Pria Ini Mampu Ramalkan 'Donald Trump' Palsu atau Asli

Seorang analis data komputer dapat memperkirakan kicauan mana yang asli ditulis Donald Trump atau bukan. Caranya?

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 12 Agu 2016, 14:55 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2016, 14:55 WIB
Warga AS: Kalau Trump Terpilih, Kami Pindah ke Australia!
Warga AS yang marah atas pernyataan Donald Trump yang rasis, mengancam pindah ke Australia jika dia tetap dicalonkan jadi presiden

Liputan6.com, New York - Seorang analis data komputer dapat memperkirakan kicauan mana yang asli ditulis Donald Trump dan mana yang bukan atau yang dilakukan oleh staf tim kampanye.

David Robinson, yang bekerja untuk situs program Stack Overflow mengatakan, ia penasaran tentang berbedaan antara tweet yang kasar yang menulis bahwa lawan Trump, Hillary Clinton sebagai si 'Bongkok' dengan kalimat yang sudah lebih halus, seperti yang terbaru yang mengucapkan terima kasih kepada Green Bay, Wisconsin.

"Bagiku, ini lebih dari mencari cerita yang menarik, seperti ketika orang curiga tapi tak punya data apapun," kata Robinson kepada TIME, Jumat (12/8/2016).

"Buatku lebih penting menghitung detil kuantitatif tentang kisahnya yang beredar daripada membuktikan kampanye Trump benar atau tidak," lanjutnya.

Robinson menggunakan analisis data dari 1.400 tweet dari mulai Januari tahun ini. Dan ia menemukan ada perbedaan besar antara kicauan yang dikirim dari Android dan dari iPhone.

Kesimpulannya, tweet dengan kemarahan yang diserai kalimat negatif serta tak menggunakan foto atau hastag dikirim lewat Android. Sementara, tweet yang lebih tradisional dengan bahasa netral, foto dan tagar, dikirim dari iPhone.

Sementara, Trump menggunakan ponsel Samsung Galaxy berbasis Android.

"Aku berharap melihat perbedaan, namun yang kutemukan lebih dramatis dari apa yang kuharapkan," tuturnya.

Kendati demikian, ia memperingatkan analisis datanya bukan akhir segalanya. Sentimen analisis bahasa yang digunakan dalam twitter, sebagai contoh, tidak menghitung berapa orang yang bisa mengakses akun twitter capres AS tersebut.

Robinson juga kaget bahwa analisis yang ia simpulkan banyak direspons orang banyak. Butuh 12 jam untuk menyatukan pekerjaannya itu termasuk mengunggah hasilnya.

Robinson tak punya rencana untuk memilih Trump.. "Bukti ini tak menunjukkan apapun selain bukti statistik dan hipotesa," tutup Robinson.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya