Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda merasa selalu ingin menyenangkan orang lain, bahkan dengan mengorbankan kebutuhan dan keinginan diri sendiri? Jika ya, mungkin Anda memiliki kecenderungan sebagai seorang "people pleaser". Istilah ini merujuk pada seseorang yang memiliki dorongan kuat untuk selalu menyenangkan dan memenuhi ekspektasi orang lain, seringkali dengan mengabaikan kebutuhan pribadinya sendiri. Mari kita telusuri lebih dalam tentang apa itu people pleaser, ciri-cirinya, penyebabnya, serta bagaimana cara mengatasinya.
Definisi People Pleaser
People pleaser adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kecenderungan kuat untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan jika hal tersebut merugikan dirinya sendiri. Mereka seringkali mengutamakan kebutuhan, keinginan, dan perasaan orang lain di atas kepentingan pribadi mereka sendiri.
Seorang people pleaser biasanya memiliki kesulitan untuk mengatakan "tidak" dan cenderung mengorbankan waktu, energi, dan sumber daya mereka demi memenuhi permintaan atau harapan orang lain. Mereka sering merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan dan kesejahteraan orang-orang di sekitar mereka, bahkan ketika hal tersebut berada di luar kendali mereka.
Perilaku ini seringkali berakar dari keinginan yang kuat untuk diterima, disukai, dan dihargai oleh orang lain. Namun, dalam jangka panjang, perilaku people pleasing dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, hubungan sosial, dan kualitas hidup seseorang.
Advertisement
Ciri-Ciri People Pleaser
Untuk memahami apakah seseorang memiliki kecenderungan sebagai people pleaser, berikut adalah beberapa ciri-ciri yang sering ditemui:
- Sulit mengatakan "tidak": People pleaser seringkali merasa tidak nyaman atau bersalah ketika harus menolak permintaan orang lain, bahkan jika permintaan tersebut tidak masuk akal atau membebani mereka.
- Selalu mengutamakan kebutuhan orang lain: Mereka cenderung menempatkan keinginan dan kebutuhan orang lain di atas kepentingan pribadi mereka sendiri.
- Takut mengecewakan orang lain: Ada ketakutan yang kuat akan penolakan atau ketidaksetujuan dari orang lain jika mereka tidak memenuhi harapan atau permintaan tersebut.
- Sering meminta maaf secara berlebihan: Mereka cenderung meminta maaf bahkan untuk hal-hal kecil atau situasi yang bukan kesalahan mereka.
- Menghindari konflik: People pleaser sering menghindari konfrontasi atau perbedaan pendapat demi menjaga hubungan baik dengan orang lain.
- Mencari validasi dan persetujuan: Mereka sangat bergantung pada pujian dan pengakuan dari orang lain untuk merasa berharga.
- Sulit menetapkan batasan: Mereka kesulitan menentukan dan mempertahankan batasan pribadi dalam hubungan dengan orang lain.
- Merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain: Mereka sering merasa perlu untuk "memperbaiki" atau mengontrol emosi dan situasi orang di sekitar mereka.
Mengenali ciri-ciri ini adalah langkah pertama dalam memahami dan mengatasi perilaku people pleasing. Penting untuk diingat bahwa memiliki beberapa ciri ini tidak selalu berarti seseorang adalah people pleaser, namun jika sebagian besar ciri-ciri ini terasa familiar, mungkin ada kecenderungan ke arah tersebut.
Penyebab Perilaku People Pleasing
Perilaku people pleasing tidak muncul begitu saja. Ada berbagai faktor yang dapat berkontribusi terhadap berkembangnya kecenderungan ini. Berikut adalah beberapa penyebab umum:
1. Pengalaman Masa Kecil
Seringkali, akar dari perilaku people pleasing dapat ditelusuri kembali ke pengalaman masa kecil. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana cinta dan penerimaan bersyarat (hanya diberikan ketika mereka "baik" atau memenuhi harapan tertentu) mungkin mengembangkan kebiasaan untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain sebagai cara untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian.
2. Harga Diri Rendah
Individu dengan harga diri rendah mungkin merasa bahwa nilai mereka bergantung pada persetujuan dan penerimaan orang lain. Mereka mungkin percaya bahwa satu-satunya cara untuk merasa berharga adalah dengan terus-menerus memenuhi kebutuhan dan harapan orang lain.
3. Kecemasan Sosial
Orang dengan kecemasan sosial mungkin mengembangkan perilaku people pleasing sebagai mekanisme pertahanan. Dengan selalu berusaha menyenangkan orang lain, mereka berharap dapat menghindari penolakan atau penilaian negatif yang mereka takuti.
4. Pola Asuh
Pola asuh tertentu dapat berkontribusi pada pengembangan perilaku people pleasing. Misalnya, orang tua yang terlalu kritis atau yang menggunakan rasa bersalah sebagai alat kontrol mungkin tanpa sadar mendorong anak-anak mereka untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain untuk menghindari kritik atau rasa bersalah.
5. Trauma atau Pengalaman Negatif
Pengalaman traumatis atau sangat negatif, seperti bullying atau penolakan sosial yang signifikan, dapat mendorong seseorang untuk mengembangkan perilaku people pleasing sebagai cara untuk melindungi diri dan mencegah pengalaman serupa di masa depan.
6. Faktor Budaya
Beberapa budaya mungkin lebih menekankan harmoni sosial dan menghindari konflik, yang dapat mendorong perilaku people pleasing sebagai norma sosial yang diterima.
7. Kepribadian
Beberapa tipe kepribadian, seperti mereka yang sangat empatis atau yang memiliki kecenderungan untuk mengutamakan kebutuhan orang lain, mungkin lebih rentan terhadap perilaku people pleasing.
Memahami penyebab-penyebab ini penting dalam proses mengatasi perilaku people pleasing. Dengan mengenali akar masalahnya, seseorang dapat mulai mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi kecenderungan ini dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan orang lain.
Advertisement
Dampak Negatif Menjadi People Pleaser
Meskipun niat seorang people pleaser mungkin baik, perilaku ini dapat membawa berbagai dampak negatif jangka panjang. Berikut adalah beberapa konsekuensi yang mungkin dialami:
1. Stres dan Kelelahan Emosional
Terus-menerus berusaha memenuhi kebutuhan dan harapan orang lain dapat sangat melelahkan secara emosional. People pleaser sering merasa kewalahan dan stres karena tekanan untuk selalu tersedia dan membantu orang lain, bahkan ketika mereka sendiri membutuhkan istirahat atau perhatian.
2. Kehilangan Identitas Diri
Dengan selalu mengutamakan keinginan orang lain, people pleaser berisiko kehilangan kontak dengan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri. Mereka mungkin kesulitan mengenali apa yang sebenarnya mereka inginkan atau butuhkan, yang dapat mengakibatkan krisis identitas.
3. Hubungan yang Tidak Seimbang
Perilaku people pleasing dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan. Orang lain mungkin mulai mengambil keuntungan atau mengharapkan terlalu banyak, sementara kebutuhan people pleaser sendiri terabaikan. Ini dapat mengarah pada rasa kecewa dan kebencian yang terpendam.
4. Penurunan Harga Diri
Meskipun people pleaser sering mencari validasi eksternal, perilaku ini sebenarnya dapat merusak harga diri mereka dalam jangka panjang. Mereka mungkin mulai merasa bahwa nilai mereka hanya bergantung pada seberapa banyak mereka dapat melakukan untuk orang lain.
5. Kesulitan Membuat Keputusan
Karena terbiasa mengutamakan keinginan orang lain, people pleaser mungkin kesulitan membuat keputusan untuk diri mereka sendiri. Mereka mungkin selalu mencari pendapat orang lain sebelum mengambil keputusan, bahkan untuk hal-hal kecil.
6. Kecemasan dan Depresi
Tekanan konstan untuk menyenangkan orang lain dapat berkontribusi pada peningkatan kecemasan dan, dalam beberapa kasus, depresi. Perasaan tidak mampu memenuhi harapan semua orang dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya dan putus asa.
7. Kesehatan Fisik Terganggu
Stres kronis yang sering dialami oleh people pleaser dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. Ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan tidur, sakit kepala, dan penurunan sistem kekebalan tubuh.
8. Kehilangan Kesempatan Pribadi
Dengan selalu mengutamakan kebutuhan orang lain, people pleaser mungkin melewatkan kesempatan untuk pengembangan diri atau pencapaian tujuan pribadi. Mereka mungkin mengorbankan impian atau ambisi mereka sendiri demi membantu orang lain mencapai tujuan mereka.
Menyadari dampak-dampak negatif ini adalah langkah penting dalam memotivasi perubahan. Penting bagi people pleaser untuk belajar menyeimbangkan kebaikan terhadap orang lain dengan perawatan diri yang sehat dan penghargaan terhadap kebutuhan pribadi mereka sendiri.
Cara Mengatasi Perilaku People Pleasing
Mengatasi kecenderungan people pleasing membutuhkan waktu dan usaha, tetapi sangat mungkin dilakukan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu:
1. Kenali dan Akui Perilaku
Langkah pertama adalah mengenali dan mengakui bahwa Anda memiliki kecenderungan people pleasing. Perhatikan situasi di mana Anda merasa terdorong untuk mengatakan "ya" padahal sebenarnya ingin mengatakan "tidak".
2. Praktikkan Mengatakan "Tidak"
Mulailah dengan mengatakan "tidak" pada hal-hal kecil. Ingat bahwa menolak permintaan tidak membuat Anda menjadi orang yang buruk. Praktikkan mengatakan "tidak" dengan sopan tetapi tegas.
3. Tetapkan Batasan yang Jelas
Tentukan batasan pribadi Anda dan komunikasikan dengan jelas kepada orang lain. Ini bisa termasuk batasan waktu, energi, atau jenis bantuan yang Anda bersedia berikan.
4. Prioritaskan Diri Sendiri
Luangkan waktu untuk merawat diri sendiri dan melakukan hal-hal yang Anda nikmati. Ingat bahwa memprioritaskan kebutuhan Anda sendiri bukanlah tindakan egois, melainkan penting untuk kesejahteraan Anda.
5. Praktikkan Penerimaan Diri
Bekerjalah pada penerimaan diri dan harga diri. Ingat bahwa nilai Anda tidak bergantung pada persetujuan atau pujian dari orang lain.
6. Belajar Asertif
Pelajari dan praktikkan komunikasi asertif. Ini melibatkan mengekspresikan kebutuhan dan perasaan Anda dengan jelas dan hormat, tanpa menyerang atau merendahkan orang lain.
7. Cari Dukungan
Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional seperti terapis. Mereka dapat memberikan perspektif yang berharga dan dukungan dalam perjalanan Anda.
8. Refleksikan Motivasi Anda
Tanyakan pada diri sendiri mengapa Anda merasa perlu menyenangkan orang lain. Apakah karena takut ditolak? Atau karena merasa tidak berharga jika tidak membantu? Memahami motivasi dapat membantu Anda mengatasi akar masalahnya.
9. Berlatih Mindfulness
Praktik mindfulness dapat membantu Anda lebih sadar akan perasaan dan kebutuhan Anda sendiri, memungkinkan Anda untuk membuat keputusan yang lebih selaras dengan nilai-nilai pribadi Anda.
10. Beri Diri Anda Waktu
Perubahan tidak terjadi dalam semalam. Beri diri Anda waktu dan bersikap sabar dalam proses ini. Setiap langkah kecil adalah kemajuan yang patut dirayakan.
Ingat, tujuannya bukan untuk berhenti peduli atau membantu orang lain sama sekali, melainkan untuk menemukan keseimbangan yang sehat antara memenuhi kebutuhan orang lain dan diri sendiri. Dengan latihan dan kesabaran, Anda dapat mengembangkan hubungan yang lebih sehat dan otentik, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
Advertisement
Perbedaan Antara People Pleaser dan Orang yang Baik Hati
Seringkali, people pleaser dianggap sebagai orang yang sangat baik hati. Namun, ada perbedaan signifikan antara menjadi seorang people pleaser dan menjadi orang yang benar-benar baik hati. Memahami perbedaan ini penting untuk mengembangkan hubungan yang sehat dan otentik. Mari kita telusuri perbedaan utama antara keduanya:
1. Motivasi
People Pleaser: Motivasi utama seorang people pleaser adalah menghindari penolakan dan mencari persetujuan. Mereka sering bertindak dari rasa takut atau kecemasan.
Orang Baik Hati: Motivasi mereka adalah ketulusan dan keinginan murni untuk membantu. Mereka bertindak dari tempat kasih sayang dan empati, bukan dari ketakutan.
2. Batasan
People Pleaser: Mereka sering kesulitan menetapkan dan mempertahankan batasan. Mereka mungkin mengorbankan kebutuhan pribadi demi orang lain.
Orang Baik Hati: Mereka mampu menetapkan batasan yang sehat. Mereka tahu kapan harus mengatakan "tidak" dan menghargai kebutuhan pribadi mereka sendiri.
3. Konsistensi
People Pleaser: Perilaku mereka mungkin tidak konsisten. Mereka bisa sangat membantu dalam satu situasi, tetapi kemudian merasa kesal atau marah karena merasa dimanfaatkan.
Orang Baik Hati: Mereka lebih konsisten dalam perilaku mereka. Kebaikan mereka tidak bergantung pada mood atau situasi tertentu.
4. Harapan
People Pleaser: Mereka sering memiliki harapan tersembunyi. Mereka mungkin mengharapkan timbal balik atau pengakuan atas kebaikan mereka.
Orang Baik Hati: Mereka tidak memiliki agenda tersembunyi. Mereka membantu tanpa mengharapkan imbalan atau pengakuan.
5. Harga Diri
People Pleaser: Harga diri mereka sering bergantung pada persetujuan dan pujian dari orang lain.
Orang Baik Hati: Harga diri mereka berasal dari dalam. Mereka merasa baik tentang diri mereka sendiri terlepas dari pendapat orang lain.
6. Kejujuran
People Pleaser: Mereka mungkin tidak selalu jujur tentang perasaan atau pendapat mereka untuk menghindari konflik atau ketidaksetujuan.
Orang Baik Hati: Mereka jujur dan otentik dalam interaksi mereka, bahkan jika itu berarti harus tidak setuju dengan orang lain.
7. Fleksibilitas
People Pleaser: Mereka cenderung kaku dalam usaha mereka untuk menyenangkan semua orang, yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan.
Orang Baik Hati: Mereka lebih fleksibel dan dapat menyesuaikan respons mereka berdasarkan situasi dan kapasitas mereka saat itu.
8. Penerimaan Diri
People Pleaser: Mereka sering merasa tidak cukup baik dan terus-menerus mencari validasi eksternal.
Orang Baik Hati: Mereka menerima diri mereka sendiri, termasuk kekurangan mereka, dan tidak bergantung pada penerimaan orang lain untuk merasa berharga.
Memahami perbedaan ini dapat membantu seseorang untuk bergeser dari perilaku people pleasing menuju kebaikan hati yang lebih otentik dan sehat. Tujuannya adalah untuk dapat membantu dan peduli pada orang lain tanpa mengorbankan kesejahteraan diri sendiri atau bertindak dari tempat ketakutan dan kecemasan.
Kesimpulan
Menjadi seorang people pleaser bukanlah kondisi permanen atau karakter yang tidak bisa diubah. Ini adalah pola perilaku yang dapat dikenali, dipahami, dan diubah dengan kesadaran dan usaha yang konsisten. Memahami akar penyebab, mengenali dampak negatifnya, dan menerapkan strategi untuk mengatasinya adalah langkah-langkah penting dalam perjalanan menuju hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan orang lain.
Penting untuk diingat bahwa perubahan tidak terjadi dalam semalam. Ini adalah proses yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan sering kali dukungan dari orang lain atau profesional. Namun, setiap langkah kecil menuju keseimbangan yang lebih baik antara memenuhi kebutuhan diri sendiri dan orang lain adalah kemajuan yang patut dirayakan.
Akhirnya, tujuan dari mengatasi perilaku people pleasing bukanlah untuk berhenti peduli atau membantu orang lain sama sekali. Sebaliknya, ini tentang menemukan cara yang lebih sehat dan otentik untuk berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Dengan belajar menghargai diri sendiri, menetapkan batasan yang sehat, dan berkomunikasi secara asertif, kita dapat membangun hubungan yang lebih memuaskan dan bermakna, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
Ingatlah, Anda berharga dan layak dihargai terlepas dari seberapa banyak Anda dapat melakukan untuk orang lain. Merawat diri sendiri dan menghormati kebutuhan pribadi Anda bukanlah tindakan egois, melainkan fondasi penting untuk kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)