Cara Bayar Fidyah Puasa Ramadhan, Ini Ketentuan dan Tata Caranya

Pelajari cara bayar fidyah puasa dengan mudah dan benar. Panduan lengkap mengenai ketentuan, perhitungan, dan tata cara membayar fidyah puasa Ramadhan.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Nov 2024, 12:11 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2024, 12:09 WIB
cara bayar fidyah puasa
cara bayar fidyah puasa ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta Fidyah merupakan salah satu kewajiban dalam Islam bagi mereka yang tidak mampu menjalankan puasa Ramadhan karena alasan tertentu. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai cara bayar fidyah puasa, mulai dari pengertian, ketentuan, perhitungan, hingga tata cara pembayarannya. Mari kita simak penjelasan lengkapnya.

Pengertian Fidyah dalam Islam

Fidyah berasal dari kata bahasa Arab "fadaa" yang artinya mengganti atau menebus. Dalam konteks ibadah puasa, fidyah merupakan tebusan atau pengganti yang harus ditunaikan oleh seseorang yang tidak mampu melaksanakan puasa Ramadhan karena alasan-alasan tertentu yang dibenarkan oleh syariat.

Secara terminologi, fidyah dapat didefinisikan sebagai sejumlah harta benda yang diperuntukkan bagi kaum fakir miskin sebagai ganti dari ibadah puasa yang ditinggalkan. Kewajiban membayar fidyah ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 184:

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S. Al Baqarah: 184)

Ayat ini menjelaskan bahwa bagi orang-orang yang mengalami kesulitan dalam menjalankan puasa, diberikan alternatif untuk membayar fidyah sebagai pengganti puasa yang ditinggalkan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memberikan kemudahan dan tidak mempersulit umatnya dalam beribadah.

Kriteria Orang yang Diperbolehkan Membayar Fidyah

Tidak semua orang diperbolehkan untuk mengganti puasa dengan membayar fidyah. Ada beberapa kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar seseorang dapat membayar fidyah sebagai pengganti puasa Ramadhan. Berikut ini adalah beberapa kategori orang yang diperbolehkan membayar fidyah:

  • Orang tua renta yang sudah tidak mampu berpuasa karena kondisi fisiknya yang lemah
  • Orang yang menderita penyakit kronis atau sakit parah yang kecil kemungkinan untuk sembuh
  • Ibu hamil atau menyusui yang khawatir akan kesehatan dirinya atau bayinya jika berpuasa (berdasarkan rekomendasi dokter)
  • Orang yang memiliki pekerjaan berat yang tidak memungkinkan untuk berpuasa dan tidak dapat digantikan atau ditunda
  • Orang yang terlambat mengqadha puasa Ramadhan hingga datang Ramadhan berikutnya

Penting untuk diingat bahwa kriteria ini bukan berarti memberikan kebebasan bagi seseorang untuk dengan mudah meninggalkan puasa. Setiap muslim tetap diwajibkan untuk berusaha semaksimal mungkin menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Hanya jika benar-benar tidak mampu dan memenuhi kriteria di atas, barulah diperbolehkan untuk membayar fidyah sebagai gantinya.

Ketentuan dan Perhitungan Fidyah Puasa

Dalam membayar fidyah puasa, ada beberapa ketentuan dan perhitungan yang perlu diperhatikan. Hal ini penting agar fidyah yang dibayarkan sesuai dengan syariat dan dapat menggugurkan kewajiban puasa yang ditinggalkan. Berikut ini adalah beberapa ketentuan dan cara menghitung fidyah puasa:

  • Besaran fidyah yang harus dibayarkan adalah senilai dengan porsi makan sempurna yang biasa dimakan untuk satu hari
  • Menurut Imam Malik dan Imam Syafi'i, fidyah yang harus dibayarkan sebesar 1 mud gandum (sekitar 675 gram atau 0,75 kg)
  • Menurut Ulama Hanafiyah, fidyah yang harus dikeluarkan sebesar 2 mud atau setara 1/2 sha' gandum (sekitar 1,5 kg)
  • Fidyah dibayarkan sesuai dengan jumlah hari puasa yang ditinggalkan
  • Fidyah dapat dibayarkan dalam bentuk makanan pokok atau uang senilai makanan tersebut

Untuk mempermudah perhitungan, berikut ini adalah contoh cara menghitung fidyah puasa:

Misalnya seseorang meninggalkan puasa selama 10 hari karena sakit. Maka perhitungan fidyahnya adalah:

  • Jika mengikuti pendapat Imam Malik dan Syafi'i: 10 hari x 0,75 kg = 7,5 kg beras
  • Jika mengikuti pendapat Ulama Hanafiyah: 10 hari x 1,5 kg = 15 kg beras

Jika ingin membayar dalam bentuk uang, maka tinggal mengalikan jumlah beras tersebut dengan harga beras per kilogram yang berlaku di daerah masing-masing.

Tata Cara Membayar Fidyah Puasa

Setelah mengetahui ketentuan dan perhitungannya, langkah selanjutnya adalah memahami tata cara membayar fidyah puasa yang benar. Berikut ini adalah panduan lengkap mengenai cara bayar fidyah puasa:

  1. Menghitung jumlah hari puasa yang ditinggalkan

    Langkah pertama adalah menghitung dengan teliti berapa hari puasa yang ditinggalkan. Hal ini penting untuk menentukan besaran fidyah yang harus dibayarkan.

  2. Menentukan bentuk fidyah yang akan dibayarkan

    Fidyah dapat dibayarkan dalam bentuk makanan pokok (seperti beras) atau uang senilai makanan tersebut. Pilih bentuk yang paling memungkinkan dan mudah untuk dilaksanakan.

  3. Menghitung total fidyah yang harus dibayarkan

    Kalikan jumlah hari puasa yang ditinggalkan dengan besaran fidyah per hari sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan sebelumnya.

  4. Menyiapkan fidyah yang akan dibayarkan

    Siapkan makanan atau uang sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan.

  5. Berniat membayar fidyah

    Sebelum membayarkan fidyah, ucapkan niat dalam hati. Contoh lafaz niat membayar fidyah:

    Nawaitu an ukhrija fidyata shawmi ramadhaana 'an nafsi fardan lillahi ta'ala

    Artinya: "Saya niat mengeluarkan fidyah puasa Ramadhan untuk diri saya sendiri, fardhu karena Allah Ta'ala"

  6. Menyalurkan fidyah kepada yang berhak

    Fidyah dapat disalurkan langsung kepada fakir miskin atau melalui lembaga amil zakat yang terpercaya. Pastikan fidyah sampai kepada orang yang benar-benar membutuhkan.

  7. Membaca doa setelah membayar fidyah

    Setelah membayarkan fidyah, berdoalah agar fidyah yang dibayarkan diterima oleh Allah SWT dan menjadi penggugur kewajiban puasa yang ditinggalkan.

Dengan mengikuti tata cara di atas, diharapkan pembayaran fidyah puasa dapat dilakukan dengan benar dan sesuai dengan syariat Islam.

Perbedaan Fidyah dan Qadha Puasa

Dalam konteks ibadah puasa Ramadhan, sering kali terjadi kebingungan antara fidyah dan qadha puasa. Meskipun keduanya berkaitan dengan puasa yang ditinggalkan, namun ada perbedaan mendasar yang perlu dipahami. Berikut ini adalah penjelasan mengenai perbedaan antara fidyah dan qadha puasa:

  • Fidyah adalah tebusan berupa pemberian makanan kepada fakir miskin sebagai pengganti puasa yang ditinggalkan karena alasan tertentu yang dibenarkan syariat. Fidyah dibayarkan oleh orang-orang yang memang tidak mampu berpuasa dan tidak mungkin menggantinya di lain waktu.
  • Qadha Puasa adalah mengganti puasa yang ditinggalkan dengan berpuasa di hari lain di luar bulan Ramadhan. Qadha puasa dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan puasa karena alasan yang diperbolehkan (seperti sakit atau bepergian) dan masih mampu untuk menggantinya di lain waktu.

Perbedaan utama antara fidyah dan qadha puasa terletak pada kemampuan seseorang untuk mengganti puasa yang ditinggalkan. Jika masih mampu mengganti puasa di lain waktu, maka yang wajib dilakukan adalah qadha puasa. Sedangkan fidyah dibayarkan oleh mereka yang benar-benar tidak mampu berpuasa dan tidak mungkin menggantinya di kemudian hari.

Dalam beberapa kasus, seperti orang yang terlambat mengqadha puasa hingga datang Ramadhan berikutnya, diwajibkan untuk membayar fidyah sekaligus mengqadha puasanya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, fidyah dan qadha puasa dapat dilakukan bersamaan.

Waktu yang Tepat untuk Membayar Fidyah

Pemahaman mengenai waktu yang tepat untuk membayar fidyah sangat penting agar ibadah ini dapat dilaksanakan dengan benar dan diterima oleh Allah SWT. Berikut ini adalah beberapa ketentuan mengenai waktu pembayaran fidyah:

  • Sebelum Bulan Ramadhan

    Bagi orang-orang yang sudah mengetahui bahwa mereka tidak akan mampu berpuasa saat Ramadhan tiba (seperti orang tua renta atau penderita penyakit kronis), diperbolehkan untuk membayar fidyah sebelum bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan pendapat mazhab Hanafi.

  • Selama Bulan Ramadhan

    Menurut mazhab Syafi'i, waktu yang paling utama untuk membayar fidyah adalah selama bulan Ramadhan. Fidyah dapat dibayarkan setiap hari atau sekaligus di akhir bulan Ramadhan.

  • Setelah Bulan Ramadhan

    Bagi mereka yang belum membayar fidyah selama Ramadhan, diperbolehkan untuk membayarnya setelah bulan Ramadhan berakhir. Namun, sebaiknya tidak menunda-nunda pembayaran fidyah terlalu lama.

  • Sebelum Ramadhan Berikutnya

    Bagi orang yang memiliki utang puasa dan belum sempat mengqadhanya hingga tiba Ramadhan berikutnya, wajib membayar fidyah sekaligus mengqadha puasanya. Pembayaran fidyah sebaiknya dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.

Meskipun ada fleksibilitas dalam waktu pembayaran fidyah, namun yang terbaik adalah membayarkannya sesegera mungkin. Hal ini untuk menghindari lupa atau terhalang oleh sesuatu yang tidak terduga. Selain itu, mempercepat pembayaran fidyah juga merupakan bentuk ketaatan dan kesungguhan dalam beribadah kepada Allah SWT.

Penerima Fidyah Puasa

Salah satu aspek penting dalam membayar fidyah puasa adalah memastikan bahwa fidyah tersebut disalurkan kepada penerima yang tepat. Dalam syariat Islam, ada ketentuan khusus mengenai siapa saja yang berhak menerima fidyah puasa. Berikut ini adalah penjelasan mengenai penerima fidyah puasa:

  • Fakir dan Miskin

    Penerima utama fidyah puasa adalah orang-orang fakir dan miskin. Yang dimaksud fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sedangkan miskin adalah orang yang memiliki harta atau pekerjaan namun belum mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

  • Orang yang Berhak Menerima Zakat

    Secara umum, penerima fidyah puasa sama dengan golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat). Hal ini karena fidyah dianggap sebagai bagian dari sedekah wajib yang memiliki kemiripan dengan zakat. Golongan penerima zakat meliputi fakir, miskin, amil zakat, muallaf, riqab (budak), gharimin (orang yang berhutang), fii sabilillah, dan ibnu sabil.

  • Tidak Boleh Diberikan kepada Keluarga Dekat

    Fidyah tidak boleh diberikan kepada orang tua, anak, atau istri dari orang yang membayar fidyah. Hal ini karena mereka sudah menjadi tanggungan orang yang membayar fidyah.

  • Boleh Diberikan kepada Satu atau Beberapa Orang

    Fidyah boleh diberikan kepada satu orang fakir miskin saja atau dibagikan kepada beberapa orang. Misalnya, jika seseorang memiliki fidyah untuk 30 hari puasa, boleh diberikan kepada 30 orang yang berbeda atau kepada beberapa orang saja dengan jumlah yang lebih banyak untuk masing-masing orang.

Dalam praktiknya, untuk memudahkan penyaluran fidyah puasa, banyak umat Muslim yang menyalurkannya melalui lembaga amil zakat atau masjid terdekat. Lembaga-lembaga ini biasanya memiliki data penerima yang valid dan dapat memastikan bahwa fidyah sampai kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan.

Penting untuk diingat bahwa tujuan utama dari fidyah adalah membantu orang-orang yang membutuhkan sekaligus sebagai tebusan atas puasa yang ditinggalkan. Oleh karena itu, dalam menyalurkan fidyah, kita harus memastikan bahwa penerimanya adalah orang-orang yang benar-benar berhak dan membutuhkan bantuan tersebut.

Hikmah dan Manfaat Membayar Fidyah

Setiap ibadah dalam Islam pasti memiliki hikmah dan manfaat, tidak terkecuali dengan pembayaran fidyah puasa. Memahami hikmah dan manfaat dari membayar fidyah dapat meningkatkan keikhlasan dan semangat kita dalam menunaikan kewajiban ini. Berikut adalah beberapa hikmah dan manfaat dari membayar fidyah puasa:

  • Meringankan Beban Orang yang Tidak Mampu Berpuasa

    Fidyah memberikan alternatif bagi orang-orang yang benar-benar tidak mampu berpuasa karena alasan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memberikan kemudahan dan tidak mempersulit umatnya dalam beribadah.

  • Membantu Fakir Miskin

    Pembayaran fidyah secara langsung membantu meringankan beban hidup fakir miskin. Dengan adanya fidyah, mereka mendapatkan bantuan makanan yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

  • Meningkatkan Kepedulian Sosial

    Kewajiban membayar fidyah mendorong umat Muslim untuk lebih peduli terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Hal ini dapat meningkatkan rasa empati dan solidaritas antar sesama.

  • Membersihkan Jiwa

    Membayar fidyah dapat membersihkan jiwa dari rasa bersalah karena tidak bisa menjalankan puasa. Selain itu, dengan berbagi kepada orang lain, kita juga dapat membersihkan hati dari sifat kikir dan egois.

  • Mendapatkan Pahala Sedekah

    Meskipun fidyah adalah kewajiban, namun tetap dihitung sebagai sedekah yang mendatangkan pahala. Dengan membayar fidyah, kita tidak hanya menggugurkan kewajiban, tetapi juga mendapatkan pahala sedekah.

  • Melatih Kedisiplinan

    Kewajiban membayar fidyah melatih kita untuk disiplin dalam menjalankan perintah agama, meskipun dalam kondisi tidak bisa berpuasa.

  • Menjaga Keseimbangan Spiritual dan Sosial

    Fidyah menjaga keseimbangan antara aspek spiritual (ibadah puasa) dan aspek sosial (membantu fakir miskin). Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan.

Dengan memahami hikmah dan manfaat dari membayar fidyah, diharapkan kita dapat menunaikannya dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Fidyah bukan hanya sekedar kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya yang memberikan kemudahan sekaligus peluang untuk berbuat kebaikan.

Kesalahan Umum dalam Membayar Fidyah

Meskipun fidyah merupakan ibadah yang relatif sederhana, namun tidak jarang terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya. Memahami kesalahan-kesalahan umum ini penting agar kita dapat menghindarinya dan memastikan bahwa fidyah yang kita bayarkan sah dan diterima oleh Allah SWT. Berikut adalah beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dalam membayar fidyah:

  • Menganggap Fidyah sebagai Pengganti Puasa yang Bisa Dipilih

    Beberapa orang keliru menganggap bahwa fidyah bisa menjadi pilihan pengganti puasa bagi siapa saja yang tidak ingin berpuasa. Padahal, fidyah hanya diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar tidak mampu berpuasa karena alasan-alasan yang dibenarkan syariat.

  • Salah Perhitungan Jumlah Fidyah

    Kesalahan dalam menghitung jumlah fidyah yang harus dibayarkan sering terjadi. Misalnya, hanya membayar satu kali fidyah untuk beberapa hari puasa yang ditinggalkan. Padahal, fidyah harus dibayarkan sesuai dengan jumlah hari puasa yang ditinggalkan.

  • Memberikan Fidyah kepada Orang yang Tidak Berhak

    Ada yang keliru memberikan fidyah kepada orang-orang yang sebenarnya tidak berhak menerimanya, seperti keluarga dekat atau orang-orang yang masih mampu secara ekonomi.

  • Menunda-nunda Pembayaran Fidyah

    Beberapa orang menunda-nunda pembayaran fidyah hingga waktu yang sangat lama. Padahal, sebaiknya fidyah dibayarkan sesegera mungkin, idealnya selama bulan Ramadhan atau setidaknya sebelum Ramadhan berikutnya.

  • Tidak Berniat saat Membayar Fidyah

    Ada yang lupa atau mengabaikan pentingnya niat saat membayar fidyah. Padahal, niat merupakan salah satu syarat sahnya ibadah, termasuk dalam membayar fidyah.

  • Menganggap Fidyah Bisa Menggantikan Qadha Puasa

    Beberapa orang keliru menganggap bahwa dengan membayar fidyah, mereka tidak perlu lagi mengqadha puasa yang ditinggalkan. Padahal, untuk kasus-kasus tertentu, fidyah dan qadha puasa tetap harus dilakukan.

  • Membayar Fidyah dengan Barang yang Tidak Sesuai

    Ada yang membayar fidyah dengan barang-barang yang tidak sesuai dengan ketentuan syariat, seperti memberikan pakaian atau barang-barang non-makanan pokok.

Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan umum ini, diharapkan kita dapat lebih berhati-hati dan teliti dalam membayar fidyah. Pastikan untuk selalu merujuk pada ketentuan syariat dan berkonsultasi dengan ahli agama jika ada hal-hal yang masih belum dipahami dengan baik.

Kesimpulan

Fidyah puasa merupakan salah satu bentuk keringanan yang diberikan Allah SWT kepada umat Islam yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan karena alasan-alasan tertentu. Pemahaman yang benar tentang cara bayar fidyah puasa sangat penting agar ibadah ini dapat dilaksanakan dengan sempurna dan diterima oleh Allah SWT.

Dalam artikel ini, kita telah membahas berbagai aspek penting terkait fidyah puasa, mulai dari pengertian, kriteria orang yang diperbolehkan membayar fidyah, ketentuan dan perhitungannya, tata cara pembayaran, hingga hikmah dan manfaatnya. Poin-poin penting yang perlu diingat antara lain:

  • Fidyah hanya diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar tidak mampu berpuasa dan tidak mungkin menggantinya di lain waktu
  • Besaran fidyah disesuaikan dengan jumlah hari puasa yang ditinggalkan
  • Fidyah dapat dibayarkan dalam bentuk makanan pokok atau uang senilai makanan tersebut
  • Penerima fidyah adalah fakir miskin atau golongan yang berhak menerima zakat
  • Pembayaran fidyah sebaiknya dilakukan sesegera mungkin
  • Fidyah bukan pengganti puasa yang bisa dipilih sesuka hati, melainkan solusi bagi mereka yang benar-benar tidak mampu berpuasa

Dengan memahami dan melaksanakan pembayaran fidyah dengan benar, kita tidak hanya menggugurkan kewajiban, tetapi juga mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menjadi panduan praktis bagi kita semua dalam menunaikan kewajiban fidyah puasa. Wallahu a'lam bishawab.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya