Liputan6.com, Sanaa - Serangan bom bunuh diri yang dilakukan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS terjadi lagi. Kali ini targetnya adalah sebuah Masjid Syiah di ibukota Yaman, Sanaa. Insiden ini menewaskan 28 orang.
Kelompok militan tersebut mengaku sserangan ini dilakukan oleh mereka. Seorang bomber bernama Qusai al-Sanaani meledakkan dirinya saat halat Maghrib selesai pada Rabu 2 September 2015.
Baca Juga
Dalam pernyataannya yang di-posting di Twitter mengatakan serangan itu untuk membalas dendam kepada kaum Syiah. ISIS menganggap Syiah sebagai bidah. Mereka juga mengklaim pengeboman serupa masjid Syiah lainnya di Sanaa serta di Kuwait dan Arab Saudi.
Advertisement
Para pejabat medis mengatakan sedikitnya 28 orang tewas dan 75 luka-luka. Sementara itu, laman ISIS mengatakan bahwa angka itu "bukanlah angka akhir". Salah seorang saksi mata mendengar dua ledakan keras diikuti oleh banyak sirene ambulans bergegas ke tempat kejadian.
Ia mengatakan, banyak bagian tubuh tercecer hanya beberapa meter dari tempat kejadian dan bangunan di dekatnya rusak. Adapun Distrik Jarraf adalah rumah bagi banyak tokoh senior Syiah, dan masjid Al-Muayad adalah utama ibadah mereka di Sanaa.
Staf Palang Merah Internasional dibunuh dengan brutal
Sebelumnya, Komite Internasional Palang Merah atau ICRC mengatakan seorang pria bersenjata menewaskan dua karyawan secara 'mengerikan' dan 'brutal'. Kedua staf mereka sedang bepergian ke utara Sanaa dengan dua rekan lainnya dalam kendaraan ditandai dengan lambang Palang Merah.
"Namun, dua staf kami secara brutal dibunuh dalam perjalanan mereka kembali dari Saada ke Sanaa," kata juru bicara ICRC, Rima Kamal, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis, (3/9/2015).
Kamal mengatakan pria bersenjata tak dikenal menembaki dua kendaraan setelah menghentikan mereka di Provinsi Amran.
"Salah satu rekan kami meninggal di tempat, sementara yang lain menderita luka kritis dan dipindahkan ke rumah sakit milik organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF). Dan ia meninggal tak lama kemudian. Sementara dua lainnya yang terluka," ucap Kamal.
Kepala delegasi ICRC di Yaman, Antoine Grand, mengidentifikasi keduanya adalah sebagai petugas lapangan dan sopir. "Palang Merah Internasional mengutuk serangan yang terencana ini," kata Grand.
"Meski begitu, terlalu dini bagi kami menentukan dampak dari insiden mengerikan ini pada operasi kami di Yaman," imbuh Grand.
Tapi Sitara Jabeen, juru bicara ICRC di Jenewa, akan menghentikan segala kegiatan ICRC di Yaman.. "Setelah kejadian ini kami akan menghentikan semua gerakan kami di negara tersebut untuk saat ini," terang Jabeen.
ICRC mengatakan ada kelompok yang terang-terangan menyerang organisasi internasional dalam beberapa bulan terakhir.
Pada 25 Agustus, ICRC menangguhkan operasinya di kota kedua Yaman, Aden, setelah sekelompok orang bersenjata merampok markas mereka sambil memegang staf di bawah todongan senjata.
Organisasi ini telah meningkatkan kegiatan bantuan di Yaman sejak pemberontak memasuki Aden sejak Maret lalu. (Rie/Ans)