Liputan6.com, Jakarta - Manusia memindai langit untuk mencari di mana kembaran Bumi berada. Dan, ketika para astronom makin banyak menemukan planet di sistem bintang yang jauh, perjalanan melintasi angkasa luar menyandera imajinasi.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan, ada sekitar 1 miliar planet yang ukurannya mirip Bumi, yang mengorbit bintang serupa dengan Matahari -- itu hanya di Galaksi Bima Sakti.
Pebisnis Rusia, Yuri Milner baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mengembangkan armada satelit seukuran iPhone untuk mengunjungi galaksi tetangga terdekat kita Alpha Centauri.
Baca Juga
Namun, dalam skenario terbaik sekalipun, perjalanan menembus belantara angkasa masih harus menunggu waktu lama, setidaknya beberapa dekade.
Sementara itu, para ilmuwan memilih sejumlah lokasi di Bumi untuk menguji teknologi yang akan digunakan di Bulan, Mars, juga misi-misi lain. Lokasi tersebut bisa dikunjungi, meski ada sejumlah tantangan yang dihadapi.
Berikut sejumlah lokasi di planet manusia yang jadi tempat pengujian teknologi angkasa luar, yang memiliki pemandangan fantastis yang mewakili visi kita tentang dunia lain:
Gurun Atacama, Chile
Advertisement
Penampakan salah satu lokasi terkering di Bumi, Atacama mirip permukaan Bulan -- dengan aliran lava kuno, danau garam, dan pegunungan terjal.
Dengan curah hujan hanya 15 milimeter dalam setahun, seakan-akan tak mungkin ada kehidupan di gurun itu.
Namun, saat hujan mengguyur, seperti yang terjadi pada Oktober 2015, benih-benih yang terpendam selama bertahun-tahun tumbuh dan menyeruak ke permukaan.
Kala itu, Gurun Atacama bak ditutupi karpet tanaman, dengan bunga-bunga merah muda, ungu, oranye, dan kuning bermekaran.
Warna-warna kembang itu sangat jelas dan terang, membuat gurun itu bak dunia lain, seperti kesan yang ia timbulkan saat kering kerontang.
Pada tahun 2005, ilmuwan NASA menemukan habitat mikroba baru di sana, menggunakan rover seperti yang mereka kirim ke Mars.
Neraka di Bumi?
Charamel, Mauritius
Mauritius terkenal dengan pantainya yang berpasir putih, namun, tersembunyi di sudut barat daya negara tersebut, terdapat bentangan pasir bergaris-garis 7 warna.
Butiran pasir tersebut terbentuk dari batuan vulkanik yang terdekomposisi seiring waktu, dan bercampur dengan material lain sehingga membentuk wana cokelat, merah, violet, hijau, biru, ungu, dan kuning.
Keberadaan pasir tersebut masih jadi misteri di bidang sains.
Sebab, pasir 7 warna tersebut seakan tak pernah terkikis, meski diguyur hujan tropis yang deras. Warnanya pun tak pernah tercampur.
Hell, Grand Cayman
Batuan terjal berwarna hitam memenuhi area seukuran setengah lapangan bola. Sejumlah orang menganggap, formasi batuan tersebut mewakili gambaran 'neraka'. Itu mengapa area yang berada di Grand Cayman, Cayman Islands, West Bay memperoleh nama 'Hell'.
Meski terlihat tak bernyawa, formasi batuan tersebut adalah produk interaksi yang tidak biasa antara batu kapur dan sejenis ganggang.
Hasilnya disebut 'phytokarst' -- lapisan pada batu kapur yang ditimbulkan alga.
Advertisement
Rumah Dewa-dewa
Taman Nasional Canaima, Venezuela
Taman Nasional Canaima adalah taman yang luasnya 30.000 persegi di Venezuela, dengan landmark berupa pegunungan beratap datar, yang saking tingginya, sungai yang mengalir di sana seakan tumpah ke awan di bawahnya.
Oleh penduduk setempat, pegunungan tersebut dijuluki tepuis atau 'rumah dewa-dewa'.
Selama berabad-abad, warga di sekitarnya takut untuk mendaki puncaknya karena diyakini dewa atau makhluk aneh menjadi penunggu pegunungan itu.
Memang ada makhluk aneh di atasnya, berupa tanaman tak biasa yang seakan-akan bukan berasal dari Bumi -- yang terputus dan terasing dari laju evolusi.
Tanaman berkantung dan tumbuhan aneh mirip anggrek yang ada di sana mirip flora yang dikenal lewat fosil prasejarah.
Angel Falls, air terjun tertinggi di dunia, yang mengalir dari tebing pegunungan itu, menginspirasi setting film Up yang diproduksi Pixar.
Gurun Namib, Namibia
Gurun luas di Namibia ini sungguh mirip dengan Planet Mars. NASA bahkan mengirim tim ilmuwan ke sana khusus untuk melakukan studi.
Pada 2010, para peneliti tiba di Gurun Namib, mencari kehidupan mikroskopik yang mungkin bertahan hidup di bawah batuannya yang membara.
Jenis tertentu dari batuan kuarsa, yang disebut hypoliths diketahui bisa menyimpan kelembaban dari kabut, dan memungkinkan cahaya menembusnya.
Para ilmuwan berpikir, organisme semacam itu bisa memberikan petunjuk terkait kehidupan di lingkungan ekstrem, seperti di Planet Merah.
Bagi para turis, menjelajahi gurun pasir di Gurun Namib seakan sedang bertualang di Mars -- dengan dasar sungai kering malang melintang di lanskap gurun berwarna merah dan oranye yang seakan tak berujung.
Danau Pink
Danau Pink, Senegal
Bukit pasir memisahkan Danau Retba dari Atlantik, namun air yang ada di dalamnya lebih asin dari lautan.
Air di danau itu bahkan lebih asin dari Laut Mati. Iklim tropis di Senegal juga membuat perairan tersebut menjadi lokasi perkembangbiakan alga yang mengubah warna air menjadi mirip jus stroberi.
Warna yang tak biasa itu membuat Danau Retba mendapat julukan Lac Rose atau Pink Lake -- Danau Pink.
Dulu danau tersebut menjadi titik akhir atau finish Dakar Rally. Reli tersebut sudah tidak digelar lagi, sejak lebih dari lima tahun lalu, namun Retba yang berstatus kandidat UNESCO World Heritage sejak 2005, dengan cepat menjadi salah satu tujuan wisata paling populer di Senegal.
Tak hanya dinikmati keindahannya, Retba juga menjadi sumber penghasilan warga Afrika Barat itu. Dengan cara menambang garamnya.
Danau Baikal, Siberia
Jauh di pedalaman Siberia terdapat Danau Baikal, yang meliputi area yang luasnya melebihi Belgia, dan menyimpan debit air yang melampaui kombinasi American Great Lakes -- Superior, Huron, Michigan, Ontario, dan Erie.
Karena letaknya yang terpencil, tanaman dan hewan yang ditemukan di sana sungguh unik, yang tak ditemukan di lokasi lain di dunia.
Itu mengapa tempat itu menjadi semacam Arctic Galapagos bagi para ilmuwan mempelajari evolusi. Namun, yang paling membuat penampakan Baikal bak di negara lain adalah esnya.
Membeku setidaknya 4 bulan setahun, danau air yang sangat jernih dan bersih membentuk es-es berwarna biru terang -- bukan karena pantulan langit.
Advertisement
Planet Mars di Muka Bumi
Pulau Devon, Kanada
Ada alasan Pulau Devon adalah pulau tak berpenghuni terbesar di dunia: kondisi ekstrem kutub, medan tandus, siang dan malam Arktik yang panjang.
Bahkan orang Inuit yang mencoba hidup di sana, menyerah. Di sana juga ada kawah selebar 14 mil.
Temperatur di pulau tersebut sangat dingin, sampai-sampai kawah tersebut tak berubah selama 39 juta tahun sejak terbentuk kali pertamanya.
Di dalam kawah tersebut, bahkan teknologi komunikasi tercanggih tak bisa digunakan. Itu mengapa para ilmuwan menjulukinya 'Mars di Muka Bumi'.
Di Pulau Davon, NASA melakukan studi terkait seperti apa kehidupan jika manusia tinggal di Mars.
Situs tersebut juga menjadi ajang uji coba bagi kendaraan Mars. Untuk wisatawan yang bernyali, ada semacam tur yang ditawarkan. Kapal pesiar juga mengelilingi pulau ini.
Pulau Verge, Cape Verde
Pulau api tersebut terdiri dari gunung berapi hitam tunggal.
Di dalam kawah utama ada kawah-kawah yang lebih kecil -- yang terbentuk oleh letusan yang berbeda selama sejarah panjang gunung berapi.
Para ilmuwan yakin, erupsi dahsyat 73 ribu tahun lalu menyebabkan runtuhnya satu sisi pulau dan memicu tsunami 800 kaki yang menghancurkan pulau-pulau tetangga.
Hingga kini, bebatuan seukuran truk masih tersebar di wilayah itu.
Meski gunung tersebut masih aktif dan terakhir meletus pada tahun 2014, pulau tersebut dihuni 40.000 orang.
Mereka berternak di lokasi yang mirip pemukiman manusia di Bulan. Penyulingan anggur menghasilkan minuman berkualitas tinggi dari anggur tumbuh di dalam kawah. Sementara, perkebunan kopi ada di sisi gunung.