Dubes AS: Niat Donald Trump Usir Muslim Tak Akan Terwujud

Duta besar keagamaan AS melakukan diskusi membahas pluralisme keagamaan di Indonesia yang sama dengan AS.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 27 Okt 2016, 21:01 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2016, 21:01 WIB
Dari Segi Keberagaman Kepercayaan, AS Mirip Indonesia
Duta besar keagamaan AS melakukan diskusi membahas pluralisme keagamaan di Indonesia yang sama dengan AS (Liputan6.com/Nurul Basmalah)

Liputan6.com, Jakarta Kebebasan memeluk agama atau pun kepercayaan merupakan hak setiap manusia yang ada di muka Bumi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dihuni oleh rakyat dengan bermacam-macam kepercayaan. Meski berpegang teguh pada keyakinan masing-masing, rakyat Indonesia mampu hidup berdampingan dengan damai.

Masyarakat Indonesia dinilai relatif beruntung dalam hal ini. Tak seperti masyarakat di negara konflik yang harus berjuang mati-matian untuk mempertahankan kepercayaan mereka.

Dubes AS untuk Kebebasan Beragama Internasional (Ambassador - at - Large) David N. Saperstein, mempresentasikan di berbagai negara tentang seperti apa sebenarnya kebebasan beragama tersebut.

Melalui sebuah diskusi bertajuk 'A Conversation with the U.S Ambassador-at-Large for International Freedom', Dubes Saperstein membahas permasalahan kebebasan tersebut bersama dengan beberapa audiens yang pada umumnya adalah mahasiswa.

"Setiap orang berhak untuk memeluk atau tidak memeluk kepercayaan apapun," ujar Saperstein membuka acara diskusi itu, Kamis (27/10/2016).

Dalam pembukaan tersebut Dubes yang resmi ditunjuk pada 2015 itu menyebutkan bahwa Indonesia memiliki kesamaan dengan Amerika Serikat dalam hal kepercayaan.

"Setiap warga negara AS bebas memilih atau tidak memilih agama apa pun. Kristen, Islam, Konghucu, Buddha, Hindu, dan banyak lainnya, AS tidak pernah mempermasalahkan perbedaan agama," ujar sang dubes.

Selama acara diskusi berlangsung, beberapa pertanyaan mencuat dari peserta yang hadir. Salah satunya menanyakan mengenai 'kebijakan' Capres AS Donald Trump yang mengatakan pada awal pencalonannya, bahwa dia akan melarang muslim masuk ke AS.

Menanggapi hal tersebut, Saperstein mengatakan bahwa AS tidak pernah berniat untuk melarang siapapun untuk masuk ke dalam Negeri Paman Sam itu.

"Calon presiden boleh mengatakan apapun yang mereka mau selama masa kampanye. Namun setelah mereka terpilih nanti akan ada aturan dan kebijakan yang harus mereka ikuti dan taati. Melarang muslim masuk ke AS tidak akan pernah menjadi kenyataan," jawab Dubes itu.

Dubes itu juga menyebutkan jika memang AS berniat untuk 'memutuskan' hubungan dengan umat Islam, negara yang kini dipimpin oleh Barack Obama itu tidak akan mengirimkan bala bantuan ataupun ambil andil dalam konflik Suriah.

"Kami menampung banyak pengungsi yang rata-rata beragama Islam. Jika AS memang ingin mengharamkan muslim, hal itu tidak akan dilakukan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya