Liputan6.com, Toronto - Pendonor sperma ini mengiklankan air maninya berasal dari pria terbaik di antara yang baik.
Bernomor Donor 9623, ia mengklaim memiliki IQ 160, pemain drum yang terkenal di seluruh dunia dan berkoar tengah menyelesaikan Phd dalam bidang ilmu syaraf (neuroscience engineering).
Namun, pada Rabu 13 April 2016, 3 keluarga dari Kanada mengajukan tuntutan hukum kepada si donor dan bank sperma. Mereka mengetahui kalau sperma pria itu ternyata didiagnosa memiliki kemungkinan sejumlah penyakit mental termasuk skizofrenia.
Advertisement
Tuntuntan hukum itu dilayangkan kepada Xytex Corps, di Georgia AS dan Outreach Health di Kanada. Dalam dokumen tuntutan donor itu memberikan spermanya kepada 35 anak-anak di Kanada, AS dan Inggris.
Baca Juga
"Jika terbukti, kasus ini bakal mengejutkan dan benar-benar keterlaluan," kata pengacara keluarga, James Fireman kepada Toronto Star seperti dilansir dari The Guardian, Jumat (15/4/2016).
Xytex membantah telah melakukan kesalahan lewat pengacara perusahaan.
"Xytex adalah industri terdepan dan memenuhi segala standar bagaimana mereka menjaga keamanan serta berhati-hati dalam menolong keluarga yang menginginkan anak dari pasangan yang tak bisa mewujudkannya," kata email pengacara, Ted Lavender kepada Guardian. Sementara Outreach Health tak menanggapi permintaan wawancara.
Tuntutan itu sebesar US$ 12 miliar atau sekitar Rp 157 triliun karena mengakibatkan 3 anak terdampak negatif dari donor sperma. Anak-anak itu berusia 4 hingga 8 tahun.
Identitas Terungkap
Adanya perbedaan antara profil donor secara online dengan identitas aslinya terkuak pada 2014, setelah email dari si pendonor tak sengaja terkirim kepada seluruh keluarga penerima spermanya. Pencarian Google pun dilakukan dan hasilnya mengejutkan.
Angie Collins-- salah satu orangtua yang menuntut--mengatakan ia panik saat ia mencari indentitas pendonor sperma yang profilnya mengatakan ia fasih 5 bahasa dan hobi membaca 4 atau 5 buku tiap bulannya.
"Saat membaca identitasnya, ternyata saya menemukan berbagai kisah yang parah dan mengerikan," kata Collins. "Seperti lagi mimpi indah lalu berubah menjadi mimpi buruk dalam sekejap."
Tuntuntan itu karena si donor ternyata didiagnosa skizofrenia, gangguan kepribadian narsisme dan delusi grandiose. Keluarga-keluarga itu juga menemukan fakta pendonor 39 tahun dari Georgia pernah 8 bulan ditahan karena merampok rumah pada tahun 2005.
Tak hanya itu, ia baru saja menyelesaikan kuliah S1-nya tahun 2015 setelah 20 tahun studi.
Ia melamar untuk jadi donor pada tahun 2000, menurut dokumen tuntutan dan saat itu tak memerlukan bukti sahih identitasnya. Hal itu mengundang pertanyaan tentang etika donasi sperma. Ia dilaporkan terus menyumbang sperma hingga 2014.
Collins, guru berusia 45 tahun dari Toronto mengatakan, anak laki-lakinya yang berusia 8 tahun tidak memperlihatkan tanda-tanda penyakit jiwa hingga kini. Namun, ia khawatir hidupnya akan berubah drastis saat mengalami pubertas.
Kendati demikian, Collins tidak terlalu marah kepada pria pendonor tapi dia murka kepada perusahaan.
"Memang, dia seharusnya tidak melakukan itu, namun masalahnya bukan di dirinya, melainkan perusahaan," kata Collins yang membeli donor dari Xytex.
Collins ingin bank sperma melakukan penelitian lebih hati-hati lagi kepada pendonor termasuk cek medis dan kriminal. Ia juga berharap Xytex membuat bantuan medis jika anak-anak Donor 9623 mengalami kelakuan seperti 'ayah biologisnya' itu.