Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Apakah Alien Berhubungan Seks?

Benarkah alien melakukan seks seperti makhluk hidup lainnya? Berikut ulasannya.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 23 Okt 2016, 06:21 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2016, 06:21 WIB
Alien sex (0)
Ilustrasi alien. (Sumber shutterstock.com/Albert Ziganshin)

Liputan6.com, New York - Manusia seringkali penasaran dengan bentuk kehidupan di dunia lain, atau penasaran dengan kehidupan alien penghuninya.

Jangan heran kalau salah satu pertanyaannya kemudian berkutat urusan seks. Apakah alien melakukan hubungan seks?

Pertanyaan itu bukan sesuatu yang remeh atau mesum, karena evolusi seks merupakan perbincangan yang cukup rumit.

Reproduksi seksual memerlukan biaya, mulai dari menemukan pasangan, dan kemudian meyakinkan pasangan untuk menggabungkan DNA. Apalagi dengan adanya risiko tertular penyakit atau menjadi mangsa.

Setelah semuanya itu, masih bisa terjadi sesuatu yang tidak beres dengan keturunan pasangan.

Dikutip dari Live Science pada Sabtu (22/10/2016), Sally Otto, direktur di Biodiversity Research Centre, University of British Columbia, berpendapat bahwa pencampuran dan padanan genom bersifat tebak-tebakan.

Menurut Otto lagi, para calon orangtua "mengetahui bahwa genom mereka cocok untuk lingkungan yang ada sekarang. Dan mereka kemudian memilih acak genom mereka bersama dengan seseorang lain… belum jelas apakah kombinasinya akan bertahan dan bugar."

Namun demikian, reproduksi seksual sangat lazim di Bumi. Mengingat kondisi-kondisi yang melibatkan seks, cukup mungkin kalau alien juga melakukannya.

Pertukaran Gen

Tidak semua kehidupan di Bumi memerlukan seks untuk reproduksi. Sebagaimana halnya dengan kebanyakan invertebrata (makhluk hidup tak bertulang belakang), maka amuba, ragi, dan hidra air tawar menciptakan keturunan tanpa memerlukan pasangan.

Kejadian serupa ada pada beberapa hewan yang lebih kompleks, misalnya kelahiran oleh induk yang perawan pada komodo, sejenis ular berbisa (pit viper) dan hiu.

Ada beberapa spesies, misalnya hewan mungil bercangkang Daphnia middendorffiana, yang hanya bisa melakukan reproduksi secara aseksual (tanpa seks).

Walaupun begitu, seks hadir jauh lebih awal. Hanya ada sedikit garis keturunan yang seluruhnya aseksual, demikian menurut Otto.

Cara amuba berkembang biak tanpa melibatkan seks. (Sumber biologydiscussion.com)

Contohnya adalah amuba yang bertarikh hingga setidaknya 1 miliar tahun, sejak sebelum adanya makhluk sel jamak (multicell). Sudah lama para ilmuwan menduga amuba benar-benar aseksual.

Tapi pada 2011, para ilmuwan University of Massachussetts mengumumkan telah mengungkapkan seks amuba.

Kenyataannya, pertukaran gen adalah norma bagi kehidupan di Bumi. Misalnya, bakteri bersifat prokaryot. Artinya, mereka tidak memiliki inti sel yang terbungkus selaput.

Menurut Otto, bakteria tidak melakukan seks, tapi meraih DNA baru setelah menelan bakteri lain atau karena terinfeksi oleh virus atau molekul melingkar DNA (dikenal sebagai plasmid).

Hal demikian dapat memperkaya keberagaman genetik pada bakteri, sehingga menambah kemungkinan tata urutan genetik baru yang memberikan manfaat bertahan hidup.

Evolusi Seksual

Otto menjelaskan bahwa mungkin saja reproduksi seksual yang disengaja muncul akibat evolusi sel-sel eukaryot, karena semua membran dalamnya mencegah masuknya DNA asing secara tidak sengaja.

Dengan demikian, menurut Otto, pertanyaan untuk memastikan apakah alien melakukan seks adalah berdasarkan jenis sel-sel pada alien tersebut.

Wanita itu bertanya, "Apakah mereka memiliki inti sel yang sudah berkembang atau cara lain untuk melindungi DNA di dalam membran-membran sel?”

Seandainya kehidupan ekstraterestrial diperlengkapi dengan inti-inti sel, maka mereka bisa mendapat manfaat dari seks.

Tapi bukan hanya itu. Seks memberi manfaat bagi organisme karena lingkungan tidak statis, demikian dijelaskan oleh Otto.

Keturunan harus menghadapi tantangan-tantangan yang sedikit berbeda dengan generasi orangtuanya. Sepanjang perubahan itu konstan, maka variasi genetik dapat membantu.

Seandainya alien memiliki cuaca, suhu, dan sejumlah faktor lingkungan yang konstan, maka "seks hanya menjadi beban, tanpa ada manfaatnya" ujar Otto.

Sama-sama Beruntung

Jika dianggap planet-planet alien tidak statis, maka alien bisa mencoba manapun yang terbaik. Misalnya beberapa serangga kecil (aphid) penyedot inti sari tumbuhan, memperbanyak diri tanpa seks ketika pangan melimpah bagi mereka.

Menurut Otto, aphid memiliki bayi dalam bayi, "seperti halnya boneka-dalam boneka di Rusia."

Di penghujung musim pertumbuhan tanaman, aphid kembali melakukan reproduksi seksual. Pergantian pada saat stres demikian merupakan pola yang umum.

Beberapa spesies kutu air melakukan seks ketika pasokan pangan berkurang atau ketika lingkungan menjadi ganas, demikian menurut penelitian 1918 dalam jurnal The American Naturalist.

Ragi terus mendapat keturunan begitu saja, tapi ragi jenis Candida tropicalis dapat melakukan reproduksi secara seksual, demikian yang dilaporkan para peneliti dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 2011.

Kutu tanaman (aphid). (Sumber Wikimedia)

Suatu bentuk stres yang dapat memicu evolusi seks di planet alien adalah parasit-parasit alien. Laporan 2011 para peneliti dalam jurnal Science mengungkapkan bahwa, kalau ada pilihan, organisme memilih menjadi seksual ketika ada ancaman parasit.

Alasannya, reproduksi seksual memberikan lebih banyak senjata genetik untuk dipakai dalam pertandingan evolusioner melawan parasit.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti melakukan modifikasi cacing bulat Caenorhabditis elegans supaya sebagian hanya bisa reproduksi seksual, sebagian lagi hanya bisa aseksual. Kelompok ke tiga bisa berganti-ganti reproduksi seksual sesuai kehendak.

Kemudian, para peneliti memaparkan cacing-cacing itu kepada bakteri parasit. Ternyata, cacing C. elegans yang aseksual punah, tidak sampai 20 generasi. Sedangkan C. elegans yang seksual baik-baik saja, demikian juga dengan kelompok cacing ke tiga.

Sejumlah penelitian lain mengungkapkan hasil serupa pada ragi dan organisme lain yang bisa berganti dari aseksual menjadi seksual dalam keadaan ganas.

'Adegan Panas'

Tapi, seandainya alien memang melakukan seks, tentu tidak seperti yang ditayangkan dalam film.

Dalam hal seks oleh amuba, misalnya, sel memisahkan kumpulan materi genetik dan kemudian melakukan rekombinasi, baik dengan amuba lain ataupun dengan kumpulan materi genetik dari amuba lain.

Sel-sel ragi yang bereproduksi secara seksual saling bertemu, melonjongkan diri, lalu melebur.

Cacing hermafrodit C. elegans melingkarkan tubuhnya pada cacing lain hingga menemukan vulva untuk kemudian menusukkan struktur berbentuk jarum yang dikenal sebagai spicules untuk menaruh sperma, demikian menurut WormBook.

Antechinus mampu melakukan hubungan seks selama belasan jam pada masa pembiakan. (Sumber documentingreality.com)

Yang lebih seru, bahkan pada hewan yang lebih dikenal, seks bisa aneh sekali. Misalnya pada marsupial (hewan berkantung) Antechinus yang hidup di Australia dan Papua Nugini.

Hewan itu bercumbu luar biasa selama kira-kira 2 minggu. Hewan pejantannya sering menyergap hewan betina dan bersenggama hingga 14 jam lamanya.

Upaya melakukan sesi seks terus menerus membawa petaka bagi pejantan karena mereka mulai mengalami pendarahan dalam dan kehilangan semua fungsi kekebalan tubuh. Mereka jarang bertahan masa pembiakan.

Hyena jantan harus menunggangi hyena betina dengan sangat hati-hati karena klitoris hyena betina sangat besar, mirip suatu penis. Sementara itu, sejumlah kelelawar jantan merangsang kelamin sang betina menggunakan lidah.

Dengan kata lain, alien bisa saja melakukan hubungan seks atau tidak. Yang jelas, lebih rumit menciptakan sesuatu yang lebih aneh daripada apa yang sudah ada di Bumi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya