Ganjar Ingin Rancang Pembangunan yang Ramah Penyandang Disabilitas

Calon Presiden (Capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo berjanji bakal mengupayakan kesetaraan dalam rancangan pembangunan untuk kelompok perempuan, anak-anak, serta penyandang disabilitas.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 30 Jan 2024, 17:13 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2024, 16:47 WIB
Calon presiden (capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo
Calon presiden (capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo bicara soal pembangunan ramah kelompok disabilitas. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Liputan6.com, Jakarta Calon Presiden (Capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo berjanji bakal mengupayakan kesetaraan dalam rancangan pembangunan untuk kelompok perempuan, anak-anak, serta penyandang disabilitas.

Menurut Ganjar, selama ini pemerintah saat menyiapkan rancangan pembangunan kerap meninggalkan sisi dari tiga kelompok tersebut. Terutama bagi kelompok disabilitas.

“Kelompok perempuan sering tertinggal, anak-anak sering tertinggal, lanjut usia sering tertinggal, khusus adalah kawan-kawan penyandang disabilitas. Maka, marilah kita perhatikan agar kesetaraan itu ada, termasuk dalam pendidikan,” kata Ganjar dalam acara Hajatan Rakyat Yogyakarta di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Minggu, 28 Januari 2024.

Menurut Ganjar, secara konsep dan teori perencanaan pembangunan terhadap kelompok disabilitas tidak sulit untuk direncanakan.

Terlebih, selama 10 tahun dirinya menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah membuat pria 55 tahun itu belajar langsung kepada para penyandang disabilitas. Sehingga, menurut Ganjar penting agar pemerintah lebih arif dalam merancang pembangunan ramah disabilitas.

“Ini (penyandang disabilitas) harus dengan tindakan khusus, tidak bisa disamakan dengan yang lain,” ucap Ganjar mengutip Antara.

Dua juga merasa perlu ada perlakuan khusus dalam pembangunan ramah disabilitas. Mulai dari akses transportasi, evakuasi diri, pendidikan, keterampilan, pengembangan diri, hingga akses terhadap permodalan.

“Inilah yang menjadi perhatian kita dan kawan-kawan dari penyandang disabilitas, mereka menyampaikan masukan kepada saya. Masih banyak yang harus dikoreksi, termasuk tadi saya mengaku salah karena setiap kami di panggung, kami berpidato, kami gegap gempita selalu ada yang teriak-teriak (dari kalangan disabilitas yang tidak bisa mendengar)," kata Ganjar.

'Bayar' Rasa Bersalah Berfoto dengan Difabel Tuli

Berhubung belum menyediakan penerjemah bahasa isyarat saat kampanye, salah satu upaya Ganjar untuk saat ini adalah dengan turun langsung menyapa dan berfoto bersama.

Kendati telah bersedia untuk foto bersama penyandang tuli sebagai bentuk bayaran karena tidak menyediakan penerjemah tunarungu dalam kegiatan kampanye, Ganjar mengatakan perencanaan pembangunan yang inklusif untuk penyandang disabilitas akan disiapkan lebih arif lagi ke depannya.

"Tentunya, ini hanya kejutan sesaat (foto bersama dengan penyandang difabel tuli), tapi nanti yang berikutnya kita mesti lebih arif lagi untuk menyiapkan,” kata Ganjar.

Istri Ganjar Suarakan Aspirasi Penyandang Disabilitas

Istri calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Suprianti
Istri calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Suprianti saat bersilaturahmi dengan relawan santri di Tambak Rejo, Jombang, Jawa Timur, Minggu (28/1/2024). (Foto: Dokumentasi PDIP).

Istri Ganjar, Siti Atikoh dalam beberapa kesempatan kerap mengatakan bakal menyerap aspirasi disabilitas dalam mendukung kesetaraan. 

"Saya kebetulan dinobatkan sebagai bunda asuh difabel yang ada di Jakarta, tetapi saya akan menyamai perhatian ke teman-teman semua, menyerap aspirasi dan berjuang bersama-sama agar mendapatkan kesetaraan,” kata Siti dalam Talk Show bertajuk ‘Peran Perempuan Dalam Pendidikan Anak dan Masa Depan Bangsa’ di Akas Garage, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis 25 Januari 2024.

Di hadapan ratusan simpatisan PDIP dan penyandang disabilitas, Siti mengatakan bahwa paslon Ganjar-Mahfud MD akan memperjuangkan kesetaraan tersebut, jika terpilih di pemilihan presiden atau Pilpres 2024.

Dia memaparkan bahwa dunia kerja disabilitas belum sepenuhnya mudah diakses. Secara undang-undang, penyandang disabilitas memiliki kuota dua persen. Sayangnya, kondisi di lapangan tidak seperti itu.

“Dan ketika sudah bekerja pun mereka tidak dipekerjakan setara, hanya semacam untuk formalitas bahwa perusahaan sudah menerima teman-teman difabel. Ini tentu perlu ada pendampingan, perlu ada orang yang mensupport itu, perlu ada yang menemani sekaligus bisa menjembatani teman-teman semua,” kata Siti Atikoh

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya