Liputan6.com, New York - Survei keempat World Happiness Report baru saja dilaporkan. Denmark berada di peringkat pertama sebagai negara paling berbahagia di dunia. Sementara, Burundi, berada di posisi paling buncit.
Laporan itu juga memuat negara yang memiliki kesenjangan sosial yang lebih sedikit ternyata warganya hidup jauh lebih bahagia.
Swiss, Islandia, Norwegia dan Finlandia, seperti Denmark adalah negara-negara yang paling baik dalam jaminan keamanan sosialnya. Mereka adalah lima besar sebagai negara paling berbahagia.
Advertisement
Posisi Amerika Serikat berada di peringkat ke-13, Inggris di 23, China 83, dan India 118.
Baca Juga
Nomor paling buncit dari 156 adalah Burundi. Negara itu mengalami banyak kekerasan serta gonjang-ganjing politik. Bahkan negara itu dianggap paling tak bahagia dibanding Suriah. Padahal negeri itu tengah mengalami perang bersaudara 250 ribu penduduk sipil tewas dalam 5 tahun terakhir.
Survei itu menemukan bahwa warga Suriah memiliki kesempatan sehat lebih besar dan mereka jauh lebih baik hati dibanding orang-orang Burundi. Warga dari tiga negara, Togo, Afghanistan, Benin berada di peringkat lima besar dari bawah.
Amerika Utara, Amerika Latin, Karibia dan Eropa merupakan kawasan paling bahagia.
Sementara, Asia Selatan, sub-Sahara Afrika rata-rata bernilai kebahagiaan kurang dari 5 menurut skala penilaian hingga 10.
Di mana Indonesia?
Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan padat penduduk bersanding dengan Brasil, Rusia, dan Bangladesh.
Indonesia berada dalam tingkat kebahagiaan di posisi 79, Brasil 17, Pakistan 92, Nigeria 103, Bangladesh 110, Rusia peringkat 56, dan Jepang di posisi 53 serta Meksiko di peringkat 21
Laporan itu dikeluarkan oleh UN's Sustainable Development Solutions Network (SDSN), sebuah analis dari Gallup World Poll yang mensurvei 1.000 orang dari tiap negara. Proses tersebut dilakukan selama 3 tahun berturut turut.
Mereka juga menanyakan penduduk untuk mengevaluasi skala ladder dari 0 hingga 10.
Pihak peneliti membagi 6 kategori kebahagiaan yaitu, pendapatan tahunan, dukungan sosial, kesempatan hidup sehat, kebahagiaan personal, menerima sumbangan dan pengamalan korupsi di negerinya.
"Kebahagiaan manusia dinilai dari pendekatan holistik yang mengombinasikan ekonomi, sosial dan lingkungannya," kata peneliti dari Columbia University Earth Institute, Jaffery Sachs seperti dilansir dari BBC, Kamis (17/3/2016).
"Dari pada pendekatan yang hanya bertumpu pada perkembangan ekonomi, kami mempromosikan kebahagiaan dari nilai sosial yang sejahtera serta lingkungan yang mampu mendukung manusia secara berkelanjutan," tutup pernyataan Sachs.