16-5-1975: Wanita Pertama Penakluk Gunung Everest

"Aku tak pernah merasa setegang ini sepanjang hidupku. Aku merinding ketika semuanya berakhir," tutur wanita lulusan Showa Women University.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 16 Mei 2015, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2015, 06:00 WIB
16-5-1975: Wanita Pertama Penakluk Gunung Everest
Junko Tabei, wanita pertama di dunia penakluk Gunung Everest. (Japan Times)

Liputan6.com, Kathmandu - Adalah Junko Tabei, yang menorehkan namanya sebagai wanita pertama penakluk gunung tertinggi di dunia, Mount Everest. Meski melalui rute berbeda dari para pendahulunya, ia sukses menjajaki atap dunia itu.

Dilansir dari History Channel, Junko mencapai puncak Gunung Everest melalui rute tenggara. Jalur yang sama dengan pendahulunya, Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay yang dicapai pada tahun 1953.

Pendaki asal Jepang ini berpetualang bersama tim yang digagas koran Yomiuri Shimbun dan Nihon Television.

Tim berisi 15 wanita -- termasuk Tabei -- kemudian menjalani masa pelatihan yang panjang sebelum memulai ekspedisi pada awal tahun 1975. Setelah itu mereka menuju Kathmandu, Nepal dan menemui 9 orang sherpa lokal untuk membimbing perjalanan ke puncak gunung tertinggi di dunia.

Junko Tabei, wanita pertama di dunia penakluk Gunung Everest. (Japan Times)
 
Pada awal Mei 1975, perempuan-perempuan itu berkemah di ketinggian 6.300 meter gunung yang juga dikenal dengan nama Sagarmatha. Namun tiba-tiba longsoran salju melanda perkemahan mereka. Mereka pun terkubur di bawah salju.

Tabei bahkan dilaporkan kehilangan kesadaran selama kurang lebih 6 menit. Hingga sherpa menggali timbunan salju yang menguburnya.

Tabei tak menyerah, ia kemudian melanjutkan ekspedisinya ke ketinggian 8.763 meter di selatan Puncak Gunung Everest. Titik pemberhentian terakhir sebelum mencapai puncak 8.848 meter.

"Ketika aku menyadari tantangan berikutnya, aku shock dan marah," kata Tabei seperti dikutip dari Japan Times kala itu.

Junko Tabei, wanita pertama di dunia penakluk Gunung Everest. (Wikimedia)

Selain harus menghadapi tekanan mental dan fisik dalam pendakian, Tabei harus menghadapi medan yang berat. Yakni tebing curam berlapis es yang merupakan pembatas antara Nepal dan China. Namun ia tahu tak bisa mundur.

"Aku tak tahu harus menghadapi itu, meskipun aku membaca semua catatan tentang ekspedisi ke Gunung Everest. Aku begitu marah terhadap para pendaki sebelumnya, yang tidak memberi peringatan tentang medan curam yang harus dilintasi," kenang Tabei.

Berkat usahanya yang keras, tepat 12 hari setelah longsoran salju menguburnya, Tabei menjadi wanita pertama yang mencapai puncak gunung setinggi 29.035 kaki di atas permukaan laut bersama sang sherpa, Ang Tshering.

"Aku tak pernah merasa setegang ini sepanjang hidupku. Aku merinding ketika semuanya berakhir," tutur Tabei.

Kini, kesuksesan wanita lulusan Showa Women University jurusan Bahasa dan Sastra Inggris itu dijadikan simbol kesetaraan dan kebebasan perempuan di Negeri Sakura.   

Sebelum Tabei, pendaki asal Selandia Baru, pada 1953 Edmund Hillary dan pemandunya asal suku Sherpa di Nepal, Tenzing Norgay berhasil menjadi manusia pertama yang mencapai Gunung Everest di ketinggian 8.848 meter pada 29 Mei 1953.

Keberhasilan keduanya memicu pendaki lainnya untuk melakukan hal sama. Pada tahun 1960, ekspedisi dari China berhasil menaklukkan gunung ini dari sisi Tibet. Dilanjutkan dengan James Whittaker di tahun 1963 sebagai warga Amerika Serikat pertama yang menginjakkan kaki di puncak Everest.

Peristiwa menarik juga terjadi di belahan bumi lain pada tanggal sama tahun 1770, yakni digelarnya pernikahan Marie Antoinette dengan Louis-Auguste yang kelak menjadi Raja Prancis. Kala itu Antoinette masih berusia 14 tahun, sementara Auguste setahun lebih tua darinya.

Sedangkan pada 16 Mei 1929, merupakan tanggal dilangsungkannya perhelatan pertama Academy Awards di Hollywood, AS. Sebuah ajang bergengsi bagi para insan perfilman. (Tnt/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya