Stroke Picu Disabilitas hingga Kematian, Kenali 2 Jenisnya

Dokter spesialis saraf dari Rumah Sakit Pondok Indah, Rubiana Nurhayati menjelaskan, stroke adalah penyebab utama disabilitas pada penderitanya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 11 Apr 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi stroke picu disabilitas.
Ilustrasi pasien stroke. Foto oleh Kampus Production dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis saraf dari Rumah Sakit Pondok Indah, Rubiana Nurhayati menjelaskan, stroke adalah penyebab utama disabilitas pada pengidapnya.

Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologis yang terjadi mendadak yang disebabkan sumbatan atau perdarahan pada otak. Stroke menimbulkan gejala klinis berupa defisit neurologis yang menetap (lebih dari 24 jam), bahkan dapat menyebabkan kematian.

Ada beberapa jenis stroke yang perlu diketahui, beberapa di antaranya yakni:

Stroke Iskemik

Stroke Iskemik adalah stroke yang disebabkan suplai darah dan oksigen berkurang di sel otak. Hal ini biasanya disebabkan karena pembuluh darah di otak tersumbat sehingga menghambat aliran darah ke sel-sel otak.

Sumbatan dapat terjadi karena bekuan darah, plak, ataupun penyempitan pembuluh darah tersebut yang dapat diakibatkan oleh beberapa faktor risiko.

“Beberapa faktor risiko terjadinya stroke iskemik adalah hipertensi, diabetes mellitus, tingginya kadar kolesterol, dan gangguan faktor pembekuan darah yang sering dikenal sebagai darah kental,” tulis Rubiana mengutip laman resmi RS Pondok Indah Minggu (10/4/2022).

Bekuan darah sering terbentuk dalam arteri. Hal ini biasanya terjadi pada orang tua dan dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah.

Dalam beberapa kasus, gumpalan darah terbentuk di bagian lain dari tubuh dan kemudian mengalir dalam aliran darah yang disebut embolus. Contoh yang paling umum adalah gumpalan bekuan darah yang terbentuk di jantung sebagai akibat dari aliran darah turbulen yang abnormal.

“Hal ini mungkin terjadi dalam kondisi yang disebut atrial fibrillation. Bekuan darah kemudian dibawa dalam aliran darah sampai terjebak dalam arteri di otak dan menimbulkan sumbatan.”

Stroke Hemoragik

Ilustrasi Stroke 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Stroke 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Jenis lainnya adalah stroke hemoragik atau stroke perdarahan. Ini adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.

Darah kemudian masuk ke dalam jaringan otak di dekatnya. Hal ini dapat menyebabkan sel-sel otak yang terkena kehilangan suplai oksigen dan terjadi penekanan pada sel otak sekitarnya sehingga sel otak menjadi rusak atau mati.

Penyebab terjadinya pembuluh darah otak pecah adalah hipertensi atau kelainan pembuluh darah dan gangguan faktor pembekuan darah. Stroke perdarahan ada beberapa macam, seperti perdarahan sub arachnoid, perdarahan intracerebral, perdarahan intracerebellar, perdarahan intravertikel.

Guna memeriksa kondisi pasien yang terkena stroke, dokter biasanya dapat mendiagnosis stroke dengan gejala klinis dan tanda-tanda yang terjadi tiba-tiba.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan yakni salah satunya Computerized Axial Tomography Scan (CT Scan) otak. Ini dilakukan untuk menentukan jenis stroke dan dapat mendeteksi kondisi lain yang mungkin mempunyai gejala seperti stroke misalnya tumor, migrain komplikata, dan lain-lain yang menyebabkan stroke.

Pemeriksaan Lainnya

Ilustrasi EKG.
Ilustrasi EKG. (dok. Bokskapet /Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Pemeriksaan lain untuk mengetahui kondisi pasien stroke yakni:

-Magnetic Resonance Angiography (MRA) otak dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan perdarahan otak seperti aneurisma atau Arteri Vena Malformasi (AVM).

Pemeriksaan MRA otak dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke perdarahan. Dengan mengetahui adanya aneurisma atau AVM maka dapat dilakukan tindakan untuk mencegah terjadi pecah pada pembuluh darah tersebut.

Selain itu, pemeriksaan MRA otak ditujukan untuk mengetahui apakah ada penyempitan (stenosis) dari pembuluh darah yang dapat merupakan faktor risiko stroke iskemik.

-Tes darah untuk memeriksa hal-hal seperti kadar gula darah, kadar kolesterol, dan faktor pembekuan darah (darah kental) yang merupakan faktor risiko untuk terjadi stroke.

-Rontgen dada dan Elektrokardiografi (EKG) untuk memeriksa jantung atau paru-paru yang mungkin menjadi faktor risiko terjadi stroke.

-Ultrasonografi (USG) arteri karotis di leher untuk memeriksa apakah terdapat ateroma (jenis kista) pada arteri.

-Digital Substraction Angiography (DSA) merupakan suatu pemeriksaan untuk menentukan diagnostik dan juga untuk terapi pada kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, stenosis, dan Arteri Vena Malformasi (AVM) yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke perdarahan dan sumbatan.

Gejala Stroke

Ilustrasi disabilitas
Ilustrasi disabilitas Foto oleh Marcus Aurelius dari Pexels

Fungsi dari bagian-bagian tubuh yang berbeda dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda. Gejala terjadi tiba-tiba dan biasanya mencakup satu atau lebih dari hal-hal berikut:

-Kelemahan pada ekstremitas (lengan dan kaki) dari salah satu sisi tubuh.

-Terjadi kelumpuhan saraf otak, seperti muka mencong, bicara pelo, sulit menelan, dan kesemutan di sekitar mulut.

-Gangguan keseimbangan, koordinasi, penglihatan, berbicara, komunikasi, dan memori.

-Pusing berputar (vertigo).

-Kesemutan pada separuh tubuh.

-Sakit kepala hebat dan muntah-muntah yang biasanya terjadi pada stroke perdarahan.

-Penurunan kesadaran (terjadi pada kasus berat).

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya