Istilah 2 Kepribadian: Memahami Kompleksitas Jiwa Manusia

Pelajari istilah 2 kepribadian secara mendalam, termasuk definisi, penyebab, gejala, diagnosis, dan penanganan gangguan identitas disosiatif.

oleh Fadila Adelin diperbarui 13 Feb 2025, 17:30 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2025, 17:30 WIB
istilah 2 kepribadian
istilah 2 kepribadian ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Definisi Istilah 2 Kepribadian

Liputan6.com, Jakarta Istilah 2 kepribadian, yang secara medis dikenal sebagai gangguan identitas disosiatif (GID) atau dissociative identity disorder (DID), merupakan kondisi kesehatan mental yang kompleks. Pada dasarnya, penderita GID memiliki dua atau lebih kepribadian atau identitas yang berbeda dalam dirinya. Setiap kepribadian ini memiliki karakteristik, pola pikir, dan perilaku yang unik, seolah-olah ada beberapa individu yang berbeda yang menghuni satu tubuh.

Gangguan ini sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda atau multiple personality disorder (MPD). Perubahan istilah ini mencerminkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sifat gangguan tersebut, yang lebih berfokus pada fragmentasi identitas daripada munculnya kepribadian yang benar-benar terpisah.

Penting untuk dipahami bahwa GID bukanlah hasil dari imajinasi atau keinginan penderita untuk menarik perhatian. Ini adalah respons psikologis yang kompleks terhadap trauma berat, terutama trauma yang terjadi pada masa kanak-kanak. Otak menciptakan identitas terpisah sebagai mekanisme pertahanan untuk mengatasi pengalaman yang sangat menyakitkan atau menakutkan.

Penyebab Utama Gangguan Identitas Disosiatif

Gangguan identitas disosiatif umumnya berakar pada pengalaman traumatis yang parah dan berulang, terutama yang terjadi pada masa kanak-kanak. Beberapa penyebab utama meliputi:

  • Pelecehan fisik atau seksual yang berkelanjutan
  • Kekerasan emosional yang parah
  • Pengabaian ekstrem pada masa kanak-kanak
  • Kehilangan orang yang dicintai secara tragis
  • Pengalaman perang atau bencana alam
  • Prosedur medis yang traumatis pada usia dini

Trauma yang dialami biasanya sangat berat dan terjadi berulang kali, sehingga anak tidak mampu mengintegrasikan pengalaman tersebut ke dalam satu identitas yang koheren. Sebagai respons, pikiran menciptakan identitas terpisah untuk menampung ingatan dan emosi yang terkait dengan trauma tersebut.

Faktor genetik dan neurobiologis juga dapat berperan dalam perkembangan GID. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kerabat yang mengalami gangguan disosiatif mungkin memiliki kerentanan genetik yang lebih tinggi. Selain itu, perbedaan dalam struktur dan fungsi otak telah diamati pada penderita GID, meskipun belum jelas apakah ini adalah penyebab atau akibat dari gangguan tersebut.

Gejala dan Tanda-tanda Gangguan Identitas Disosiatif

Mengenali gejala gangguan identitas disosiatif dapat menjadi tantangan, karena gejalanya sering tumpang tindih dengan kondisi kesehatan mental lainnya. Namun, beberapa tanda dan gejala khas meliputi:

  • Keberadaan dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda
  • Amnesia disosiatif - kehilangan ingatan tentang peristiwa, informasi, dan pengalaman tertentu
  • Perubahan perilaku dan sikap yang tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan
  • Kebingungan tentang identitas diri, termasuk nama, usia, atau karakteristik pribadi lainnya
  • Depersonalisasi - perasaan terlepas dari tubuh atau pikiran sendiri
  • Derealisasi - perasaan bahwa lingkungan sekitar tidak nyata
  • Perubahan kemampuan, pengetahuan, atau keterampilan yang signifikan
  • Halusinasi auditori, seperti mendengar suara-suara di dalam kepala
  • Gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis, seperti sakit kepala atau nyeri tubuh

Penting untuk dicatat bahwa tidak semua individu dengan GID akan menunjukkan semua gejala ini, dan intensitas gejala dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Selain itu, banyak penderita GID juga mengalami kondisi kesehatan mental lain seperti depresi, kecemasan, atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Proses Diagnosis Gangguan Identitas Disosiatif

Diagnosis gangguan identitas disosiatif (GID) merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan evaluasi menyeluruh oleh profesional kesehatan mental yang berpengalaman. Proses diagnosis biasanya melibatkan beberapa tahap:

  1. Wawancara klinis mendalam: Psikiater atau psikolog akan melakukan wawancara terperinci untuk memahami riwayat medis, psikologis, dan sosial pasien. Ini termasuk eksplorasi tentang pengalaman masa kecil, trauma, dan gejala saat ini.
  2. Evaluasi gejala: Profesional akan menilai gejala yang dialami pasien berdasarkan kriteria diagnostik yang ditetapkan dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi kelima).
  3. Penggunaan alat penilaian terstandarisasi: Beberapa tes psikologis dan kuesioner dapat digunakan untuk menilai tingkat disosiasi dan gejala terkait. Contohnya termasuk Dissociative Experiences Scale (DES) dan Structured Clinical Interview for DSM-5 Dissociative Disorders (SCID-D).
  4. Pemeriksaan fisik: Untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab medis dari gejala, seperti epilepsi atau gangguan neurologis lainnya.
  5. Observasi perilaku: Pengamatan terhadap perubahan perilaku atau "switching" antara identitas yang berbeda dapat membantu dalam diagnosis.
  6. Diferensial diagnosis: Penting untuk membedakan GID dari kondisi lain yang mungkin memiliki gejala serupa, seperti gangguan kepribadian borderline, skizofrenia, atau gangguan bipolar.

Proses diagnosis dapat memakan waktu beberapa sesi atau bahkan lebih lama, tergantung pada kompleksitas kasus. Penting untuk diingat bahwa diagnosis GID harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari misdiagnosis, mengingat sifat gangguan yang kompleks dan kontroversi seputar keberadaannya.

Penanganan dan Terapi untuk Gangguan Identitas Disosiatif

Penanganan gangguan identitas disosiatif (GID) memerlukan pendekatan yang komprehensif dan jangka panjang. Tujuan utama terapi adalah untuk mengintegrasikan berbagai identitas menjadi satu kepribadian yang koheren, atau setidaknya mencapai tingkat kerjasama dan komunikasi yang lebih baik antara identitas yang berbeda. Beberapa metode penanganan yang umum digunakan meliputi:

  1. Psikoterapi: Ini adalah landasan utama pengobatan GID. Beberapa pendekatan yang sering digunakan termasuk:
    • Terapi kognitif-perilaku (CBT): Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat.
    • Terapi psikodinamik: Berfokus pada eksplorasi konflik bawah sadar dan pengalaman masa lalu.
    • Terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing): Membantu pasien memproses ingatan traumatis.
  2. Terapi trauma-fokus: Mengingat peran sentral trauma dalam perkembangan GID, terapi yang berfokus pada pemrosesan dan penyembuhan trauma sangat penting.
  3. Hipnoterapi: Dapat membantu dalam mengakses dan mengintegrasikan ingatan dan pengalaman yang terpisah.
  4. Terapi seni dan ekspresif: Memberikan cara non-verbal untuk mengekspresikan emosi dan pengalaman.
  5. Terapi kelompok: Menyediakan dukungan dan validasi dari orang lain yang mengalami kondisi serupa.
  6. Farmakoterapi: Meskipun tidak ada obat khusus untuk GID, obat-obatan dapat digunakan untuk mengatasi gejala terkait seperti depresi, kecemasan, atau gangguan tidur.
  7. Pendidikan dan dukungan keluarga: Melibatkan keluarga dalam proses terapi dapat meningkatkan pemahaman dan dukungan.

Penting untuk dicatat bahwa penanganan GID adalah proses yang panjang dan memerlukan kesabaran serta komitmen dari pasien dan tim perawatan. Kemajuan sering kali bertahap, dan tujuan terapi mungkin perlu disesuaikan seiring waktu. Dalam beberapa kasus, integrasi penuh mungkin tidak tercapai, tetapi pasien dapat belajar untuk mengelola gejalanya dengan lebih baik dan meningkatkan kualitas hidupnya secara keseluruhan.

Dampak Gangguan Identitas Disosiatif pada Kehidupan Sehari-hari

Gangguan identitas disosiatif (GID) dapat memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan penderitanya. Beberapa cara GID dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari meliputi:

  • Hubungan interpersonal: Perubahan kepribadian yang tidak terduga dapat membingungkan teman, keluarga, dan pasangan, menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan hubungan yang stabil.
  • Pekerjaan dan pendidikan: Ketidakkonsistenan dalam keterampilan, pengetahuan, atau perilaku dapat mengganggu kinerja di tempat kerja atau sekolah.
  • Manajemen waktu: Kehilangan waktu akibat pergantian identitas dapat menyebabkan kesulitan dalam menjaga jadwal atau memenuhi komitmen.
  • Kesehatan fisik: Stres kronis dan gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan dapat berdampak negatif pada kesehatan secara keseluruhan.
  • Kesehatan mental: Kecemasan, depresi, dan gangguan mood lainnya sering menyertai GID, memperburuk tantangan emosional.
  • Fungsi kognitif: Kesulitan konsentrasi, masalah memori, dan kebingungan dapat mengganggu kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari.
  • Identitas diri: Kebingungan tentang identitas pribadi dapat menyebabkan krisis eksistensial dan kesulitan dalam membuat keputusan jangka panjang.
  • Masalah hukum: Dalam beberapa kasus, tindakan yang dilakukan oleh satu identitas mungkin tidak diingat oleh identitas lain, berpotensi menyebabkan masalah hukum.

Meskipun tantangan-tantangan ini signifikan, penting untuk diingat bahwa dengan diagnosis yang tepat dan penanganan yang komprehensif, banyak individu dengan GID dapat belajar mengelola gejala mereka dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan mental sangat penting dalam proses pemulihan.

Mitos dan Fakta Seputar Gangguan Identitas Disosiatif

Gangguan identitas disosiatif (GID) sering disalahpahami dan dikelilingi oleh berbagai mitos. Berikut adalah beberapa mitos umum dan fakta yang mengklarifikasinya:

Mitos 1: GID adalah kondisi yang sangat langka

Fakta: Meskipun GID memang tidak umum, penelitian menunjukkan bahwa prevalensinya mungkin lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. Studi terbaru mengestimasi bahwa sekitar 1-1,5% populasi umum mungkin mengalami GID.

Mitos 2: Orang dengan GID selalu menunjukkan perubahan kepribadian yang dramatis

Fakta: Pergantian antara identitas sering terjadi secara halus dan mungkin tidak selalu terlihat oleh orang luar. Banyak individu dengan GID belajar menyembunyikan gejala mereka.

Mitos 3: GID hanya terjadi pada wanita

Fakta: Meskipun diagnosis GID lebih sering pada wanita, pria juga dapat mengalami kondisi ini. Perbedaan dalam tingkat diagnosis mungkin mencerminkan bias dalam pelaporan atau pengenalan gejala.

Mitos 4: Orang dengan GID berbahaya atau tidak dapat diprediksi

Fakta: Mayoritas individu dengan GID tidak berbahaya. Seperti gangguan kesehatan mental lainnya, GID dapat dikelola dengan perawatan yang tepat.

Mitos 5: GID adalah hasil dari imajinasi atau keinginan untuk menarik perhatian

Fakta: GID adalah gangguan mental yang nyata dan serius, biasanya berakar pada trauma masa kecil yang parah. Ini bukan hasil dari mencari perhatian atau akting.

Mitos 6: Terapi selalu bertujuan untuk menggabungkan semua identitas menjadi satu

Fakta: Sementara integrasi sering menjadi tujuan, beberapa individu dengan GID mungkin lebih baik mengelola gejalanya dengan meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara identitas yang berbeda.

Mitos 7: GID sama dengan skizofrenia

Fakta: GID dan skizofrenia adalah gangguan yang berbeda. Skizofrenia melibatkan gangguan dalam pemikiran dan persepsi realitas, sementara GID melibatkan fragmentasi identitas.

Memahami fakta-fakta ini penting untuk mengurangi stigma dan meningkatkan pemahaman tentang GID, yang pada gilirannya dapat mendorong diagnosis dan perawatan yang lebih baik bagi mereka yang mengalaminya.

Peran Keluarga dan Lingkungan dalam Mendukung Penderita GID

Dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial memainkan peran krusial dalam proses pemulihan dan pengelolaan gangguan identitas disosiatif (GID). Berikut adalah beberapa cara keluarga dan orang terdekat dapat memberikan dukungan yang efektif:

  1. Edukasi diri: Mempelajari tentang GID dapat membantu keluarga memahami perilaku dan kebutuhan penderita dengan lebih baik. Ini termasuk memahami bahwa GID adalah kondisi yang nyata dan serius, bukan hasil dari "akting" atau mencari perhatian.
  2. Menciptakan lingkungan yang aman: Menyediakan lingkungan yang stabil, konsisten, dan bebas dari trauma dapat membantu penderita merasa aman dan mendukung proses penyembuhan.
  3. Mendengarkan tanpa menghakimi: Memberikan ruang bagi penderita untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman mereka tanpa kritik atau penilaian dapat membantu membangun kepercayaan.
  4. Menghormati batas: Memahami dan menghormati kebutuhan penderita akan privasi dan ruang pribadi, terutama selama periode stres atau pergantian identitas.
  5. Konsistensi dalam interaksi: Berusaha untuk konsisten dalam cara berinteraksi dengan berbagai identitas dapat membantu menciptakan stabilitas.
  6. Mendukung perawatan profesional: Mendorong dan membantu penderita untuk mendapatkan dan mematuhi perawatan profesional, termasuk terapi dan pengobatan jika diperlukan.
  7. Partisipasi dalam terapi keluarga: Berpartisipasi dalam sesi terapi keluarga dapat membantu meningkatkan komunikasi dan pemahaman di antara anggota keluarga.
  8. Membantu dalam manajemen kehidupan sehari-hari: Memberikan bantuan praktis dalam mengelola tugas-tugas sehari-hari, terutama selama periode yang sulit.
  9. Menjaga kesehatan diri: Anggota keluarga juga perlu merawat kesehatan mental mereka sendiri, mungkin dengan mencari dukungan atau konseling untuk diri mereka sendiri.
  10. Membangun jaringan dukungan: Menghubungkan dengan kelompok dukungan atau keluarga lain yang menghadapi situasi serupa dapat memberikan dukungan tambahan dan sumber daya.

Penting untuk diingat bahwa mendukung seseorang dengan GID dapat menjadi tantangan emosional yang besar. Keluarga dan orang terdekat juga perlu mencari dukungan untuk diri mereka sendiri dan tidak ragu untuk meminta bantuan profesional jika diperlukan. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang konsisten, keluarga dapat memainkan peran penting dalam perjalanan pemulihan penderita GID.

Perkembangan Terkini dalam Penelitian dan Pengobatan GID

Penelitian tentang gangguan identitas disosiatif (GID) terus berkembang, membawa pemahaman baru dan pendekatan pengobatan yang lebih efektif. Beberapa perkembangan terkini dalam bidang ini meliputi:

  1. Neuroimaging: Studi menggunakan teknik pencitraan otak seperti fMRI telah mulai mengungkap perbedaan struktural dan fungsional dalam otak individu dengan GID. Ini membantu memperkuat pemahaman bahwa GID memiliki dasar neurobiologis yang nyata.
  2. Terapi berbasis mindfulness: Pendekatan yang menggabungkan teknik mindfulness dengan terapi tradisional telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam membantu individu dengan GID mengelola gejala mereka dan meningkatkan integrasi.
  3. Pengobatan trauma yang lebih baik: Mengingat peran sentral trauma dalam perkembangan GID, pendekatan baru dalam pengobatan trauma, seperti Terapi Pemrosesan Kognitif (CPT) dan Terapi Narasi Eksposur (NET), sedang dieksplorasi untuk efektivitasnya dalam menangani GID.
  4. Pendekatan terintegrasi: Ada pergeseran menuju model pengobatan yang lebih holistik, menggabungkan berbagai modalitas terapi untuk menangani berbagai aspek GID, termasuk trauma, disosiasi, dan komorbiditas.
  5. Teknologi virtual reality: Penggunaan teknologi VR dalam terapi sedang dieksplorasi sebagai alat untuk membantu individu dengan GID mengintegrasikan pengalaman dan memori yang terfragmentasi.
  6. Penelitian genetik: Studi genetik sedang dilakukan untuk lebih memahami potensi faktor keturunan dalam kerentanan terhadap GID.
  7. Peningkatan alat diagnostik: Pengembangan alat penilaian yang lebih canggih dan sensitif untuk mendiagnosis GID dan membedakannya dari kondisi lain yang memiliki gejala serupa.
  8. Fokus pada pencegahan: Meningkatnya perhatian pada identifikasi dan intervensi dini pada anak-anak yang mengalami trauma, dengan harapan dapat mencegah perkembangan GID.
  9. Pendekatan farmakologis yang ditargetkan: Meskipun tidak ada obat khusus untuk GID, penelitian sedang dilakukan untuk mengidentifikasi intervensi farmakologis yang dapat membantu mengelola gejala spesifik atau kondisi komorbid.
  10. Studi longitudinal: Penelitian jangka panjang sedang dilakukan untuk lebih memahami perjalanan GID sepanjang hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil jangka panjang.

Perkembangan-perkembangan ini memberikan harapan bagi diagnosis yang lebih akurat, pengobatan yang lebih efektif, dan pemahaman yang lebih baik tentang GID. Namun, penting untuk dicatat bahwa banyak dari penelitian ini masih dalam tahap awal, dan diperlukan studi lebih lanjut untuk memvalidasi temuan dan mengembangkan pendekatan pengobatan baru. Sementara itu, pendekatan pengobatan yang ada, terutama psikoterapi yang berfokus pada trauma, tetap menjadi landasan penanganan GID.

Kesimpulan

Gangguan identitas disosiatif (GID) atau istilah 2 kepribadian merupakan kondisi kesehatan mental yang kompleks dan sering disalahpahami. Berakar pada pengalaman traumatis yang parah, terutama pada masa kanak-kanak, GID mencerminkan upaya pikiran untuk melindungi diri dari ingatan dan emosi yang sangat menyakitkan. Meskipun diagnosis dan penanganannya menantang, pemahaman kita tentang GID terus berkembang berkat penelitian yang berkelanjutan.

Penting untuk diingat bahwa individu dengan GID dapat menjalani kehidupan yang memuaskan dengan diagnosis yang tepat, perawatan yang komprehensif, dan dukungan dari lingkungan sekitar. Pendekatan terapeutik yang berfokus pada integrasi atau peningkatan kerjasama antar identitas, dikombinasikan dengan penanganan trauma yang mendasarinya, telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Sebagai masyarakat, kita memiliki peran penting dalam mengurangi stigma seputar GID dan gangguan kesehatan mental lainnya. Dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi mereka yang hidup dengan kondisi ini. Perkembangan dalam penelitian dan pengobatan memberikan harapan untuk masa depan yang lebih cerah bagi individu dengan GID, membuka jalan menuju diagnosis yang lebih akurat, pengobatan yang lebih efektif, dan kualitas hidup yang lebih baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya