Laut Mediterania Tegang, Rusia Usir Kapal Selam Milik Belanda

Kapal Perang Rusia yang saat ini berada di timur Laut Mediterania, mengusir kapal selam milik Belanda yang membuntutinya.

oleh Citra Dewi diperbarui 10 Nov 2016, 13:34 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2016, 13:34 WIB
Kapal Induk Rusia, Admiral Kuznetsov
Kapal Induk Rusia, Admiral Kuznetsov (Wikipedia)

Liputan6.com, Moskow - Kapal Perang Rusia yang saat ini berada di timur Laut Mediterania, mengusir kapal selam milik Belanda yang membuntuti skuadron tersebut.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan, dua kapal destroyer milik Negeri Beruang Merah itu menemukan keberadaan kapal selam kelas Walrus pada 9 November 2016.

Dikutip dari The Guardian, Kamis (10/11/2016), kapal selam tersebut berjarak 20 kilometer dari kapal induk Admiral Kuznetsov dan kapal lain yang mengawalnya.

Konashenkov mengatakan, kapal destroyer telah melacak kapal selam tersebut selama lebih dari satu jam dengan menggunakan helikopter anti-kapal selam, sebelum akhirnya memaksa mereka untuk meninggalkan wilayah itu.

Ia juga menambahkan, apa yang dilakukan oleh kapal selam tersebut merupakan tindakan ceroboh yang bisa mengakibatkan kecelakaan.

Konashenkov menyebut, skuadron Rusia sebelumnya telah melihat beberapa kapal selam NATO, termasuk kapal selam nuklir AS kelas Virginia, saat melakukan pelayaran ke perairan Mediterania timur.

Seorang pejabat NATO mengatakan, aliansi angkatan laut telah memantau armada Rusia dalam beberapa pekan terkahir dengan cara yang terukur dan bertanggung jawab. Namun ia menolak menguraikan bagaimana organisasi pakta pertahanan itu melakukan hal tersebut.

Sementara itu, melalui akun Twitter-nya, Kementerian Pertahanan Belanda tak mengomentari operasi yang dilakukan oleh kapal selamnya.

Pelayaran kapal induk Admiral Kuznetsov diiringi oleh kapal bertenaga nuklir Peter the Great dan beberapa kapal lainnya dalam menjalankan sebuah misi ke pantai Suriah. Hal itu merupakan penyebaran Angkatan Laut Rusia terbesar sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.

NATO telah menyatakan kekhawatirannya atas aksi itu dengan mengatakan bahwa langkah tersebut dapat menjadi pertanda adanya peningkatan jumlah serangan udara Rusia di Suriah, khususnya di sekitar kota yang saat ini sedang terkepung, Aleppo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya