Lanjutkan Penguatan, Bisakah Harga Bitcoin Capai USD 100.000?

Dalam lima minggu hingga 8 November 2024, aliran masuk dana ke ETF BTC spot tercatat mencapai USD 7,56 miliar atau setara Rp 118,7 triliun.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 12 Nov 2024, 18:31 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2024, 18:31 WIB
Lanjutkan Penguatan, Bisakah Harga Bitcoin Capai USD 100.000?
Bitcoin (BTC) baru saja menembus level tertinggi sepanjang masa di USD 89.000 atau setara Rp 1,40 miliar (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin (BTC) baru saja menembus level tertinggi sepanjang masa di USD 89.000 atau setara Rp 1,40 miliar (asumsi kurs Rp 15.667 per dolar AS) setelah permintaan terhadap ETF BTC spot AS melonjak pasca kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden.

Selama lima minggu hingga 8 November, aliran masuk dana ke ETF BTC spot tercatat mencapai USD 7,56 miliar atau setara Rp 118,7 triliun. 

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menuturkan, harga Bitcoin yang terus melonjak euforia pasar membuat banyak orang yakin BTC bisa menyentuh angka USD 100.000 atau setara Rp 1,57 miliar. 

"Sikap Trump yang mendukung BTC ini diyakini menciptakan keseimbangan pasokan dan permintaan baru, yang berpotensi mendongkrak permintaan terhadap Bitcoin,” kata Fyqieh dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (12/11/2024).

Dampak kemenangan Trump bagi industri aset digital di AS, menyatakan 54 dari 58 kandidat yang didukung super PAC kripto memenangkan kursi mereka. 

Ini artinya, Kongres AS akan segera dipenuhi oleh para legislator, muda dan tua, yang menganggap kripto sebagai kelas aset unik yang seharusnya tidak diatur seperti saham dan obligasi.

Potensi Harga Bitcoin Menuju USD 100.000

Fyqieh menjelaskan, pada 10 November, BTC naik 4,61 persen dan ditutup di USD 80.153, memperpanjang tren kenaikannya menjadi enam hari berturut-turut. Aliran masuk ke ETF BTC-spot pada 11 November bisa menjadi penentu penting. 

"Jika aliran masuk kembali melonjak, BTC bisa segera mencapai level USD 90.000, bahkan menuju USD 100.000. Banyak analis percaya bahwa permintaan institusi menjadi pendorong utama dalam kenaikan ini, dengan investor ritel kemungkinan ikut bergabung saat harga BTC terus naik,” jelasnya.

 

Cermati Data Ekonomi AS

Hiruk Pikuk Perjalanan Warga AS Sambut Libur Natal dan Tahun Baru
Wisatawan berjalan melalui Terminal 3 di Bandara Internasional O'Hare, Chicago, Amerika Serikat, 19 Desember 2022. Liburan Natal dan Tahun Baru bagi sebagian warga Amerika Serikat dan Eropa tahun ini menghadirkan kekhawatiran karena tekanan ekonomi. (AP Photo/Nam Y. Huh)

Meskipun begitu, Fyqieh menuturkan para pelaku pasar kripto juga memantau beberapa indikator ekonomi penting, khususnya data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang akan dirilis pekan ini, tepatnya pada 13 November 2024. 

Data ini akan memberikan gambaran mengenai tekanan inflasi dan dapat mempengaruhi kebijakan moneter The Fed pada masa mendatang. 

Keputusan FOMC AS minggu lalu untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin memberikan sinyal kemungkinan pemotongan suku bunga lagi pada Desember, dengan probabilitas sekitar 65 persen menurut data CME FedWatch Tool. 

Selain itu, data Indeks Harga Produsen (PPI) AS yang akan dirilis pekan ini juga menjadi perhatian, karena memberikan gambaran lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi negara tersebut. 

"Pidato Ketua Fed Jerome Powell pada 14 November mendatang akan menjadi sorotan jika Powell mengisyaratkan kebijakan yang lebih ketat, hal ini dapat mempengaruhi sentimen pasar secara signifikan,” tutur Fyqieh.

Selain Powell, beberapa pejabat Fed seperti Christopher Waller, Tom Barkin, dan Patrick Harker juga akan berbicara pekan ini, menambah masukan bagi investor yang sedang mencari petunjuk mengenai arah kebijakan bank sentral. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Detroit Bakal Terima Pembayaran Pajak Pakai Kripto pada 2025

llustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Freepik
llustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Freepik

Sebelumnya, pejabat kota Detroit mengumumkan penduduk akan dapat membayar pajak mereka dengan mata uang kripto mulai pertengahan 2025. Keputusan ini menempatkan Detroit sebagai kota terbesar di AS yang menerima pembayaran mata uang kripto untuk layanan publik.

Menurut pemerintah kota, transaksi akan dilakukan melalui platform aman yang disediakan oleh PayPal. Pejabat Detroit mencatat inisiatif ini sejalan dengan strategi kota untuk mengeksplorasi teknologi inovatif.

Selain sistem pembayaran baru, Detroit mengundang pengusaha blockchain untuk mengusulkan solusi publik yang unik bagi kota tersebut. Proposal harus diserahkan kepada Justin Onwenu, Direktur Peluang Ekonomi kota, paling lambat 15 Desember 2024.

Wali Kota Detroit, Mike Duggan mengatakan, pihaknya sangat bersemangat untuk mengeksplorasi aplikasi blockchain dan kegunaannya. 

"Kami bersemangat untuk mengeksplorasi aplikasi blockchain dalam layanan publik dan memungkinkan penduduk kami menggunakan mata uang kripto sebagai opsi pembayaran,” kata Duggan, dikutip dari Coinmarketcap, Jumat (8/11/2024). 

Detroit bertujuan untuk memberdayakan warga dan pengusaha dengan menciptakan lingkungan yang ramah teknologi. Langkah ini berpotensi untuk meningkatkan layanan publik, memperkuat keterlibatan warga, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Saat ini, hanya Colorado, Utah, dan Louisiana yang menerima mata uang kripto untuk pembayaran publik, menjadikan inisiatif Detroit sebagai salah satu yang pertama di antara kota-kota besar di AS. Perkembangan ini mendorong Detroit untuk menjadi pusat pengembangan ekonomi yang didukung blockchain dan inovasi layanan publik.

Hong Kong Bakal Beri Keringanan Pajak bagi Investor Kripto

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Sebelumnya, Hong Kong siap untuk melanjutkan langkahnya sebagai pusat mata uang kripto Asia, setelah baru-baru ini membuat pengumuman yang berupaya untuk memperkuat peran mata uang kripto sebagai investasi di kota tersebut. 

Dilansir dari Bitcoin.com, Rabu (30/10/2024), Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) dan Departemen Keuangan memberikan informasi baru mengenai regulasi dan perpajakan kripto di Hong Kong Fintech Week. 

HKMA telah menyatakan mereka mempertimbangkan untuk memperluas keringanan pajak kripto kepada lebih banyak investor. 

Proses regulasi yang intensif telah menyebabkan beberapa bursa menarik aplikasi mereka karena aturan ketat yang diberlakukan otoritas tersebut pada perusahaan-perusahaan ini. Hanya tiga platform perdagangan kripto teregulasi dan berlisensi yang saat ini beroperasi di Hong Kong. 

Otoritas tersebut juga mengumumkan mereka berharap untuk menerbitkan lisensi platform perdagangan aset virtual (VATP) baru bagi perusahaan untuk beroperasi di kota tersebut tahun ini. 

SFC telah melakukan tinjauan di tempat untuk 14 pelamar dan membuat rekomendasi tentang perubahan yang harus mereka masukkan. 

Mereka dapat menerima lisensi operasi terbatas setelah memasukkan perubahan ini ke dalam struktur operasional mereka. Untuk lisensi permanen, setiap perusahaan juga harus lulus tinjauan pihak ketiga.

Sementara fokus utamanya adalah pada kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan serangkaian pedoman baru yang dikeluarkan untuk menerapkan teknologi yang sedang berkembang di industri keuangan, Departemen Keuangan menyatakan regulasi stablecoin harus diselesaikan tahun ini. 

Selain itu, otoritas tersebut mengungkapkan konsultasi kripto baru dan tinjauan bursa over-the-counter (OTC) direncanakan pada 2025. Sebelumnya, CEO Securities and Futures Commission (SFC) Liang Fengyi menyatakan bahwa lembaga tersebut mengharapkan kerangka kerja kripto yang komprehensif akan siap paling lambat tahun depan.

Kepemilikan Bitcoin MicroStrategy Sentuh Rp 321,4 Triliun

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Sebelumnya, dana simpanan Bitcoin (BTC) milik firma intelijen bisnis, MicroStrategy baru saja melampaui USD 20 miliar (Rp.312,9 triliun).

Kenaikan ini didorong oleh lonjakan harga Bitcoin yang melebihi USD 80.000 (Rp 1,2 miliar). Mengutip Cointelegraph, Senin (11/11/2024) data Saylor Tracker, yang dinamai menurut ketua eksekutif MicroStrategy Michael Saylor menunjukkan Bitcoin milik MicroStrategy kini bernilai USD 20,54 miliar atau setara Rp.321,4 triliun, menjadikan perusahaan tersebut di posisi lebih dari 104% dalam strategi investasi Bitcoin-nya.

Perusahaan penyimpanan Bitcoin tersebut telah membeli Bitcoin sebanyak 42 kali dengan biaya rata-rata dolar sebesar USD 39.292 (Rp.615 juta), menurut data dari Bitcoin Treasuries.

MicroStrategy juga menjadi pemegang Bitcoin korporat terbesar sejauh ini, diikuti oleh penambang Bitcoin Marathon Digital dan Riot Platforms, yang masing-masing memegang Bitcoin senilai USD 2,1 miliar (Rp 32,8 triliun) dan USD 840 juta (Rp 13,1 triliun).

MicroStrategy juga berupaya untuk mengumpulkan dana sebesar USD 42 miliar selama tiga tahun ke depan untuk menyimpan lebih banyak Bitcoin di bawah rencana 21/21, yang terdiri dari ekuitas senilai USD 21 miliar (Rp 328,6 triliun) dan sekuritas pendapatan tetap senilai USD 21 miliar.

Adapun harga Bitcoin saat ini di kisaran USD 81.617, tertinggi sepanjang masa, menurut CoinGecko. Peningkatan ini juga menguntungkan pemegang Bitcoin utama lainnya.

Kepemilikan Bitcoin di Bhutan kini telah mencapai lebih dari USD 1 miliar (Rp.15,6 triliun), menurut firma analitik blockchain Arkham Intelligence.

Bhutan telah membangun operasi penambangan Bitcoin skala besar dan tampaknya menggunakan aset kripto tersebut sebagai cadangan mata uang strategis. Kepemilikan Bitcoin di negara tersebut mencapai 32% dari produk domestik brutonya yang mencapai USD 3,15 miliar, menurut Dana Moneter Internasional, dalam data per Oktober 2024.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya