Liputan6.com, London - "God Save The Queen, God Save The Queen, God Save The Queen"," teriakan itu menggema pada 2 Juni 1963, disambut penghormatan dengan tembakan senjata ke udara.
Kala itu, Ratu Elizabeth II dinobatkan menjadi pemimpin Inggris. Upacara penyerahan takhtanya digelar di Westminster Abbey, London di depan 8.000 tamu termasuk perdana menteri dan kepala negara dari seluruh negeri persemakmuran.
Setelah menyerahkan empat simbol kekuasaan Inggris, Uskup Agung Canterbury, Dr Geoffrey Fisher memakaikan mahkota 'St Edward Crown' di kepala Elizabeth II. Lalu ia pun resmi menyandang gelar Ratu.
Baca Juga
Di bawah guyuran hujan rintik-rintik, sorak-sorai para tamu dan warga yang menyaksikan momen tersebut pun terdengar membahana sesudah prosesi tersebut berakhir. Nyala kembang api pun terlihat di atas langit Victoria Embankment, dalam sukacita itu.
Uskup Agung dan beberapa lainnya kemudian memberikan penghormatan kepada Ratu Elizabeth II.
"Sepanjang hidupku dan dengan sepenuh hati, aku akan berusaha untuk memenuhi kepercayaan yang Anda berikan," kata Ratu Elizabeth II dalam siaran radio seperti dikutip dari BBC.
Diperkirakan tiga juta orang berbaris di jalan-jalan London untuk melihat pemimpin baru mereka, saat ia berjalan dari dan menuju Istana Buckingham. Tak sedikit yang berkemah semalaman, agar mendapatkan posisi utama guna melihat sang Ratu dan anggota kerajaan lain termasuk Ibu Ratu yang muncul di balkon istana. Meski saat itu hujan lebat mengguyur.
Advertisement
Upacara penobatan takhta Inggris disaksikan oleh jutaan orang di seluruh dunia, yang saat itu disiarkan langsung oleh BBC di radio dan televisi. Merupakan upacara penobatan dan pesta rakyat pertama yang disiarkan melalui televisi di Inggris dan seluruh dunia.
Ratu Elizabeth II yang kala itu berusia 25 tahun, menggantikan Raja George VI yang mangkat pada 6 Februari 1952 setelah berkuasa selama 16 tahun.
Pada tanggal yang sama tahun 1921, bukan sukacita yang dialami warga Pueblo County di Colorado, AS. Melainkan duka akibat hujan deras yang menyebabkan banjir bandang. 100 Orang tewas dan kerugian akibat kerusakan properti ditaksir mencapai jutaan dolar. Musibah itu disebut-sebut sebagai banjir terburuk dalam sejarah negara saat itu.
Sementara pada 2 Juni 2012, Mantan Presiden Mesir Husni Mubarak dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas perannya dalam pembunuhan demonstran selama revolusi Mesir 2011. (Tnt/Ans)