Liputan6.com, Aleppo - Sebuah serangan udara di rumah sakit Suriah menewaskan 50 orang, demikian keterangan menurut kelompok hak-hak dan kemanusiaan dan Manajer Operasi Doctors Without Borders atau Medecins Sans Frontieres (MSF) di Timur Tengah, Pablo Marco.
PBB memperingatkan, situasi di Aleppo berubah menjadi bencana di tengah pertempuran intensif dalam beberapa hari terakhir.
Baca Juga
Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, memberi keterangan kepada wartawan di Genewa pada Kamis, 28 April 2016, bahwa negara tersebut sedang berada di bawah ancaman keruntuhan. Bencana kemanusiaan juga berlangsung karena kekerasan yang meningkat di Aleppo dan tiga lokasi lain.
Advertisement
Menurut saksi mata, Rumah Sakit Al Quds yang berlokasi di lingkungan para pemberontak di Aleppo, dihantam oleh rudal yang diluncurkan dari jet pada Rabu, 27 April 2016.
Dikutip dari CNN, Jumat (29/4/2016), Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, mengutuk serangan tersebut dan menyalahkan Pemerintah Suriah.
"Kami marah terhadap serangan udara yang terjadi di Rumah Sakit al Quds di Aleppo yang didukung oleh Doctors Without Borders dan International Committee of the Red Cross, yang menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak, pasien, dan kru medis," ujar Kerry.
Suriah, Rusia, dan AS Membantah
Kantor berita SANA yang dikelola oleh pemerintah Suriah, mengeluarkan pernyataan yang membantah bahwa jet milik pemerintah bertanggungjawab atas serangan itu.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Rusia mengaku bahwa mereka tak melakukan serangan itu. Pemerintah Suriah yang didukung dengan Rusia, telah melancarkan serangan besar di Aleppo dalam beberapa bulan terakhir.
Sedangkan seorang pejabat militer Amerika berkata kepada CNN bahwa pasukan AS tak beroperasi di wilayah rumah sakit tersebut, dan serangan terdekatnya berada di 20 kilometer sebelah utara.
Marco bersama Doctors Without Borders memberi keterangan bahwa terdapat dua bom barel menghantam bangunan dekat rumah sakit. Orang-orang yang terluka pun segera dilarikan ke sana.
Namun, bom barel ketiga kemudian menghantam gerbang fasilitas kesehatan itu dan menimbulkan banyak korban.
"Kami tak tahu siapa yang bertanggung jawab atas serangan ini," ujarnya.
Sebelumnya, sebuah rumah sakit di Afghanistan hancur akibat serangan udara pada 2015.
MSF mengatakan, sedikitnya 12 stafnya dan tujuh pasien tewas terkena bom. Sedangkan lebih dari 37 orang dikabarkan menjadi korban. Mereka mengalami luka berat.
Departemen Pertahanan AS mengaku bertanggung jawab atas konsekuensi dari insiden tragis di rumah sakit MSF.