Misteri di Balik Arsip Rahasia Vatikan, termasuk Bukti Alien?

Arsip-arsip itu sebenarnya terdiri dari surat-surat pribadi dan catatan-catatan historis para Paus sebelumnya selama 4 abad belakangan.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 01 Feb 2017, 20:20 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2017, 20:20 WIB
Vatican archive (0)
(Sumber Vatican)

Liputan6.com, New York - Misteri dan intrik merupakan bagian dari Takhta Suci. Orang seringkali penasaran dengan apa yang digeluti para petinggi keagamaan di balik pintu-pintu tertutup. Demikian juga dengan harta karun yang konon ada dalam ruang-ruang di Vatikan.

Bahkan ada dugaan bahwa Paus memiliki bukti keberadaan mahluk angkasa luar (extraterrestrial) dan setan yang disembunyikan baik-baik dalam katakombe (gua bawah tanah). Namun, ternyata, rahasia berkas-berkas itu lebih realistis daripada yang diduga.

Karena alasan itu, seperti dikutip dari Ancient Origins pada Rabu (1/2/2017), rahasia itu malah lebih menarik. Ada surat-surat tulisan tangan dari para tokoh seperti Ratu Mary dari Skotlandia dan Abraham Lincoln, hingga dekrit pengasingan Martin Luther. Yang jelas, isi arsip-arsip itu cukup membuat mata membelalak.

Sifatnya yang menagawang itulah membuat isinya sangat menarik, sekaligus membuatnya dijaga ketat.

Sebenarnya, bukan bukti keberadaan alien yang dicoba disembunyikan dari mata orang luar, melainkan dokumen yang melibatkan keterlibatan oknum gereja pemerintahan Mussolini, atau bahkan gerakan anti-Semit yang digagas Hitler.

Archivum Secretum

Kebenaran tentang arsip-arsip rahasia bermula dari kesalahan penterjemahan bahasa Latin. Nama kumpulan arsip Vatikan adalah Archivum Secretum Apostolicum Vaticanum.

'Secretum' dalam bahasa Latin bukan berarti 'secret' atau 'rahasia' seperti yang disangka orang, tapi lebih tepat diterjemahkan sebagai 'personal' atau 'pribadi'.

Arsip-arsip itu sebenarnya terdiri dari surat-surat pribadi dan catatan-catatan historis para Paus sebelumnya selama 4 abad belakangan.

Kumpulan arsip itu dimulai oleh Paus Paulus V yang merasakan nilai penting sejarah korespondensi itu dan paham bahwa dokumen-dokumen itu harus dilestarikan.

Namun begitu, mentalitas pada Abad ke-17 adalah bahwa orang biasa tidak perlu mengintip pertukaran kata-kata antara para Raja dan kepala Gereja, sehingga arsip-arsip itu dikunci rapat-rapat.

Akses ke Arsip Pribadi

Baru pada 1881, Paus Leo XIII mengizinkan para peneliti untuk melihat sebagian isi arsip. Tapi, itu bukan hal yang gampang bagi seseorang untuk melihat dokumen tadi dan prosedurnya belum banyak berubah selama 200 tahun terakhir ini.

Yang jelas, jurnalis, mahasiswa, dan peneliti amatir tidak diberikan akses. Setelah pihak yang tertarik membuktikan dirinya sebagai cendekiawan serius, izin diberikan dan harus diperbarui setiap 6 bulan.

Untuk menuju tempat arsip, seperti kata O'Loughlin pada 2014, "Seorang cendekiawan harus masuk lewat Porta Sant'Anna, melewati para Pengawal Swiss, berjalan melewati Cortile del Belvedere, dan menunjukkan izinnya."

(Sumber Wikimedia Commons)

Setelah dipersilakan, cendekiawan itu harus menyebutkan dokumen tertentu yang ingin mereka telaah dan hanya boleh menelaah 3 dokumen per hari.

Jadi, cendekiawan itu hanya boleh menelisik katalog isi arsip dan memilih artikel yang ada dalam katalog bertuliskan tangan dalam bahasa Italia atau Latin.

Katalog-katalog itu sendiri cukup menantang karena arsip-arsip di sana, seperti kata Keyser (2015), "tersusun dalam rak sepanjang 80 kilometer dengan dokumen-dokumen yang bertarikh hingga Abad ke-8."

"Jika dalam beberapa menit mereka sadar bahwa apa yang dicari tidak ada dalam folder yang diminta, mereka terpaksa pulang. Ini merupakan tantangan bagi para sarjana yang terbatas waktunya atau mereka yang datang dari tempat jauh."

Komputer diizinkan, tapi fotografi tidak boleh, sehingga para pakar harus mengandalkan kemampuan mencatat dan mengertik mereka.

Harta Karun Sejarah

Bagi seseorang yang cukup beruntung mendapatkan akses ke Arsip Vatikan, ada baiknya untuk mencari sejumlah harta karun seperti berikut ini:

- Gulungan 60 meter berisi catatan pengadilan terhadap Knights Templar yang berlangsung selama beberapa tahun sejak 1307.

- Inter caetera, dekrit kepausan terbitan Paus Alexander VI pada 1493 yang membagi dunia menjadi dua pihak, Spanyol dan Portugis.

- Sepucuk surat dari Michelangelo kepada Paus Julius II

- Dekrit kepausan 1521 oleh Paus Leo X yang mengasingkan Martin Luther

- Petisi 1530 dari Raja Henry VIII kepada Paus Clement VII yang meminta pembatalan pernikahan sang raja dengan Catherine dari Aragon dengan menyertakan tandatangan dan segel dari 80 ksatria dan imam Inggris. Paus menolak petisi itu.

Surat Raja Henry VIII kepada Anne Boleyn (ranah publik)

- Sepucuk surat untuk Paus Sixtus V dari Ratu Mary di Skotlandia yang memohon kepada Gereja untuk turut campur sesaat sebelum hukuman mati baginya.

- Beberapa catatan terkait peradilan terhadap Galileo pada 1633.

- Sepucuk surat dari Paus Innocent X dari Ibu Suri Helena Wang dari China -- yang memeluk agama Katolik. 

- Sepucuk surat dari Paus Clement XII kepada Dalai Lama VII yang memohon perlindungan bagi para misionaris Fransiskan di Tibet.

- Surat-surat tahun 1863 dari Abraham Lincoln dan Jefferson Davis dalam upaya meminta Paus Pius IX berpihak kepada kubu Union atau Konfederasi dalam Perang Sipil Amerika Serikat. Dua pemimpin Amerika itu bukan Katolik.

Paus Pius XII

David Kertzer, ahli sejarah dari Brown University, berhasil memeriksa dokumen dari masa Paus Pius XI (1922 - 1939).

Ia menyimpulkan bahwa Paus "membuat kesepakatan dengan Mussolini untuk melindungi kepentingan Gereja asalkan tutup mulut tentang anti-Semit yang disokong negara, suatu kesimpulan yang berseberangan dengan pengakuan Gereja", demikian menurut O'Loughlin (2014).

Beberapa kelompok menekan Paus Fransiskus untuk membeberkan semua isi terkait dengan Paus Pius XII (1939 – 1958) agar dunia akhir mengetahui dengan pasti keterlibatannya dengan Nazi.

Ada beberapa yang mengatakan bahwa ia mendukung Hitler, serupa dengan kesepakatan Gereja dengan Mussolini. Sebagian lagi mengatakan bahwa Paus menentang Nazi dan membantu menyembunyikan kaum Yahudi dan pihak-pihak lain yang menjadi sasaran Nazi.

"Orang bicara, para cendekiawan bicara. Adakah yang masih sengaja disembunyikan karena tidak terlalu nyaman menurut pandangan Gereja?" kata Kertzer.

Lux in Arcana. (Sumber Vatican)

Walau begitu, Kertzer mengakui bahwa Arsip Rahasia dikelola oleh para profesional dan, menurut O'Loughlin (2014), "ada penghargaan terhadap keilmuan serius tentang sejarah."

Pada 2012, sebagai bagian dari perayaan 400 tahun arsip-arsip itu, ada 100 dokumen yang dibeberkan kepada publik melalui pameran bertajuk "Lux in Arcana".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya