Langkah-Langkah Ajarkan Puasa pada Anak dengan Spektrum Autisme

Di bulan Ramadhan, orangtua mulai mengajarkan anak-anaknya untuk berpuasa secara bertahap. Pengajaran puasa juga dilakukan pada anak-anak dengan spektrum autisme.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Apr 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2022, 14:00 WIB
Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa, sahur
Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa, sahur. (Photo by Gabby K from Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Di bulan Ramadhan, orangtua mulai mengajarkan anak-anaknya untuk berpuasa secara bertahap. Pengajaran puasa juga dilakukan pada anak-anak dengan spektrum autisme.

Terkait hal tersebut, dokter spesialis anak Caessar Pronocitro dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya menjelaskan langkah-langkah yang baik untuk mengajarkan puasa pada anak dengan spektrum autisme.

Menurutnya, pengajaran puasa dapat diawali dengan mengurangi jumlah porsi makan anak dalam sehari, kemudian diikuti dengan mengurangi frekuensi pemberian porsi makannya.

“Dengan demikian, tubuh anak memiliki waktu untuk beradaptasi secara perlahan-lahan. Kurangi juga kandungan gula dan garam yang dapat meningkatkan rasa haus maupun lapar,” kata Caessar kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan elektronik ditulis Kamis (31/3/2022).

Saat Ramadhan tiba, pandulah anak untuk berbuka di jam-jam tertentu secara bertahap. Misalnya, diawali dengan jam 10 pagi. Apabila anak berhasil melakukannya dalam beberapa hari, perpanjang lama puasanya hingga waktu Zuhur, kemudian Ashar, dan seterusnya sampai dapat berpuasa penuh.

Simak Video Berikut Ini

Sesuaikan dengan Kondisi Anak

Walau puasa baik bagi kesehatan, tapi tidak semua anak dengan spektrum autisme bisa menjalankan ibadah tersebut.

Hal ini tergantung pada kondisi anak. Pasalnya, setiap anak dengan spektrum autisme memiliki kondisi yang berbeda.

“Kondisi spektrum autisme sangatlah bervariasi, dan masing-masing anak dengan autisme memiliki gejala yang berbeda-beda,” kata Caessar.

Sebagian anak autisme memiliki kesulitan komunikasi yang berat sehingga selalu membutuhkan pendampingan dalam melakukan interaksi sosial maupun aktivitas sehari-hari. Untuk keadaan seperti ini, maka mengajarkan berpuasa cukup sulit untuk dilakukan, katanya.

Sebagian anak dengan spektrum autisme lainnya dapat pula menunjukkan gejala yang ringan dalam berkomunikasi, mengenali ekspresi dan emosi, maupun berinteraksi sosial, sehingga dapat diajarkan berpuasa.

Konsultasi dengan Tenaga Medis

Mengingat setiap anak dengan spektrum autisme memiliki kondisi yang berbeda, maka orangtua perlu mengenali kondisi anak terlebih dahulu sebelum mengajarkan puasa.

“Orangtua yang ingin mengajarkan anak dengan spektrum autisme berpuasa, sebaiknya mengenali kondisi anak terlebih dahulu dan berkonsultasi dengan tenaga medis seperti dokter spesialis anak, psikiater anak, ataupun psikolog anak yang telah terbiasa menangani anak tersebut.”

Orangtua dapat mulai mempersiapkan anak untuk latihan berpuasa sebelum bulan Ramadhan datang. Pastikan anak berada dalam kondisi yang sehat, tutup Caessar.

 

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)
INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya