Liputan6.com, California - Sebongkah batu angkasa besar akan melintas dekat Bumi pada Senin (26/1/2015) pukul 11.19 ET atau 23.19 WIB. Asteroid yang diberi nama 2004 BL86 akan mendekati planet manusia dalam jarak 745.000 mil atau 1,2 juta kilometer -- atau 3 kali jarak Bumi-Bulan.
2004 BL86 memiliki lebar setengah kilometer. Menjadi batu angkasa besar paling dekat dengan planet manusia -- sesuai prediksi para ilmuwan --sampai 2027 mendatang, saat Asteroid bernama 1999 AN10 akan melayang dekat Bumi.
"Meski tak menimbulkan ancaman bagi Bumi di masa mendatang, asteroid ini cukup besar yang relatif dekat. Peristiwa itu memberikan kesempatan langka pada kita untuk mengobservasi dan mempelajarinya lebih dekat," kata Don Yeomans, yang baru pensiun dari jabatan manajer Near Earth Object Program Office NASA di Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Senin (26/1/2015).
Asteroid 2004 BL86 menjadi menarik karena penduduk Bumi bisa mengamatinya menggunakan teropong beresolusi tinggi atau teleskop di halaman belakang rumah. Itu adalah kesempatan langka bagi kita semua.
"Asteroid adalah sesuatu yang istimewa. Tak hanya menyediakan blok penyusun kehidupan dan air bagi Bumi di masa awal pembentukannya. Namun, di masa depan, batu angkasa akan menjadi tambang bijih mineral dan sumber daya alam penting lainnya. Asteroid juga akan jadi semacam pom bensin, penyedia bahan bakar, bagi perjalanan manusia mengeksplorasi tata surya."
Ilmuwan NASA akan memotret penampakan radar asteroid tersebut menggunakan antena Deep Space Network berbentuk piringan selebar 70 meter yang ada di Goldstone, California dan antena sepanjang 305 meter di Arecibo Observatory di Puerto Rico.
Instrumen radio pada kedua antena akan memancarkan sinyal gelombang mikro (microwave) ke asteroid -- yang akan memantul pada target dan kembali ke Bumi.
"Kita harus mendapatkan gambar radar bagus untuk asteroid ini," kata Paul Chodas, pengganti Yeomans. "Radar akan menjadi kunci untuk mempelajari permukaan asteroid, memberikan gambaran tentang bentuknya, apakah ada batuan di atasnya atau yang lain. Temuan yang didapatkan akan menjadi sangat menarik."
Dari teropong atau teleskop, 2004 BL86 akan terlihat mirip setitik cahaya terang. Sementara, gambar hitam-putih yang dihasilkan radar dapat mengungkapkan rincian belum pernah didapatkan sebelumnya terkait asteroid.
Para peneliti berharap untuk mendapatkan resolusi serinci 13 kaki atau 4 meter per pixel, sehingga citra 2004 BL86 bisa mengungkapkan rincian setara panjang sebuah mobil berukuran kecil.
Bagi yang tak memiliki teleskop atau teropong canggih, jangan khawatir. Kita masih bisa menyaksikan penampakan asteroid di situs The Virtual Telescope Project 2.0.
Asteroid 2004 BL86 ditemukan pada 30 Januari 2004 lalu menggunakan teleskop Lincoln Near-Earth Asteroid Research (LINEAR) di White Sands, New Mexico.
Meski 2004 BL86 tak membahayakan Bumi, manusia wajib mewaspadai batu angkasa yang bertebaran di sekitar planet. Apalagi, fakta membuktikan tak semua pergerakan asteroid bisa dilacak.
Baca Juga
Padahal, sejarah membuktikan, batu angkasa bisa memicu malapetaka. Pada 65 juta tahun lalu, asteroid raksasa menghujam Bumi. Dinosaurus yang kala itu menjadi penguasa dunia punah.
Itu bukan satu-satunya. Pada 3,26 miliar tahun lalu, batu angkasa selebar 23-36 mil atau 37-58 kilometer menubruk Bumi, menciptakan kawah selebar 500 km, dan memicu tsunami terdahsyat, dibanding yang pernah ditimbulkan semua gempa bumi yang diketahui selama ini.
Itu mengapa, sekitar 100 ilmuwan dan astronot terkemuka, termasuk Dr Brian May dan Chris Hadfield menandatangani deklarasi, yang menuntut peningkatan aksi untuk menanggulangi objek-objek angkasa yang berpotensi menamatkan kehidupan di muka Bumi.
Advertisement
Dalam acara Asteroid Awareness Day, dijadwalkan dilangsungkan pada 30 Juni 2015, para ilmuwan akan menyerukan pada dunia bahwa manusia sejatinya di ambang bahaya, kecuali tindakan pencegahan dilakukan.
Asteroid Awareness Day, diadakan bertepatan dengan peringatan Insiden Tunguska Siberia. Batu angkasa yang jatuh pada 30 Juni 1908 adalah yang terbesar dalam sejarah, menyebabkan kehancuran di wilayah setara ukuran kota metropolitan, 2.000 kilometer persegi. Untung tak ada korban jiwa kala itu. (Ein/Riz)