Liputan6.com, Jakarta Andrew Edwards penyandang autisme asal Inggris menemukan kebahagiaannya dalam olahraga kriket. Menurutnya, ia memiliki hobi atau aktivitas yang memberikan penghiburan dan pelarian itu penting bagi siapapun, terlebih bagi penyandang autisme.
"Ini benar-benar membantu saya meredam stres dan rasa cemas,” ujarnya mengutip BBC (22/8/2020).
Baca Juga
Bagi Andrew, menonton pertandingan kriket selalu menyenangkan terlepas dari tim kesukaannya menang atau kalah. Memesan tiket dan datang ke tempat pertandingan sudah biasa ia lakukan.
Advertisement
Suara kerumunan dan banyaknya orang tidak jadi masalah baginya. Namun, satu hal yang mengganggu adalah suara musik yang keras dari speaker.
"Suara kerumunan tidak mengganggu saya karena itu nyata, tetapi suara palsu di speaker sangat buruk. Musiknya menjadi lebih keras dan orang-orang dengan masalah sensori tidak menyukainya."
Terlepas dari hal itu, ketertarikan Andrew dengan kriket dimulai pada 1991, saat ia berusia 6. Ibunya menempatkannya di depan televisi untuk menonton liputan BBC tentang serial kriket Test Inggris melawan Hindia Barat.
Simak Video Berikut Ini:
Menjadi Pemain Kriket
Sebelum genap menginjak usia 33 Andrew memutuskan untuk menjadi pemain kriket. Sebelumnya ia berpikir bahwa dirinya membutuhkan sedikit lebih banyak kebebasan dan percaya diri.
Ia mulai berolahraga di gym dengan pelatih dan berhasil menurunkan berat badan yang membuatnya menjadi lebih bugar. Di sana lah pria bertubuh tinggi ini memutuskan untuk menjadi pemain kriket.
Andrew menghabiskan akhir tahun 2017 untuk mengidentifikasi tim yang dapat ia masuki, di situlah hubungannya dengan tim Chirk dimulai.
"Kapten, Ian Skinner, dan saya memiliki etos yang sama tentang bagaimana cara bermain dan berperilaku di lapangan. Kami ingin menang, kami bermain untuk menang, tapi itu bukan segalanya dan akhir segalanya.”
Andrew kemudian melakukan debut pada acara Bank Holiday yang diselenggarakan Mei 2018 melawan tim Ruthin.
Kini ia menjadi pemain reguler untuk Chirk yang membuatnya merasa sangat baik karena menerima dia apa adanya.
“Bermain kriket sangat menenangkan tetapi memukul membuat sangat gugup.”
Di balik tercapainya cita-cita sebagai pemain kriket, Andrew memiliki kesulitan sendiri terutama ketika harus tinggal secara mandiri.
"Jauh dari keluarga, merupakan tantangan pada awalnya, tetapi seiring waktu hal itu menjadi kebiasaan," katanya.
"Saya terbuka tentang autisme saya, saya menjelaskannya. Saya pikir jika tidak menjelaskannya, itu akan menimbulkan masalah, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi semua orang di sekitar.”
Advertisement