Insiden 'Harambe' Picu Fenomena Pakar Gorila Dadakan

Orang yang paling sedikit pengetahuannya tentang sesuatu seringkali mengaku tahu paling banyak.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 03 Jun 2016, 16:29 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2016, 16:29 WIB
Harambe
Seekor gorila ditembak mati karena dianggap mengancam nyawa balita yang terjatuh dalam kandang. Reaksipun bermunculan.

Liputan6.com, New York - Seekor gorila di Kebun Binatang Cincinnati baru-baru ini ditembak mati, karena dianggap membahayakan nyawa seorang balita berusia 4 tahun yang terjatuh ke dalam kandangnya.

Mendadak, muncul banyak 'pakar' tentang hewan primata itu. Entah melalui Twitter, Facebook, dan kehidupan nyata. Tapi bukan hanya tentang gorila, para 'pakar' itu juga membahas pola asuh, kebun binatang, perilaku gorila, atau bahkan tiga hal itu sekaligus. 

Dikutip dari tajuk 'Science of Us' dalam New York Magazine pada Jumat (3/6/2016), ada beberapa tahap yang gampang ditebak dalam siklus berita heboh seperti itu. Proses ini dikenal oleh para ahli psikologi sebagai 'overclaiming' alias 'klaim berlebihan'.

Minggu ini, setelah kematian menyedihkan seekor gorila bernama Harambe, kemungkinan besar kita sudah bertemu dengan orang yang kita kenal berlagak seperti pakar tentang hal itu. Walaupun sebelumnya tak pernah terbukti paham tentang kebun binatang, hewan primata, ataupun pola asuh.

Naskah ilmiah tentang gejala 'overclaiming' ini mencengangkan sekaligus membuat frustrasi. Kenapa? Karena terjadi dengan begitu mudahnya.

Sebagai contohnya terjadi dalam suatu wawancara 'Science of Us' dengan ahli psikologi Nicholas Epley awal tahun ini, membahas suatu penelitian terbitan 2015 dalam jurnal Psychological Science.

Menurut sang psikolog di University of Chicago tersebut, makalah yang ditulisnya mengungkapkan betapa mudahnya kebanyakan orang yakin sudah lebih tahu tentang suatu masalah daripada apa yang sebetulnya dia ketahui.

Warga melakukan protes sambil mengenang kematian gorila di lKebun Binatang Cincinnati, Ohio, Senin (30/5). Publik AS marah atas insiden penembakan gorila bernama Harambe untuk menyelamatkan seorang bocah yang jatuh ke kandangnya (REUTERS/William Philpott)

Pertama-tama, para peneliti dari Cornell University dan Tulane University menggiring para peserta penelitian untuk berpikir bahwa mereka lumayan cerdas tentang geografi dengan cara memberikan kuis yang mudah dijawab.

Tahap selanjutnya lebih rumit. Para peneliti memberikan rentetan pertanyaan yang berisi tentang kota-kota di Amerika Serikat, dan menanyai seberapa pahamnya para sukarelawan itu tentang kota-kota dalam daftar tadi.

Tapi ada suatu catatan, yaitu bahwa beberapa kota dalam daftar hanyalah rekaan semata. Misalnya pertanyaan tentang rencana liburan di Kota Monroe di negara bagian Montana, atau tentang Danau Othello di negara bagian Wisconsin.

Orang-orang yang sebelumnya pernah mengikuti kuis yang gampang tadi cenderung terjebak di sini. Mereka mengaku kepada para peneliti bahwa mereka, misalnya, sangat paham tentang kota Cashmere di negara bagian Oregon. Padahal, tidak ada kota bernama Cashmere di sana.

Para penulis makalah ilmiah menengarai bahwa tidak susah menjerumuskan orang supaya merasa seperti pakar sedemikian rupa, sehingga mereka kemudian berlebihan menilai pengetahuan mereka tentang suatu hal. Pada Januari 2016 lalu, Epley juga mengamati bahwa pemindaian judul-judul utama pemberitaan juga bisa menebak hal itu.

Gorila jantan berusia 17 tahun ini sempat diduga berusaha melindungi balita lelaki yang terjatuh dalam kandangnya. (Sumber Telegraph)

Salah satu penulis laporan dalam jurnal Psychological Science, adalah ahli psikologi David Dunning dari Cornell University yang menggagas dampak Dunning-Kruger -- yaitu suatu hasil penelitian penting tahun 1990-an.

Melalui penelitian lawas itu terungkap bahwa orang yang paling sedikit pengetahuannya tentang sesuatu, seringkali mengaku tahu paling banyak.

"Kecenderungan untuk melakukan klaim berlebihan dapat memupuskan seseorang dari mendidik dirinya sendiri, justru dalam bidang yang mereka kira mereka berpengetahuan dan mungkin sebetulnya penting bagi mereka," demikian menurut para peneliti.

"Dengan kata lain, klaim berlebihan dapat menghalangi orang untuk benar-benar meraih tingkat pengetahuan yang sesungguhnya."

Fenomena ini pernah terjadi sebelumnya di awal tahun ini, terkait dengan badai salju Pantai Timur AS dan pastinya akan terjadi lagi di masa depan. Ketika ada cerita heboh muncul menjadi berita.

Ingat, tidak apa-apa untuk sedikit merendah. Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merendah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya