Tablet Batu Kuno '10 Perintah Tuhan' Dilelang di Israel

Berdasarkan bentuk dan isi tulisannya, para cendekiawan menyimpulkan bahwa tulisan itu berbahasa Samaria.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 08 Nov 2016, 05:30 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2016, 05:30 WIB
Ten Commandments
Berdasarkan bentuk dan isi tulisannya, para cendekiawan menyimpulkan bahwa tulisan itu berbahasa Samaria. (Sumber Heritage Auctions)

Liputan6.com, Beverly Hills - Suatu kepingan tablet batu berusia ribuan tahun akan dilelang. Tapi itu bukan batu sembarangan, karena di lempengan itu tertulis Sepuluh Perintah Tuhan (Ten Commandments).

Tablet batu itu berukuran lebar 60 cm itu memiliki berat sekitar 90 kg. Menurut Heritage Auction, usianya antara 1.500 hingga 1.700 tahun. Karena usianya, tablet pualam itu dijuluki "Torah Hidup".

Dikutip dari Live Science pada Seni (7/11/2016), David Michaels, direktur Heritage Auctions, mengatakan melalui pernyataan, "Tidak ada yang lebih mendasar bagi warisan bersama selain Sepuluh Perintah ini."

Orang yang berminat mengikuti lelang dapat mengajukan nilai pembukaan setidaknya US$ 250 ribu. Selain itu, ada sejumlah syarat lain. Misalnya, pemenang lelang tidak boleh menggantung tablet pualam itu di atas perapian.

Selain itu, tablet harus dipajang kepada umum, demikian menurut syarat penjualan yang diajukan oleh Dinas Kepurbakalaan Israel (Israel Antiquities Authority, IAA) yang menganggap tablet itu sebagai harta nasional.

Sejarah yang Hilang

Keping pualam itu memiliki ukiran 20 baris dan ditemukan pada 1913 di Israel ketika para pekerja menggali untuk keperluan pemasangan rel kereta.

Menurut Michaels, seorang pria Arab memasang pualam itu di halaman rumahnya sehingga menggerus ukiran-ukirannya.

Para 1943, tablet itu dibeli oleh seorang pria bernama Y. Kaplan, yang kemudian membawanya kepada para cendekiawan, demikian dijelaskan oleh Michaels.

Berdasarkan bentuk dan isi tulisannya, para cendekiawan menyimpulkan bahwa tulisan itu berbahasa Samaria, yaitu bahasa campuran Aramaik dan Ibrani kuno bertarikh antara 300 dan 500 Masehi.

Tablet itu beberapa kali berganti kepemilikan dan terakhir, pada 2005, dibeli oleh Rabbi Saul Deutsch untuk Living Torah Museum di Brooklyn, New York, demikian dijelaskan balai lelang tersebut.

Pada masa Israel purba, orang-orang yang tinggal di Samaria di pegunungan di utara Yerusalem, menganut sekte Yudaisme yang berbeda. Mereka disesah, ditekan, dan diminta meninggalkan imannya.

Sekarang ini masih ada orang-orang Samaria modern, yang mengaku sebagai keturunan dua suku Israel yang hilang.

Menurut Michaels, "Sekte mereka bertahan berabad-abad berbarengan dengan Yahudi tradisional, Kristen, dan Islam, sehingga batu Sepuluh Perintah Tuhan itu secara unik penting bagi iman dan budaya yang beragam."

Contoh Langka

Temuan ini tergolong langka. Jika Gulungan Laut Mati mencakup Sepuluh Perintah (Dekalog) dalam versi lembaran dan papirus bertarikh abad pertama SM, maka versi tablet ini diciptakan beberapa ratus tahun setelah Kristus.

Hanya ada 4 tablet sejenis itu yang diketahui ada sekarang, tapi yang lainnya hanya berupa pecahan (fragmen) atau terletak di tempat-tempat yang kurang bisa dijangkau di TImur Tengah, kata Michaels.

"Contoh torah hidup ini merupakan salah satu yang pertama di antara beberapa dekalog itu. Ia juga satu-satunya contoh yang bisa didapatkan secara legal untuk kepemilikan secara pribadi."

Table itu memiliki sembilan dari keseluruhan 10 perintah itu, tapi tanpa mencantumkan "Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sia-sia" terkait larangan mendirikan bait ibadah di Bukit Gerizim, yang oleh kaum Samaria dipercaya sebagai tempat pendirian Bait Kudus sesuai perintah Tuhan.

Tablet itu diduga tergantung dalam suatu sinagoga purba yang dihancurkan oleh bangsa Romawi antara 400 dan 500 SM, atau oleh pasukan Perang Salib pada 5 hingga 7 abad kemudian, demikian menurut Michaels.

Lelang berlangsung hingga 16 November di Beverly Hills, California.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya