Perang Saudara Pecah di Sudan Selatan, 272 Orang Tewas

Konflik antara Presiden Kiir dan Machar berujung pada bentrokan antar kedua loyalis, mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia

oleh Khairisa Ferida diperbarui 11 Jul 2016, 02:50 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2016, 02:50 WIB
Presiden Salva Kiir (kiri) dan Wakil Presiden Riek Machar (memakai topi) dalam sebuah kesempatan tampil bersama
Presiden Salva Kiir (kiri) dan Wakil Presiden Riek Machar (memakai topi) dalam sebuah kesempatan tampil bersama (Huffington Post)

Liputan6.com, Juba - Ratusan tentara dan puluhan warga sipil dilaporkan tewas dalam pertempuran intensif yang terjadi di ibu kota Sudan Selatan, Juba. Pertempuran terjadi antara loyalis Presiden Salva Kiir dan pasukan yang setia dengan mantan Wakil Presiden Riek Machar pada Minggu 10 Juli waktu setempat.

Menurut juru bicara Machar, James Gatdet Dak kediaman mantan wapres itu diserang oleh loyalis Presiden Kiir. Sementara kubu presiden belum memberikan tanggapan atas pernyataan itu.

Seperti dilansir Reuters, Senin (11/7/2016), kedua pemimpin negara itu yang terlibat perang saudara sejak akhir 2013 lalu. Terkait dengan pertikaian yang kembali pecah pada Kamis lalu, Presiden Kiir dan Wapres Machar telah menyatakan seruan bersama agar para loyalis mereka bersikap tenang.

Sumber dari Kementerian Kesehatan mengatakan, setidaknya 272 orang tewas dalam pertempuran antar faksi itu. Dari ratusan korban yang meninggal dunia, 33 di antaranya disebut merupakan warga sipil.

Menurut warga di Distrik Jebel dan Juba, terjadi penembakan di dekat barak di mana terdapat kantor pusat Machar dan para pengikutnya. Seorang saksi mata mengaku melihat helikopter mengudara ketika peristiwa itu terjadi, namun ia tidak menyaksikan mereka melepas tembakan.

"Kediaman Machar diserang dua kali, termasuk dengan menggunakan tak dan helikopter tempur. Helikopter milik kelompok Kiir melepaskan tembakan dua kali," ujar Juru bicara Machar, James Gatdet Dak.

Menurut Gatdet, situasi di Juba saat ini telah kondusif. Sejumlah warga mengatakan, penembakan itu berakhir setelah terjadi selama beberapa jam.

Sementara itu, ratusan orang dilaporkan mencari perlindungan ke markas UNMISS, misi PBB di Sudan Selatan.

"Saya melihat mayat warga sipil bergelimpangan, sementara sebagian berjalan dengan darah di tubuh mereka," ujar salah seorang warga bernama Steven.

Aksi penjarahan juga dilakukan oleh sejumlah pasukan. Namun tidak dapat dikonfirmasi apakah mereka berasal dari loyalis Presiden Kiir atau pendukung Wapres Machar.

Menteri Informasi, Michael Makuei menyampaikan, situasi saat ini telah terkendali, namun ia mengimbau agar warga tetap tinggal di rumah.

Menanggapi pertempuran antar faksi ini, Sekjen PBB, Ban Ki-moon telah mendesak agar kedua kubu mengambil 'tindakan tegas' agar situasi di Juba dapat kembali mengontrol. Ban Ki Moon juga meminta agar Kiir dan Machar saling menarik mundur pasukannya.

"Saya sangat kecewa karena meskipun telah ada komitmen antara kedua pemimpin Sudan Selatan, namun pertempuran tetap pecah. Kekersan ini tidak masuk akal dan tidak dapat diterima, selain itu ada potensi membalikkan kemajuan yang telah dibuat sejauh ini dalam proses perdamaian," ujar Sekjen Ban Ki Moon dalam pernyataannya.

Pertempuran dipicu oleh sebuah peristiwa yang terjadi Kamis 7 Juli lalu, di mana masing-masing loyalis terlibat konflik di lapangan. Sementara pada Jumat 8 Juli bentrokan pecah antara pengawal presiden dan pengawal mantan wapres.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya