Berisiko Terpapar Ebola, Sierra Leone Larang Perayaan Natal

Sierra Leone menjadi negara paling parah yang terkena dampak virus Ebola di kawasan Afrika Barat.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 13 Des 2014, 14:34 WIB
Diterbitkan 13 Des 2014, 14:34 WIB
Ilustrasi Virus Ebola
Ilustrasi Virus Ebola (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Sierra Leone - Pemerintah Sierra Leone di Afrika Barat memutuskan melarang perayaan Natal dan Tahun Baru secara massal. Hal itu dilakukan guna mencegah penyebaran lebih luas virus Ebola.

"Presiden Ernest Bai Koroma memerintahkan para serdadu bersiaga di jalan-jalan selama masa perayaan, guna memastikan warga tetap berada di rumah masing-masing," demikian diberitakan BBC, Sabtu (13/12/2014).

Meski Islam merupakan agama terbesar di Sierra Leone, Natal dan Tahun Baru dirayakan secara tradisional oleh masyarakat negara tersebut. Namun, lantaran virus Ebola telah menyebar luas, pemerintah tidak mau mengambil risiko.

Sierra Leone sendiri tercatat sebagai negara paling parah yang terdampak Ebola di kawasan Afrika Barat, dengan lebih dari 8.000 kasus dan 1.900 korban tewas.

Secara keseluruhan, di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone, terdapat 6.580 korban tewas akibat Ebola. Berdasarkan fakta itu, Presiden Koroma menduga kasus Ebola meningkat di negaranya, terutama di kawasan barat laut, seperti Port Loko dan Bombali.

Virus Ebola pertama kali diidentifikasi pada 1976. Virus itu menyebabkan seseorang mengalami muntah, diare, dan pendarahan. Virus Ebola bisa menular melalui darah, muntah, feses, dan cairan tubuh manusia pengidap Ebola ke manusia lain. Virus juga bisa ditemukan dalam urine dan cairan sperma. (Tnt/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya