Liputan6.com, Jakarta Dalam memberi akses pada buku bacaan dan ilmu pengetahuan bagi penyandang disabilitas netra, Binus University meluncurkan alat bantu baca berupa braille elektronik atau e-braille.
Alat ini diberi nama Bee Braille Nusantara. Pada prinsipnya, e-braille ini berfungsi untuk menampilkan huruf-huruf timbul yang ada dalam buku elektronik.
Baca Juga
“E-braille ini sebetulnya kita ngomongnya sistem ya, ada hardware-nya ada software-nya. Nah hardware-nya ini braille display-nya dan selain hardware kita kembangkan server-nya. Kemudian kita juga kembangkan aplikasi untuk perpustakaan,” jelas Head of Program Computer Engineering Binus University Daniel Patricko Gemeno Hutabarat, S.T., M.T. dalam temu media di Digital Industry Lab BINUS Kemanggisan, Syahdan Campus, Jakarta, Kamis (20/7/2023).
Advertisement
“Jadi ini sebenarnya modelnya kayak perpustakaan digital tapi untuk tunanetra. Kalau biasanya di perpustakaan tunanetra tuh mereka mendengar, kalau sekarang kita bantu dengan teks.”
Dengan kata lain, Bee Braille adalah alat yang membantu penyandang disabilitas netra untuk dapat mengakses materi edukasi seperti buku pengetahuan maupun buku cerita.
Perangkat keras Bee Braille didesain dengan ukuran kecil berbentuk persegi panjang mirip dengan kotak pensil. Alat ini bisa menampilkan setiap baris atau alinea dari buku yang ditampilkan di layar.
“Kelebihannya, ini terhubung secara nirkabel dengan server-nya. Sehingga, di server nanti bisa kita tambah bukunya. Bukunya bentuknya soft copy sehingga kalau ada netra yang mau membaca buku tertentu dia tinggal pilih judul buku yang akan tampil di braille display,” kata Daniel.
Awal Mula Pengembangan Inovasi Bee Braille
Daniel bercerita, inovasi Bee Braille berawal dari tim sebanyak sepuluh orang yang sedang melakukan proyek riset.
Mereka tergerak menciptakan alat braille ringkas yang dapat dihubungkan ke dalam server yang berisi konten pembelajaran digital.
“Ini dikembangkan satu tahun yang lalu, kita di Binus itu ada yang namanya proyek inisiatif jadi kalau punya inisiatif bisa diajukan ke Binus sehingga kalau inisiatifnya menarik Binus tuh kasih pendanaan. Jadi proyek ini tuh dari pendanaan yang diberikan Binus.”
Advertisement
Versi Ketiga
Bee Braille ini merupakan versi ketiga dan sudah diserahkan kepada komunitas disabilitas Fajar Harapan, lanjut Daniel.
Pada versi pertama, ukuran alatnya lebih besar. Meski nyaman digunakan tapi tidak mudah untuk dibawa ke mana-mana.
“Akhirnya kita bikin yang lebih sederhana, lebih kecil, lebih compact.”
Sejauh ini, Bee Braille bisa digunakan untuk membaca buku dengan tulisan latin. Dan belum bisa membaca Al-Quran Braille.
“Memang sudah banyak juga permintaan untuk Bee Braille Al-Quran, hanya untuk yang Al-Quran memang model translate-nya itu yang agak berbeda. Itu memang tantangan juga yang diberikan untuk pengembangan berikutnya. Jadi yang ini belum bisa huruf Arab, baru bisa huruf Latin.”
Pengembangan Versi Ketiga
Bee Braille versi ketiga ini masih memiliki kekurangan yang akan diperbaiki di kemudian hari.
“Yang akan dikembangkan berikutnya itu adalah menu ‘Help’ kami sih berharap ketika netra pakai ini bisa benar-benar mandiri enggak perlu ada yang bantu lagi.”
“Untuk sementara (di alat yang ini) penyandang disabilitas netra masih harus ada yang membantu. Misalnya, ingin berhenti baca dan cari buku lain, ada namanya tombol bantuan, tombol ini bisa memberi notifikasi di aplikasi, nanti pustakawannya yang akan membantu.”
Pustakawan pun bisa melihat aktivitas pengguna Bee Braille di monitor dan sudah sampai mana membacanya. Pustakawan mengetahui jika pengguna Bee Braille ingin kembali ke menu awal maka apa yang perlu dilakukan.
Daniel berharap, ke depannya hal ini bisa lebih memudahkan penyandang disabilitas netra. Sejauh ini, penggunaan Bee Braille memang hanya bisa secara lokal, misalnya di satu perpustakaan saja.
Advertisement