Kartunis Charlie Hebdo 'Pensiun' Menggambar Nabi Muhammad

Renald Luzier atau Luz adalah sosok yang mendesain sampul Charlie Hebdo. Dengan karikatur Nabi Muhammad.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 30 Apr 2015, 12:15 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2015, 12:15 WIB
Kartunis Charlie Hebdo, Renald Luzier atau Luz
Kartunis Charlie Hebdo, Renald Luzier atau Luz (AFP)

Liputan6.com, Paris Renald Luzier atau Luz adalah sosok yang mendesain sampul Charlie Hebdo pasca serangan teror di kantor redaksi  majalah satir itu. Yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad, yang berwajah sedih dan meneteskan air mata, serta memegang kertas bertuliskan, 'Je Suis Charlie'. Saya Charlie.

Tepat di bawah nama Charlie Hebdo, tertera kalimat Tout est Pardonne -- semua telah dimaafkan.

Kini, Luz mengatakan, ia tak akan lagi menggambar Nabi junjungan umat Islam itu lagi. "Saya tak lagi tertarik menggambarnya (Nabi Muhammad)," ujar dia, seperti dikutip dari BBC, Kamis (30/4/2015).

"Saya lelah (menggambar kartun Nabi), lelah menggambar Sarkozy (mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy). Aku tak akan menghabiskan hidupku dengan menggambar mereka," kata dia.

Penggambaran para nabi -- termasuk Nabi Muhammad dilarang dalam ajaran Islam. Untuk mencegah pemujaan.

Namun, beberapa kali Charlie Hebdo melakukannya. Pada November 2011, kantor majalah tersebut juga pernah diserang bom molotov tak lama setelah menerbitkan kartun Rasulullah.

Media internasional tengah berduka. Sebuah aksi penembakan brutal baru saja terjadi dan menyerang kantor majalah Perancis Charlie Hebdo

Majalah satir itu juga membuat sejumlah karikatur yang menyinggung perasaan pemeluk agama lain. Paus dan biarawati dijadikan bahan olok-olok. Pun dengan sejumlah tokoh.

Pada 7 Januari 2015, 2 teroris merangsek masuk ke ruang redaksi media itu. Mereka melepaskan tembakan membabi buta. Total 12 nyawa terenggut.

Serangan itu menerbitkan rasa simpati, dengan simbol 'Je suis Charlie'.

Beberapa hari setelah serangan, para editor Charlie Hebdo yang selamat menerbitkan tabloidnya -- sebagai bentuk perlawanan. Dengan tetap memajang gambar Nabi Muhammad.

Edisi itu laris manis, terjual 8 juta eksemplar. Padahal, normalnya, sekali cetak hanya 60.000 majalah. 

Sebanyak 12 orang tewas, termasuk 2 polisi dalam insiden teror di kantor majalah Prancis, Charlie Hebdo di Paris

Sirkulasi majalah Charlie Hebdo sejatinya tidak tinggi. Bahkan selama 1981 hingga 1991, media itu tak  terbit karena kekurangan sumber daya, terutama dana.

Namun, karena kartun halaman depan majalah itu selalu mencolok dan judul menghasut, Charlie Hebdo selalu dapat ditemukan di kios koran dan penjual buku.

Pengakuan Luz bertepatan dengan niatnya merilis buku kartun berjudul "Catharsis"-- cara dia mengekspresikan dirinya setelah kematian tragis para koleganya.

Pascateror, Charlie Hebdo menerima dukungan dana jutaan euro. Namun, keamanan finansial itu justru membuat Luz bertanya-tanya soal masa depan media tersebut.

"Apakah Charlie masih majalah politik? Atau menjadi majalah berita," kata dia.

Format baru akan terbit pada September mendatang. Namun tak banyak rincian yang diketahuinya. (Ein/Yus)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya