Liputan6.com, Washington DC - Saat American Airlines Penerbangan 11, yang kemudinya direbut oleh teroris Al Qaeda, Mohamed Atta, menabrak menara utara Gedung World Trade Center (WTC) di New York, aparat intelijen Amerika Serikat masih mengira itu adalah kecelakaan.
Pada waktu yang bersamaan, Presiden Amerika Serikat George W Bush sedang melakukan kunjungan di sebuah sekolah di Sarasota, Florida.
Baca Juga
Setelah mendengar kabar tabrakan pesawat ke menara WTC, Bush memutuskan untuk meneruskan kunjungan yang terkait kebijakannya tentang pendidikan.
Presiden ke-43 AS kemudian duduk di ruang kelas, menyaksikan pelajaran membaca yang diberikan guru bernama Sandra Kay Daniels di depan para murid.
Beberapa saat kemudian, pukul 09.06, kepala staf kepresidenan Andrew Card mengampirinya dan berbisik, "Satu lagi pesawat ditabrakkan ke menara kedua (WTC). Amerika sedang diserang," kalimat itu yang dibisikkan ke telinga Bush.
Ada keterkejutan yang jelas terpancar dari wajah orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu.
Advertisement
Namun, ia tak beranjak dari kursinya. Tak lama kemudian, Bush tetap meneruskan rencananya membaca buku bersama anak-anak. Buku itu berjudul 'The Pet Goat'.
Presiden George Bush lalu cepat-cepat kembali ke Gedung Putih, disertai istrinya, Laura, Penasihat Keamanan Condoleezza Rice, dan Direktur CIA George Tenet.
Pesawat Air Force One yang membawa Presiden Bush mendarat di beberapa pangkalan Angkatan Udara AS sebelum akhirnya kembali ke Washington DC pada malam harinya. Presiden kemudian dibawa ke Gedung Putih dengan menggunakan helikopter.
Bush tiba di Gedung Putih pada pukul 19.00. Sambil memegang sejumlah dokumen, ia berkonsultasi dengan para bawahannya mengenai materi yang akan disampaikannya dalam pidato televisi.
Sejumlah foto mengabadikan munculnya ekpresi tegang dalam diri Bush. Ia bahkan terlihat menggigit bibirnya saat menggelar rapat darurat dengan para bawahannya di Emergency Operations Center (PEOC), bunker di sayap timur Gedung Putih yang mampu bertahan dalam serangan nuklir.
Dalam pernyataan pertamanya yang singkat atas serangan atas gedung World Trade Centre, New York, dan Pentagon di Washington, Bush berjanji, "Akan melaksanakan penyelidikan skala penuh untuk memburu dan menemukan mereka yang melakukan tindakan itu. Terorisme atas bangsa kita (AS) tidak akan bertahan."
Keterkejutan Obama
Â
Sementara di Chicago, pagi itu Barack Obama dalam perjalanan untuk menghadiri sebuah rapat. Ia mendengar kabar tentang teror 9/11 dari radio di mobilnya.
Kala itu Obama belum jadi Presiden Amerika Serikat. Pada 11 September 2001, ia masih menjabat sebagai senator di negara bagian Illinois.
Putri keduanya, Sasha, baru saja lahir. Sementara si sulung, Malia, tahun itu mulai bersekolah.
Awalnya, ia tak menyadari betapa serius serangan yang didalangi Al Qaeda itu, hingga akhirnya informasi lengkap didapatkan.
"Kita harus menyadari betapa berharganya hal-hal yang kita miliki. Dan kita harus memertahankannya mati-matian," kata Obama seperti dikutip dari BBC.
"Kejadian itu menyadarkan saya, untuk kali pertamanya dalam hidup saya, bahwa Tanah Air kita (AS) ternyata rentan," kata dia. "Kita tak pernah menyaksikan serangan seperti itu sejak Pearl Harbor."
Namun, teror tersebut tak hanya mempertontonkan kekerasan, kehancuran, dan kematian. Di sisi lain, kata Obama, 9/11 juga mengungkap solidaritas, semangat rela berkorban untuk menolong sesama, dan perjuangan banyak orang.
"Menjadi pengingat semangat sejati rakyat AS," tambah dia.
Advertisement