. 6, merupakan tempat produksi sekaligus outlet satu-satunya Delipel Cake. Ada 5 variasi topping atau rasa Delipel Cake yaitu coklat, keju, almond, cranberry, dan mix (perpaduan keempat rasa tersebut). Pada bagian belakang kemasan, terlihat beberapa foto kawasan wisata dan kesenian di Subang yang bikin saya semakin mantap untuk bisa mengenalkan Kota Subang kepada teman-teman.
 
Karena penasaran, saya pun mewawancarai pemilik Kinanti Bakery, produsen Delipel Cake yaitu, Wilma, untuk mengetahui asal usul produk yang mulai dipasarkan kepada masyarakat Subang sejak akhir Maret 2013 ini. Beliau pun menjelaskan bahwa tidak mudah untuk membuat Delipel Cake karena produk ini merupakan inovasi baru, sehingga memerlukan waktu 3 bulan untuk mencoba semua resep yang dikembangkan. Tetapi, berkat dukungan sang adik, yaitu Meilly, akhirnya riset ini pun selesai juga. Tidak heran, karena Meilly adalah alumni dari Teknologi Pangan dan Gizi IPB.

Pertanyaan yang sering dilontarkan konsumen yang pertama kali membeli Delipel Cake termasuk saya adalah, nanas kan banyak airnya, bagaimana bisa dijadikan bolu? Bukannya bolunya bisa bantat. Hal ini memang menjadi tantangan tersendiri dalam proses pembuatan Delipel Cake, jelas Melly. Kuncinya adalah pemilihan bahan-bahan yang berkualitas disertai dengan takaran yang tepat. Untuk menjaga kualitas rasa dan aroma, nanasnya pun dipilih yang matang, manis, dan harum.

Bolu ini juga sengaja tidak diberi pengawet kimia, sehingga tidak heran masa kadaluarsanya hanya 3 hari. Mengenai harga, Wilma membandrol semua varian Delipel Cake dan Delipel Cupcake perboksnya dengan harga 30 ribu jika membeli langsung ke rumahnya.

"Harganya dari awal dipasarkan sampai saat ini belum berubah, meskipun dampak dari kenaikan BBM dan melemahnya rupiah terhadap US dolar terasa sekali, karena harga bahan-bahan mengalami kenaikan," sahut Wilma. Di samping itu, mudah-mudahan harga ini masih terjangkau oleh semua kalangan," tambahnya. (Rian Pebriana/Mar)

Rian Pebriana adalah Mahasiswa S3 Kimia ITB dan pewarta warga.

Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.  


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya