Di India, 'Cinta' Membunuh 6 Kali Lebih Besar daripada Terorisme

Menurut sebuah data statistik pemerintah India, antara tahun 2001 hingga 2015 alasan 'cinta' berada di balik 38.585 kasus pembunuhan.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 03 Apr 2017, 09:09 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2017, 09:09 WIB
Di India, 'Cinta' Membunuh 6 Kali Lebih Besar Dibanding Terorisme
Dua pelaku (ibu dan saudara pria) pembunuhan atas nama kehormatan di Rohtak, India pada 10 Agustus 2016 (AFP)

Liputan6.com, Andhra Pradesh - Serangan teror mungkin telah menjadi tajuk di banyak surat kabar dalam 15 tahun terakhir. Namun, di India, cinta lebih banyak membunuh dibanding serangan terorisme itu sendiri.

Menurut sebuah data statistik pemerintah India, antara tahun 2001 hingga 2015 alasan "cinta" berada di balik 38.585 kasus pembunuhan. Pemerintah juga menghitung atas nama kasih sayang telah terjadi 79.189 kasus bunuh diri.

Tak hanya itu, sekitar 260 ribu kasus penculikan yang tercatat dalam kurun waktu itu telah terjadi. Dan alasan pernikahan menjadi motif untuk menculik perempuan. Demikian, seperti dikutip dari Times of India, Senin (3/4/2017).

Jadi, selama 2001 hingga 2015, jika dirata-ratakan ada tujuh kasus pembunuhan, 14 bunuh diri, dan 47 kasus penculikan tiap harinya. Semua atas nama cinta.

Sementara itu, untuk kasus teror, "cinta" telah menewaskan 20 ribu orang, termasuk warga sipil dan petugas keamanan di periode yang sama. Data itu memperlihatkan teror paling banyak terjadi di negara bagian Andhra Pradesh, diikuti oleh negara bagian Uttar Pradesh, Maharashtra, Tamil Nadu dan Madhya Pradesh di mana kasus pembunuhan bermotif atas nama cinta.

Pada kasus-kasus ini, pria yang ditolak cintanya berubah menjadi kekerasan. Kekasih yang sedih memilih untuk mengakhiri hidupnya, serta pembunuhan yang dilakukan karena kemarahan sosial atas urusan cinta yang menggoncang kelas dan kasta hierarki atau honor killing.

"Untuk memahami kekerasan ini yang menimpa seseorang ketika menghadapi pernikahaan, kita harus memahami patriaki dan sistem kasta," kata pensiunan Profesor Uma Chakravarti uang telah melakukan banyak riset terkait gender di negeri itu.

Menurut Profesor Uma, kasta adalah cara untuk mengontrol dan satu-satunya cara untuk selamat adalah kontrol dalam pernikahan.

"Jika ingin selamat hidupnya, perempuan harus tunduk pada nilai patriaki dan aturan ada kasta. Hanya mereka yang tewas karena menolak kedua sistem itu," ujarnya.

Jumlah kematian pun banyak menimpa kaum perempuan dibanding kaum pria.

"Lebih banyak kasus pembunuhan menimpa perempuan, terutama mereka korban honor killing. Tapi urusan bunuh diri, jumlah pria dan wanita nyaris sama," kata Uma.

Menurut Jagmati Sangwan dari organisasi All-India Democratic Women's Association (AIDWA), kebanyakan kasus bunuh diri terjadi karena situasi yang suram di mana negara bagian meninggalkan warganya yang dijadikan target bagi institusi yang mengendalikan kasta dan hierarki kelas.

"Perlu diperhatikan bahwa hingga sekarang kekuasaan keluarga terhadap satu individu masih kuat. Lewat keluarga, mereka mengontrol pernikahan dengan ketat," terang Jagmati.

Di balik jumlah kasus yang mengesankan itu, para ahli percaya hal itu terjadi karena polisi lokal di negara-negara bagian tertentu telah terlibat dalam pembunuhan tersebut. Atau mereka pura-pura tidak tahu atas kasus macam honor killing.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya