Isi Surat Terakhir yang Menempel di Jasad Pemimpin Band Titanic

Sepucuk surat dari pimpinan musisi di atas kapal Titanic kepada orangtuanya mengatakan bahwa ia tidak punya waktu lagi untuk bertemu mereka.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 26 Apr 2016, 08:04 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2016, 08:04 WIB
Pimpinan Musisi Kapal Titanic 'Pamit' Kepada Orangtuanya?
Sepucuk surat dari pimpinan musisi di atas kapal Titanic kepada orangtuanya mengatakan bahwa ia tidak punya waktu lagi untuk bertemu mereka.

Liputan6.com, London - Wallace Hartley memimpin orkestra yang terdiri dari 8 musisi. Mereka tak beranjak, tetap memainkan musik-musik penyemangat bagi para penumpang Titanic yang panik di antara hidup dan mati, sesaat setelah kapal itu menabrak gunung es.

Nearer, My God, To Thee konon jadi lagu terakhir mereka, sebelum kapal termewah dan terbesar pada zamannya karam di lautan beku di Atlantik.

Ketika jasad Wallace diangkat dari laut 10 hari kemudian, tas biolanya masih menempel di tubuhnya. Benda itu yang membuatnya bisa tetap mengambang.

Sejumlah barang pribadi juga ditemukan pada jenazahnya, di antaranya sepucuk surat yang masih
dalam keadaan baik karena terbungkus oleh jaket penyelamat dan tas biola miliknya.

Itu adalah surat terakhir dari orangtua Wallace, Albion dan Elizabeth Hartley kepada putra mereka, Wallace Hartley. Surat itu diterima sehari sebelum tenggelamnya Titanic.

Dikutip dari Mirror pada Senin (25/4/2016), ayah dan ibunya mengkritik perusahaan tempat putranya bekerja, karena menugaskan sang musisi dari satu kapal pesiar lain ke Titanic tanpa jeda yang cukup.

Sebelumnya, Wallace adalah pimpinan band di atas kapal RMS Mauretania, yang bersandar di Liverpool pada 8 April 1912.

 

Wallace Hartley, pimpinan musisi di Titanic, terus memainkan musik untuk menenangkan para penumpang selagi kapal mulai tenggelam. (Sumber The Mirror)

 

Baru saja ia melangkah ke luar kapal, seorang pegawai agensi musik CW & FN Black sudah menunggunya, bertanya apakah Wallace menerima tawaran ke Titanic yang akan berangkat dari Southampton, Inggris ke New York, Amerika Serikat 2 hari kemudian.

Wallace lalu mengirim telegram kepada orangtuanya untuk memberitahukan bahwa ia tidak bisa meluangkan waktu, setengah jam sekalipun, di rumah karena harus pergi ke Southampton.

Dalam balasan suratnya, sang ayah menuliskan bahwa mereka merasa kecewa karena putranya tidak bisa berkunjung, tapi menyadari bahwa waktu yang dimilikinya sangat terbatas sebelum naik dek Titanic.

Sang ayah menutup suratnya dengan kalimat yang sangat menyentuh, “Aku harap semuanya baik-baik saja bagimu.”

Sebelumnya, sang musisi mengatakan ia merasa agensinya 'agak memaksa'.

Surat terakhir orangtua musisi Titanic kepada putranya ditemukan masih melekat pada jasad sang musisi yang menjadi korban tenggelamnya RMS Titanic. (Sumber The Mirror)

Surat itu juga menyebutkan, Ellwand Moody, pemain cello yang manggung bersama Wallace.

Moody menolak tawaran pergi ke Titanic dan memilih untuk pulang ke rumah menemui keluarganya di Leeds.

Moody belakangan menceritakan bahwa ketika bersama Wallace di Mauretania, sempat berkata pada sang pemain biola. "Kalau kau pergi dengan Titanic, kau tak akan pernah melihat New York," kata dia saat itu. Ia tak menyangka, kata-katanya terbukti kemudian.

Mengenai surat, Moody mengatakan, "Kenyataan bahwa surat itu tenggelam bersamanya menggambarkan arti pentingnya."

Surat itu akhirnya dikembalikan utuh kepada orangtua Wallace yang berduka di Dewsbury, West Yorks.

Baru-baru ini, surat itu dijual melalui lelang pribadi oleh pengumpul kenang-kenangan Titanic pada 22 April 2016.

Surat itu diperkirakan akan laku sekitar 25 ribu pound sterling atau Rp 476 juta.

Sementara, pada 2013, violin milik Hartley terjual hingga 1,1 juta pound sterling atau Rp 21 miliar. Alat musik itu dijual oleh putra seorang musisi amatir yang mendapatkannya pada 1940 dari guru musik ayahnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya