Kisah Bintang Film Mesum yang Gabung ISIS dan Jadi Mata-Mata

Badan intelijen Jerman menuai kritikan keras karena dianggap lalai dalam proses perekrutan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 08 Des 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 08 Des 2016, 08:00 WIB
Ilustrasi Jerman
Ilustrasi Jerman (Reuters)

Liputan6.com, Berlin - Sekitar akhir November lalu, agen intelijen Jerman mendeteksi keberadaan seorang pria "tak biasa" di sebuah ruang obrolan di dunia maya yang menjadi tempat berkumpulnya para ekstremis kanan. Pria itu mengklaim dirinya sebagai salah satu dari mereka.

Kemudian ia mengakui dirinya sebagai mata-mata Jerman dan menawarkan bantuan kepada kelompok militan itu untuk menyusup ke badan intelijen Bundesrepublik Deutschland. Ia ingin membantu mereka untuk melancarkan serangan.

Ketika dipancing melalui obrolan pribadi oleh otoritas Jerman, ia memberikan informasi yang sangat detail tentang badan intelijen Berlin.

Namun di lain sisi pria itu juga menjelaskan rencananya untuk menggagalkan serangan kelompok ekstremis tersebut. Singkat kata, pria itu plin-plan atau bahkan berkeperibadian ganda.

Badan intelijen Jerman pun dengan cepat mengidentifikasi pria berusia 51 tahun itu. Di hari berikutnya ia ditangkap. Dan kisahnya perlahan terungkap.

Warga Jerman keturunan Spanyol itu mengaku, diam-diam menjadi mualaf pada tahun 2014. 

Dari hasil pemeriksaan pihak berwenang diketahui bahwa pria itu menggunakan nama samaran ketika muncul di ruang obrolan dunia maya. Nama tersebut pernah dipakainya sebagai "nama panggung" ketika berprofesi sebagai aktor film porno homoseks pada tahun 2011.

Seperti dikutip dari The Washington Post, Kamis (7/12/2016) pihak berwenang mengatakan, pria itu ditangkap karena dicurigai telah melanggar undang-undang rahasia negara dan merencanakan aksi kekerasan. Penangkapannya pertama kali diberitakan oleh media Jerman, Der Spiegel.

Para kritikus pun mempertanyakan kredibilitas badan intelijen Jerman (BfV) mengingat Eropa khususnya Jerman tengah dihadapkan pada situasi genting, darurat teror. Mereka memang berhasil menggagalkan sejumlah plot serangan, namun juga tak jarang "tersandung".

Sebut saja kasus Jaber al-Bakr, seorang warga Suriah yang ditangkap bulan lalu karena dicurigai merencanakan serangan. Ia berhasil bunuh diri di sel penjara Leipzig. Kini muncul pula kabar tentang mata-mata berkepribadian ganda ini.

"Ini bukan saja aneh tapi juga cukup menakutkan. Bahwa badan intelijen yang memiliki peran sentral merekrut seorang ekstremis yang dapat mengakses banyak informasi rahasia. Dan dia telah berupaya untuk menyebarkan propaganda demi mencari lebih banyak orang untuk melancarkan serangan terhadap badan intelijen dalam negeri," ujar Hans-Christian Strobele, anggota Komite Kontrol Parlemen yang menjadi mitra layanan intelijen Jerman.

"BfV harus memberi tahu kami apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana dia bisa dipekerjakan," imbuhnya.

Salah seorang pejabat senior BfV membela lembaga itu dengan mengatakan hampir tidak mungkin untuk menghindari pelanggaran seperti ini.

"Bagaimana seseorang bisa mengenal pria ini? Dia telah bergerak dengan nama dan identitas dunia maya yang berbeda-beda. Bukan nama yang sebenarnya," kata pejabat BfV yang enggan menyebut nama tersebut.

Para pejabat telah menahan pria itu ketika ia memakai nama lainnya di ruang obrolan online. Sebelum ia dipekerjakan pada April lalu, otoritas setempat menegaskan telah mewawancarai orang-orang yang mengenalnya.

Mereka yang telah mewawancarai tersangka mengatakan pria itu mungkin menderita sakit jiwa atau bahkan memiliki kepribadian ganda. Namun tetap saja, pertanyaan tak berhenti muncul. Bagaimana mungkin ia bisa direkrut?

"Dengan semua informasi tentang pria ini, pertanyaan pun muncul: bagaimana mungkin dia bisa berkarier di badan intelijen, mampu menyembunyikan semua ini dari BfV, dan keluarganya," ujar salah seorang penegak hukum.

Pria itu direkrut untuk memantau potensi kekerasan yang dapat dilakukan oleh ekstremis di Jerman mengingat kelompok Salafi berkembang dengan pesat. Kepala badan intelijen domestik Jerman, Hans-Georg Maassen memperkirakan setidaknya anggota kelompok meningkat menjadi 9.200 orang.

Kepada kelompok ekstremis, tersangka menawarkan untuk memfasilitasi akses ke markas agen mata-mata di Cologne sehingga mereka dapat melancarkan serangan kepada "orang-orang kafir".

Pria itu mengaku menjadi mualaf setelah berbincang via telepon dengan seseorang di Austria yang bernama Mohammed pada tahun 2014.

Ketika petugas bertanya apakah sosok yang dimaksudnya itu Mohammed Mahmoud, pria Austria keturunan Mesir yang bergabung dengan ISIS, namun tersangka menolak mengonfirmasinya.

Tak hanya itu, ia juga mengklaim tujuannya untuk "menyusup" di badan intelijen Jerman adalah untuk memperingatkan saudara seagamanya terkait dengan penyelidikan yang dilakukan lembaga tersebut.

Otoritas setempat mengatakan bahwa pria itu belum terbukti membocorkan informasi rahasia kepada ISIS. Namun ada pihak yang menyerukan dilakukannya investigasi ulang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya