Harga Kripto Hari Ini 1 Februari 2025: Bitcoin Cs Kompak Melaju di Zona Merah

Harga kripto jajaran teratas memerah pada Sabtu, 1 Februari 2025. Bitcoin turun 2,85 persen dalam 24 jam terakhir.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Feb 2025, 08:25 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2025, 08:25 WIB
Harga Kripto Hari Ini 1 Februari 2025: Bitcoin Cs Kompak Melaju di Zona Merah
Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang seragam pada Sabtu (1/2/2025). Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau berada di zona merah. (Foto: Freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang seragam pada Sabtu (1/2/2025). Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau berada di zona merah.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) terkoreksi. Bitcoin turun 2,85 persen dalam 24 jam dan turun 2,90 persen sepekan.

Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 102.029,96 per koin atau setara Rp 1,66 miliar (asumsi kurs Rp 16.300 per dolar AS).

Ethereum (ETH) masih menguat. ETH naik 2,20 persen sehari terakhir, tetapi masih melemah 0,45 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 3.311,66 atau Rp 53,98 juta per koin.

Kripto selanjutnya, Binance Coin (BNB) terkoreksi. Dalam 24 jam terakhir BNB turun 0,34 persen, dan melemah 0,62 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 676,62 atau Rp 11,02 juta per koin.

Kemudian Cardano (ADA) terpantau berada di zona merah. ADA turun 1,75 persen dalam sehari, dan melemah 2,73 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,9463 atau Rp 15.419 per koin.

Adapun Solana (SOL) juga lesu. SOL turun 4,28 persen dalam sehari, dan masih melemah 10,53 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 229,91 atau Rp 3,74 juta per koin.

XRP kembali berada di zona merah. XRP turun 2,77 persen dalam 24 jam dan turun 2,29 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 3,04 atau Rp 49.512 per koin.

Koin Meme Dogecoin (DOGE) melemah. Dalam satu hari terakhir DOGE turun 1,33 persen, dan turun 7,19 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level USD 0,3274 atau Rp 5.336 per token.

Harga kripto hari ini stablecoin Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) sama-sama melemah, masing-masing turun 0,03 persen dan 0,01 persen. Ini membuat harga USDT dibanderol pada level USD 0,9998 dan USD 1,00 untuk USDC.

Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 3,51 triliun atau setara Rp 57.213 triliun, turun sekitar 1,77 persen dalam sehari terakhir.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Prediksi Bitcoin Usai The Fed Tahan Suku Bunga

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)... Selengkapnya

Sebelumnya, pasar kripto dan Saham AS sempat melemah pasca Bank Sentral AS, The Fed, mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50% pada bulan Januari ini. Bitcoin sempat turun ke level USD 101.800 setelah pengumuman tersebut sebelum akhirnya berhasil pulih setelah konferensi pers pemimpin The Fed, Jerome Powell, meredakan kekhawatiran pasar.

Situasi yang sama juga terjadi di pasar saham AS dengan indeks saham AS seperti S&P 500 dan Nasdaq yang menunjukkan pemulihan pasca konferensi pers Powell yang menyatakan tidak adanya rencana untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Keputusan The Fed tersebut sejalan dengan prediksi para pengamat khususnya melihat kondisi inflasi secara umum yang mengalami kenaikan signifikan berdasarkan data CPI Desember.

Namun, pernyataan kebijakan The Fed pada pertemuan tersebut menciptakan gejolak di pasar keuangan, khususnya di pasar kripto dan saham AS.Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan, fenomena tersebut menyoroti masih tingginya sensitivitas pasar kripto dan pasar saham AS terhadap sentimen makroekonomi AS.

“Hal ini mensinyalir tingginya kekhawatiran investor terhadap potensi risiko ke depan yang mungkin dapat terjadi jika The Fed mulai kembali menaikkan suku bunga guna menekan inflasi. Risiko tersebut diantaranya seperti potensi berpindahnya dana investasi dalam jumlah besar kembali ke instrumen berisiko rendah seperti dolar dan obligasi pemerintah AS dari pasar saham dan kripto,” ungkap Fahmi, Jumat (31/1/2025).

DeepSeek Masih jadi Perhatian

DeepSeek. Liputan6.com/Iskandar
DeepSeek. Liputan6.com/Iskandar... Selengkapnya

Peluncuran teknologi AI DeepSeek turut menjadi faktor yang semakin meningkatkan kekhawatiran tersebut sebab tantangan ke depan yang mungkin dihadapi oleh saham-saham AS yang selama ini diyakini memiliki potensi pertumbuhan tinggi seperti saham di sektor teknologi, mungkin akan meningkat.

Namun, terlepas dari itu, Fahmi menilai pemulihan harga Bitcoin ke level di atas USD 103.000 selama konferensi pers Powell menunjukkan ketahanan Bitcoin yang tinggi serta relevansinya sebagai indikator kepercayaan pasar.

"Aliran dana masuk neto ETF Bitcoin spot pada 30 Januari pasca penentuan suku bunga tersebut juga mencatatkan angka yang cukup baik yakni sebesar USD 266,6 juta, mengacu data Coinglass. Hal ini menandakan kepercayaan investor yang masih tinggi terlepas dari dinamika yang ada,” imbuhnya.

Inflasi yang tinggi dan sikap The Fed yang hati-hati bisa berarti suku bunga akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. Menurut Fahmi, situasi tersebut memang dapat memberikan tekanan pada aset berisiko seperti saham dan kripto.

Namun, para pelaku pasar sepertinya telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam pengambilan keputusan mereka pasca paparan The Fed pada pertemuan FOMC bulan lalu yang menyatakan hanya akan melakukan pemangkasan suku bunga sekitar dua kali di tahun ini.

 

Portofolio Investasi

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)... Selengkapnya

"Dengan demikian, mampu bertahannya Bitcoin di level harga saat ini di atas USD 100.000 menunjukkan kekuatan aset tersebut yang semakin solid. Hal ini mungkin karena semakin banyaknya investor institusional dan ritel yang memandang Bitcoin sebagai instrumen lindung nilai terhadap penurunan nilai mata uang fiat dan ketidakpastian ekonomi,” lanjut Fahmi.  

Di tengah dinamika tersebut, penting bagi investor untuk memiliki komposisi portofolio yang seimbang sesuai dengan preferensi dan strategi investasi yang dimiliki.

Semakin tingginya ketidakpastian pasar membuat investor perlu mengantisipasi lebih banyak kemungkinan ke depan yang bisa terjadi. Diversifikasi lintas sektor dengan turut mengkombinasikan beberapa instrumen seperti misalnya stablecoin, saham AS, serta Bitcoin dan altcoin, menjadi salah satu opsi yang menarik,” ujar Fahmi.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya