'Sulap' Sampah Jadi Alat Musik Hingga Pembuatan Film

Gunungan sampah yang bertemu dengan kreatifitas menghasilkan paduan musik yang merdu.

oleh Indy Keningar diperbarui 26 Nov 2015, 20:05 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2015, 20:05 WIB
Kreatif, Anak-anak 'Sulap' Sampah Jadi Alat Musik Merdu
Gunungan sampah yang bertemu dengan kreatifitas menghasilkan paduan musik yang merdu.

Liputan6.com, Cateura - Terletak beberapa kilometer dari Asuncion, ibukota Paraguay--  kota Cateura dengan populasi 10 ribu orang selama bertahun-tahun dikenal sebagai tempat pembuangan akhir dari sampah-sampah perumahan.

Penduduk setempat menghabiskan keseharian mereka bergelut di antara tumpukan sampah dengan harapan menemukan sesuatu --apapun-- yang memiliki nilai, baik untuk mereka gunakan atau jual kembali.

Kota Cateura semula merupakan TPA Paraguay. (foto: The Plaid Zebra)

Menjalani hidup di bawah garis kemiskinan menjadikan kota kerap dilanda dengan kekerasan, perperangan geng, alkoholisme, dan narkoba. Namun, komunitas kecil di Paraguay itu kini bisa membantah reputasi buruk yang melekat pada diri mereka.

Dilaporkan The Plaid Zebra, Kamis (26/11/2015), kisah ini bermula sembilan tahun lalu, ketika seorang pekerja lingkungan mengunjungi Cateura untuk proyek manajemen sampah. Namun, Favio Chaves tak hanya sekadar melaksanakan tugasnya-- ia juga adalah seorang pencinta musik. Dari situlah, 'kota sampah' ini mengambil langkah pertama untuk membangun reputasi baru.

Proses pembuatan alat musik. (foto: The Plaid Zebra)

Salah satu pemungut sampah di Cateura, Nicolas Gomez menemukan sampah yang sekilas terlihat seperti biola. Tanpa berpikir panjang ia membawanya ke Favio. Dengan kepandaiannya, imajinasi tinggi, dan potongan sampah lainnya serta senar milik Favio--ia menciptakan biola yang bisa berfungsi dengan baik.

Tanya, seorang gadis Cateura dengan biola andalan. (foto: The Plaid Zebra)

Sejak itu, lebih banyak potongan sampah yang 'menjelma' menjadi alat musik seperti suling, dram, dan cello hanya dengan sedikit imajinasi dan keterampilan. Cello dibuat dari drum oli bekas, suling dari pipa penguras, dan dram dari foto X-ray yang dibuang.

Penciptaan itu memunculkan sebuah ide, bisakah anak-anak Cateura dilatih bermusik dan membentuk pertunjukan orkestra?

Jawabannya, iya. Terbentuklah Recycled Orchestra of Cateura.

Cello dari drum mintak bekas. (foto: The Plaid Zebra)

Selama empat tahun terakhir, Chavez mendedikasikan waktunya untuk orkestra tersebut. Dan hari ini ratusan anak-anak Cateura yang semula ditakdirkan hanya mengais sampah, mendapat kesempatan bermain musik dan keliling dunia. Tiket untuk menonton penampilan mereka pun laris manis.

Favio Chaves, pahlawan bagi anak-anak Cateura. (foto: The Plaid Zebra)

Mereka mendapat kesempatan tampil di Paraguay dan keliling Amerika Selatan. Namun mereka melakukan penampilan perdana mereka di Amerika Utara dalam acara Musical Instrument Museum di Phoenix, Arizona.

Baru-baru ini, mereka juga bermain di Bergen International Festival, Norwegia.

Kisah menarik mereka ini tengah menjadi perhatian rumah produksi Creative Visions, yang membuat film mengenai kisah anak-anak Cateura dan musik mereka, berjudul "Landfill Harmonic". Untuk membantu mendanainya, dan mendapat perhatian dunia, kampanye Kickstarter pun digelar, dan hingga kini telah berhasil mengumpulkan lebih dari USD 200 ribu (Rp. 2,73 milyar). (Ikr/Rcy)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya