Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian orang, mengonsumsi air dingin pada hari panas menjadi cara tepat untuk menghilangkan kegerahan, namun menurut warga China hal itu tidak baik bagi kesehatan.
Terlepas dari cuaca, sebagian besar warga China sudah terbiasa mengonsumsi minuman hangat dengan sajian mereka sepanjang hari. Jadi, jangan heran jika Anda melihat orang Tiongkok minum air hangat di musim panas.
Baca Juga
Di negara-negara barat kebiasaan itu dianggap sebagai sesuatu yang mengherankan, namun hal sebaliknya juga dianggap oleh warga China, seperti yang dilaporkan Oddity Central, Selasa (22/3/2016)
Advertisement
Menenggak sesuatu dalam kondisi suhu ruangan atau di bawahnya bagi mereka dianggap tidak baik bagi kesehatan. "Di keluarga besar di mana aku tumbuh, tak akan ada yang berani menuang air suhu ruangan," tulis jurnalis LAÂ Times, Nicole Liu.
"Jika ada yang berani melakukan itu, kami akan dimarahi oleh orangtua, bibi, saudara dan kakek-nenek hampir secara bersamaan. Mereka akan mengatakan, 'air dingin akan sebabkan keram!"
Bagi sebagian, air panas mungkin saja bermanfaat, namun di China mereka meyakini khasiatnya terhadap pemulihan pada tubuh yang dilakukan di bawah alam sadar.
Menurut Liu, kebiasaan menenggak air panas sudah dilakukan sejak tahun 1949, ketika kualitas air belum sebaik sekarang ini. Jadi sebagai antisipasi, pemerintah promosikan konsumsi air rebus sebagai cara untuk menghancurkan bakteri.
"Ruang untuk merebus ada di setiap kantor dan komunitas, dan orang-orang juga mengantar air panas dari rumah ke rumah," ungkap warga China, LiZhenhui yang berusia 68 tahun kepada Liu.
Baca Juga
"Mereka lakukan setiap pagi, mengisi wadah yang ditinggal di luar rumah. Mereka selalu mengatakan air panas bermanfaat bagi kesehatan dan kebersihan kami," lanjutnya.
Beberapa orang percaya minum air panas berasal dari budaya kuno negara tersebut dalam mengonsumsi teh. Hal ini dikarenakan warga China merebus air untuk membuat teh dilakukan selama berabad-abad, membuat mereka terus mengonsumsi air panas secara terus menerus.
Tapi teori tersebut tidak sejalan dengan negara tetangga mereka -- Korea dan Jepang -- yang memiliki kebiasaan minum teh namun tidak gemar mengonsumsi air panas.
Bagaimana pun juga, prinsip-prinsip tetua China tidak bisa diabaikan, yang hingga kini telah mengambil peran penting dari kegemaran warga terhadap minuman panas.
Konsumsi air hangat di pagi hari sejak lama di duga dapat membantu pencernaan, sirkulasi darah membantu detoksifikasi serta meringankan nyeri otot.
Sebaliknya, air dingin di diduga dapat menyebabkan keram otot dan melambankan fungsi tubuh. Hidangan panas tidak pernah dipadukan dengan air dingin, karena di duga dapat menyebabkan ketidakseimbangan suhu. Sementara itu, sebagian besar restoran di China memberikan pilihan penyajian minuman kaleng dalam keadaan panas atau suhu ruangan.
Apapun alasannya, satu hal yang sudah pasti. Mengonsumsi air panas sudah melekat dalam budaya mereka sehingga sebagian besar warga China kesulitan untuk beradaptasi dengan minuman dingin yang disajikan di belahan dunia lain.
Menurut Liu, sejumlah pelayanan perhotelan di seluruh dunia mulai terbiasa dengan kebutuhan warga China untuk air panas.
"Hotel-hotel di luar negeri sekarang ini sudah mulai terbiasa dengan kebutuhan turis China, dengan menambahkan sendal, koran berbahasa China, dan bahkan teko air," tulisnya.