Liputan6.com, Jakarta Pariwisata menjadi andalan perekonomian Desa Hakuba, yang terletak di Prefektur Nagano, Jepang.
Dikelilingi pegunungan es memiliki ketinggian hingga 3.000 meter dan berada di dataran tinggi, desa ini kaya akan pemandangan alam yang indah.
Tak hanya saat musim dingin tiba, di mana salju berbentuk bubuk menyelimuti, desa Hakuba juga menyuguhkan pemandangan dan pilihan wisata yang mengasyikkan di musim gugur, semi, hingga panas.
Advertisement
Sektor pariwisata di Hakuba telah lama berkembang, utamanya di kalangan pemain ski. Menurut Wakil Kepala Desa Hakuba, Humitoshi Oota, penginapan dan resort ski pertama mulai beroperasi pada 1993. Jumlah wisatawan yang hendak bermain ski terus meningkat setelah Olimpiade Musim Dingin 1998 berlangsung di Nagano, Jepang.
Namun beberapa tahun belakangan, jumlah pemain ski yang datang ke Hakuba terus merosot. Namun wisatawan tetap bertambah. Sebab, Hakuba juga menawarkan berbabagi pemandangan yang tak kalah indahnya di luar musim dingin.
"Semua musim di Hakuba menyuguhkan pemandangan bagus. Sekarang musim dingin, dan Anda sudah lihat pemandangannya bagus sekali bukan?" kata Humitoshi.
Baca Juga
Desa Hakuba juga terus berbenah. Untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, Hakuba berusaha memberikan kemudahan bagi turis Muslim.
Beberapa hotel di Hakuba, seperti Hakuba Happo Hot Springs Shiroumaso, Hakuba Hotel La Neighi Higashi Kan, dan Hakuba Sun Valley Hotel telah menyediakan menu makanan halal bagi umat Islam.
Sun Valley bahkan menyediakan sajadah di kamar dan membuat ruang sholat (musala) di hotel bagi turis yang hendak melaksanakan sholat jamaah. Saat liputan6.com bersama 15 wartawan dan atlet dari Indonesia berkunjung ke Hakuba, pemerintahan di sana juga segera membekali para pemilik homestay yang menjadi tuan rumah dengan sajadah dan informasi makanan halal bagi peserta muslim.
Sekretaris Eksekutif Asosiasi Turis Hakuba, Bunsei Sato, mengatakan, bukan kali ini saja mereka menerima turis dari Indonesia.
"Sebelumnya juga ada rombongan dari Indonesia yang sudah ke sini," kata Sato.
"Pada saat itu, kami mendengar bahwa para peserta muslim kesulitan untuk mendapatkan makanan halal. Sejak saat itu kami berusaha agar umat muslim tidak kesulitan lagi dapat makanan halal di sini," katanya.
Meski demikian, bukan perkara mudah menyediakan tempat khusus makanan halal bagi pemerintah Hakuba. Sebab mereka belum mengetahui secara detail standar makanan halal bagi umat muslim.
Apalagi komunitas muslim juga sangat terbatas di Hakuba. "Tempat ibadah muslim (masjid) belum ada di Hakuba," kata Sato menambahkan.
Tak hanya turis muslim, warga Hakuba juga memperhatikan budaya dan tradisi masyarakat lain seperti menu bagi vegetarian hingga shojin meal (makanan untuk biksu Budha).
Selain makanan, warga Hakuba tidak kesulitan beradaptasi dengan budaya asing. Masyarakat sudah lebih terbuka sejak wisatawan dari mancanegara datang menyerbu pada Olimpiade Musim Dingin 1998 lalu.
"Di sini warga sangat ramah dan gampang beradaptasi dengan dengan budaya asing. Semoga Anda betah selama di sini," Humitoshi menambahkan.