Pertemuan Beijing-Taipei Sepakat Bahas Perdamaian di Selat Taiwan

China dan Taiwan juga sepakat mempromosikan hubungan kedua negara ke tingkat lebih tinggi di masa akan datang.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 09 Nov 2015, 13:52 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2015, 13:52 WIB
Pertemuan Beijing-Taipei Sepakat Bahas Perdamaian di Selat Taiwan
Pertemuan Beijing-Taipei Sepakat Bahas Perdamaian di Selat Taiwan (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Perwakilan Kantor Dagang dan Ekonomi Taiwan, Chang Liang Jen angkat bicara terkait pertemuan antara Presiden Negaranya, Ma Ying Jeou dan Presiden China Xi Jinping. Pertemuan tersebut dilakukan akhir pekan lalu di Singapura.

Dia menjelaskan pertemuan itu disambut baik oleh pihaknya. Pertemuan kedua negara itu merupakan sebuah pertemuan bersejarah.

"2 pemimpin bertemu di Singapura. Pertemuan itu merupakan peristiwa yang sangat bersejarah," kata Chang di kantor Taiwan Economic Trade Office (TETO) di Jakarta, Senin (9/11/2015).

"Pertemuan ini penting karena kedua pemimpin membahas konsolidasi perdamaian di selat Taiwan," sambung dia.

Dia menambahkan, bukan cuma bersejarah. Yang lebih penting lagi banyak perjanjian terjalin dalam pertemuan ini.

"Kami berhasil mencapai beberapa persetujuan terutama soal bagaimana mempromosikan hubungan kedua negara ke tingkat lebih lagi di tahun-tahun mendatang," papar Chang.

Xi Jinping dan Ma Ying-jeou bersalaman, dengan wajah tersenyum ke arah para wartawan di lokasi pertemuan di Singapura. Jabat tangan berlangsung lama, sekitar 1 menit.

"Kedua sisi harus saling menghormari nilai-nilai dan cara hidup masing-masing," kata Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, seperti dikutip dari BBC, Sabtu 7 November 2015

Presiden China Xi Jinping lantas berkata pada koleganya, "Kita adalah saudara."

Di ibukota Taiwan, Taipei, sejumlah protes digelar, menentang pertemuan kedua pemimpin.

Sejumlah demonstran ditangkap di Bandara Songshan, dari mana Ma bertolak ke Singapura Sabtu pagi. Di sana sejumlah penentang juga mencoba membakar foto dua pemimpin.

Di sisi lain, sejumlah orang yang menyatakan dukungannya pada Ma juga mendatangi bandara.

Sejauh ini China memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri. Para pemimpin Tiongkok menyatakan bahwa mereka dapat bersatu kembali, apabila diperlukan, dengan upaya kekerasan.

Kendati terpecah, mau tidak mau China mengakui bahwa Taiwan adalah partner perdagangan terbesar mereka. Ratusan penerbangan hilir mudik antara dua negara itu tiap minggunya. Bank-bank China juga kini banyak beroparasi di pulau, sementara perusahaan-perusahan Taiwan punya pabrik di China.

Hubungan Taiwan-China belakangan membaik semenjak Ma terpilih sebagai presiden pada tahun 2008. Kedua pihak telah membangun hubungan ekonomi yang lebih baik, meningkatkan hubungan pariwisata, serta telah menandatangani pakta perdagangan.

Kedua pihak berpisah pada tahun 1949 ketika Kuomintang kalah dari Partai Komunis China dalam perang sipil dan mendirikan pemerintahan baru di Taiwan. (Rie/Tnt)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya