Liputan6.com, La Paz - Evo Morales mendeklarasikan kemenangannya dalam Pemilihan Presiden Bolivia yang digelar Minggu waktu setempat.
"Ini adalah kemenangan anti-imperialisme dan anti-kolonialisme," kata Morales pada ribuan pendukungnya, dari balkon istana kepresidenan," seperti dikutip dari Reuters, Senin (13/10/2014).
Ini adalah kemenangan ketiganya. Meski komisi pemilihan umum belum mengumumkan perolehan suara, Morales mengklaim meraup 60 persen suara.
Morales sebelumnya unggul dalam jajak pendapat, dibanding 4 kandidat lawannya. Pertumbuhan ekonomi lebih dari 6 persen tahun lalu -- yang didorong penjualan gas alam dalam negeri dan ekspor ke 2 negara tetangga, Brasil dan Argentina -- ikut mempengaruhi dukungan pemilih terhadapnya.
Pria 54 tahun tersebut kali pertama menjabat pada 2006, salah satu kebijakannya adalah memperluas kontrol terhadap perusahaan migas asing serta menaikkan pajak dan royalti yang haru mereka bayarkan. Morales menggunakan pendapatan negaranya terbanyak untuk pembangunan infrastruktur, membangun jalan-jalan, dan sistem kereta gantung yang menghubungkan La Paz dengan El Alto. Ia juga mencanangkan program sosial: bantuan untuk para siswa dan pensiun yang lebih besar untuk para lansia.
Kini, 1 dari 5 orang di negara berpenduduk 10,5 juta itu hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem. Namun, menurut badan statistik Bolivia, jumlahnya jauh lebih mending dari tahun 2006 di mana lebih dari sepertiga penduduk hidup tak layak.
Morales, dari suku Indian Aymara, lahir dari keluarga miskin. Ia menjalin aliansi dengan pemerintahan Venezuela yang sosialis. Seperti dimuat New York Times, ia beberapa kali ia terlibat perselisihan dengan Amerika Serikat, mengusir duta besar Amerika di tahun 2008, menyuruh Drug Enforcement Administration hengkang dari negaranya pada 2009. Dan tahun lalu giliran United States Agency for International Development yang diminta angkat kaki. Namun belakangan ia lebih pragmatis dibandingkan sekutunya di Caracas.
Dengan kemenangan terbaru, Morales akan jadi presiden sampai 2020. Konstitusi melarang dia mencalonkan diri setelah itu.
Namun, banyak orang di Bolivia bertanya-tanya, apakah ia akan melakukan perubahan konstitusi yang memungkinkannya memerintah lebih lama dari itu. Seperti yang dilakukan sekutunya, Hugo Chavez di Venezuela. Atau langkah yang diambil Rafael Correa di Ekuador. (Mvi)
Baca juga: Pemujaan Iblis di 'Gunung Pemakan Manusia' Cerro Rico di Bolivia
Penentang AS, Evo Morales Terpilih Lagi Jadi Presiden Bolivia
Meski komisi pemilihan umum belum mengumumkan perolehan suara, Morales mengklaim meraup 60 persen suara dalam Pilpres Bolivia.
Diperbarui 13 Okt 2014, 11:08 WIBDiterbitkan 13 Okt 2014, 11:08 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Australia Janji Tetap Jadi Donor Bantuan Terbesar di Pasifik Selatan
PSU di 24 Daerah, NETGRIT Kritik Kualitas KPU-Bawaslu dalam Penyelenggaraan Pemilu
Pegawai Pertamina Minta Masyarakat Tak Tersulut Informasi Sesat soal BBM Oplosan
Ketika Sholat Merasakan Hal Ini, Itu Tanda Kita Tidak Ada Sekat Lagi dengan Allah Kata UAH
Arti Tanda Tangan: Cerminan Kepribadian dan Identitas Diri
Istri Mensos Gus Ipul Aktif dalam Kegiatan Dukung Pemberdayaan Komunitas Mangrove
Erick Thohir Pede Danantara Bawa Sentimen Positif ke IHSG
Napoli vs Inter Milan: Duel Puncak Klasemen Serie A yang Mengguncang!
Peran Penting Ibu Saat Puasa, Manajer Keluarga Menuju Ramadan Sehat
441.675 Tiket Kereta Api Lebaran Sudah Terjual, KAI: Segera Pesan Sebelum Kehabisan
Tidak Sengaja Makan dan Minum, Batalkah Puasanya? Ini Penjelasan Buya Yahya
Dapat 1.353 Unit SPK, Aion V Jadi Primadona di IIMS 2025