Pantau Warga dan Diplomat, AS Kirim Pesawat Tanpa Awak ke Baghdad

Sejumlah pesawat tanpa awak itu terbang di atas ibukota Irak, Baghdad, untuk memantau warga AS dan diplomatnya di tanah Irak tersebut.

oleh Muhammad Ali diperbarui 28 Jun 2014, 00:45 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2014, 00:45 WIB
drone
(www:time.com)

Liputan6.com, Baghdad - Untuk  melindung pasukan dan para diplomat, Amerika Serikat mengirim sejumlah pesawat tanpa awak (drone) ke ibukota Irak, Baghdad. Meski begitu, pengiriman drone itu bukan berarti untuk menyerang pemberontak Irak karena penyerangan harus melalui persetujuan dari Presiden Barack Obama.

Obama sendiri belum memutuskan soal serangan udara, namun untuk saat ini pasukan-pasukan Amerika sedang dipusatkan untuk mengukur keadaan militer Irak serta musuh-musuh mereka di medan perang,

"Kami memiliki pasukan yang diperlukan tidak hanya untuk melindungi pasukan kita sendiri, tetapi harus disiapkan, harus Presiden membuat keputusan untuk melakukan sesuatu yang lebih," kata seorang pejabat senior Pentagon, seperti dikutip Time.com, Jumat (27/6/2014).

"Kami punya pesawat yang berawak maupun yang tak berawak di Irak. Dan itu seharusnya tidak mengejutkan bagi siapa pun bahwa beberapa pesawat kami memiliki persenjataan."

Penerbangan pesawat tanpa awak itu tidak selalu meramalkan perubahan kebijakan dari Obama, yang telah mengirimkan penasihat militer untuk membantu perjuangan tentara Irak melawan militan Sunni untuk mengambil kendali petak negara. Namun, mereka mengatakan hanya akan terlibat dalam pelatihan bukan pertempuran .

"Ini tidak berarti bahwa kepentingannya adalah untuk mengerahkan pasukan tersebut,- jika Presiden belum membuat keputusan untuk menggunakan segala macam tindakan- tapi bisa saja senjata itu akan digunakan untuk perlindungan penasihat kami di lapangan, tentu saja mereka bisa lakukan itu, "kata pejabat militer.

"Mereka juga mencari target kesempatan. Jika Presiden memutuskan mereka pantas untuk diserang dan yakin mereka ada di sana untuk itu. Namun Presiden belum membuat keputusan tersebut."

Pesawat-pesawat robotik bersenjata itu merupakan pengerahan tambahan dari pesawat-pesawat AS lainnya, baik yang berawak maupun tanpa awak yang melakukan sekitar 30-35 penerbangan pengintaian dalam satu hari. Operasi penerbangan dilancarkan saat Washington berupaya mendapatkan gambaran yang lebih jelas terkait peristiwa-peristiwa di lapangan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya