Liputan6.com, New York - Pada Jumat malam lalu, Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memenuhi janjinya tentang larangan bagi kaum Muslim. Meski ia berdalih, itu dilakukan demi keamanan negara, bukan soal agama.Â
Surat perintah itu membekukan masuknya para pengungsi ke Amerika Serikat (AS) selama 120 hari dan melarang para pengunjung dari tujuh negara yang penduduknya kebanyakan Muslim, yaitu Irak, Suriah, Iran, Sudan, Libya, Somalia, dan Yaman.
Khusus untuk Suriah, larangan masuknya pengungsi diberlakukan tanpa batas.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Forbes pada Senin (30/1/2017), negeri Paman Sam bermaksud menerapkan proses pemilahan yang lebih ketat demi melindungi AS dari serangan teroris. Tapi, Saudi Arabia, tempat asal hampir semua pelaku teror 9/11, tidak termasuk dalam daftar larangan itu.
Para petinggi perusahaan teknologi buka mulut tentang keputusan yang mereka sebut sebagai "sangat bukan Amerika, sehingga menyusahkan kita semua."
Silicon Valley, jantung teknologi AS, memiliki kepentingan tersendiri tentang reformasi imigrasi. Mark Zuckerberg dan para pimpinan teknologi lainnya membentuk FWD.us beberapa tahun lalu untuk melakukan lobi perluasan program visa H-1B bagi para pekerja berketrampilan tinggi.
Mereka ingin mengundang lebih banyak lagi imigran ke AS, khususnya mereka yang memiliki latar belakang ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika (science, technology, engineering, math, disingkat STEM).
Namun demikian, kelompok itu masih belum berhasil meningkatkan batas atas jumlah penerimaan sebanyak 85 ribu orang per tahun.
Sebenarnya, kekhawatiran mereka tidak terbatas hanya kepada bakat-bakat bidang teknik. Menurut National Foundation for American Policy, sekitar 51 persen perusahaan baru AS yang bernilai lebih dari US$ 1 miliar memiliki setidaknya satu orang imigran sebagai pendirinya.
Dua di antara tiga perusahaan paling bernilai di dunia sekarang dipimpin oleh para imigran AS, termasuk CEO di Microsoft, Satya Nadella, dan CEO di Google, Sundar Pichai. Google adalah anak perusahaan terbesar di bawah naungan Alphabet.
Para pemipin di Silicon Valley memang lazim memiliki asal muasal sebagai imigran.
Sebagai suatu yang tidak biasa (anomali) di AS, di Bay Area yang mencakup Siliucon Valley, para wiraswastawan Muslim berhasil sukses di berbagai industri.
Berikut 6 miliarder AS yang dulunya datang dari negara muslim:Â
6 Pengusaha Sukses Ini adalah Imigran
Berikut ini adalah miliarder yang lahir di luar AS dan hijrah dari negara mayoritas Muslim ke AS dan kemudian meraup kekayaan di AS. Sebagai catatan, angka kekayaan yang dicantumkan merupakan angka dugaan pada 29 Januari 2017.
Manusia adalah jantung bagi suatu bisnis. Hanya waktu yang akan mengungkapkan kebijakan imigrasi ini pada ekonomi AS.
1. Shahid Khan dari Pakistan (US$ 7,5 miliar, Rp 100 triliun)
Ia adalah pemilik pabrikan pembuat suku cadang kendaraan Flex-N-Gate, sekaligu pemilik tim Jaguar yang tanding dalam liga sepak bola NFL, dan tim sepak bola Inggris, Fulham F.C.
2. Haim Saban dari Mesir (US$ 3,0 miliar, Rp 40 triliun)
Sabar meraup kekayaannya terutama dari bisnis media dan hiburan. Ia menjadi produsen acara televisi Mighty Morphin Power Rangers.
3. Hamdi Ulukaya dari Turki (US$ 1,9 miliar, Rp 25,3 triliun)
Ulukaya adalah pendiri, CEO, dan Pimpinan di Chobani, merek yogurt Yunani paling populer di AS.
4. Marc Lasry, Maroko (US$ 1,6 miliar, Rp 21,3 tiliun)
Bukan hanya seorang pengelola dana nilai-lindung (hedge fund), Lasry juga seorang pendiri dan CEO di Avenua Capital Group. Ia juga menjadi salah satu dari sejumlah pemilik Milwaukee Bucks, tim basket yang laga dalam NBA.
5. Fayez Sarofim, Mesir (US$ 1, 6 miliar, Rp 21,3 triliun)
Sarofim adalah penerima waris kekayaan keluarga. Ia adalah pengelola dana untuk beberapa dana saham keluarga Dreyfus dan menjadi pemegang saham awal di Kinder Morgan sekaligus menjadi pemegang saham terbesar ke dua. Ia menjadi pemilik sebagian tim Houston Texans yang laga di bawah laga sepakbola AS, NFL.
6. David Hindawi dari Irak (US$ 1,0 miliar, Rp 13,3 triliun)
Pada 2007, Hindawi adalah salah seorang pendiri perusahaan keamanan siber, Tanium, bersama-sama dengan putranya, Orion.
Advertisement