Gencatan Senjata Usai, Aleppo Dihujani Ratusan Mortir

Derita warga Aleppo yang tak kunjung usai. Setelah gencatan senjata yang tak berarti itu, mereka kembali dihujani mortar dan bom.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 23 Okt 2016, 13:02 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2016, 13:02 WIB
20161012- Aleppo Dibombardir 15 Orang Tewas-Reuters
Seorang warga tertunduk usai serangan udara di distrik al-Fardous, Aleppo, Suriah, Rabu (12/10). Serangan udara terhadap kota yang dikuasai oleh pemberontak di Aleppo menewaskan sedikitnya 15 orang. (REUTERS/Abdalrhman Ismail)

Liputan6.com, Aleppo - Derita warga Aleppo, kota 'permata' Suriah itu belum juga usai. Setelah dibombardir oleh pemerintah dan koalisinya Rusia beberapa waktu lalu, mereka sempat sedikit 'bernafas' karena dunia memaksa gencatan senjata.

Namun, setelah 3 hari gencatan senjata oleh Rusia-- yang berakhir Jumat lalu, hujan mortar kembali dilontarkan oleh tentara rezim Bashar al-Assad. Hal itu diungkapkan aktivis Aleppo Media Center seperti dikutip dari CNN, Minggu (23/10/2016).

Menurut Menteri Pertahanan Rusia, gencatan senjata sejatinya adalah untuk mengevakuasi warga dari Aleppo. Kota yang pernah dijuluki 'pertama Suriah' itu diklaim diduduki oleh oposisi dan ISIS.

Tetapi, menurut organisasi Syrian Obeservatory for Human Rights (SOHR), tak terlihat pergerakan evakuasi di koridor yang telah ditentukan seperti yang digembor-gemborkan rezim Suriah dan pemerintah Rusia.

Sebaliknya, ribuan keluarga mencoba keluar lewat timur kawasan itu melalui koridor Bustan al-Qassr. Namun, langkah mereka tertahan oleh pemberontak yang menghujani tembakan membubarkan mereka. Demikian laporan SANA, kantor berita pemerintah Suriah.

Komite lokal mencoba mengevakuasi warga terluka namun gagal. Demikian pula dengan PBB yang tak berhasil membawa mereka yang terluka keluar dari Aleppo timur. Kegagalann PBB karena mereka tak mendapatkan kepastian keamanan.

Jaminan keamanan diperlukan oleh PBB karena pada bulan lalu, konvoi ambulans mereka dibom. AS menuding Rusia di balik penyerangan itu.

Baik penduduk maupun pemberontak atau oposisi mereka tak lagi percaya akan jaminan ataupun gencatan senjata. Kedua kelompok itu tak lagi percaya dengan rezim dan koalisinya, Rusia.

Tentara Suriah suruhan Presiden Bashar al-Assad, didukung oleh pesawat perang Rusia telah menghujani timur Aleppo dengan bom dan peluru dari semenjak bulan lalu.

Aleppo yang besarnya dua kali kota Paris, dikontrol oleh pemerintah, oposisi, tentara Kurdi dan ISIS.

Permintaan internasional untuk menghentikan konflik di kota itu dianggap angin lalu. Utusan PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, telah mengeluarkan peringatan beberapa hari lalu.

"Antara sekarang hingga Desember, jika kita tak menemukan solusi, Aleppo bakal jadi sejarah...," kata Mistura. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya