Liputan6.com, Gaza - Satu-satunya pembangkit listrik yang berfungsi di Jalur Gaza berhenti beroperasi setelah kehabisan bahan bakar. Insiden ini membuat dua juta warga di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas hanya dapat menikmati listrik selama enam jam dalam satu hari -- sebelumnya delapan jam.
Samir Metir, kepala penyedia listrik Gaza seperti dilansir Al Jazeera, Senin, (17/4/2017) mengatakan bahwa seluruh bahan bakar yang dibeli dengan dana bantuan dari Qatar dan Turki telah habis.
Baca Juga
Menurutnya, tidak pasti kapan wilayah itu akan menerima pasokan lain, mengingat "sengketa" antara otoritas kelistrikan di Gaza dan di Tepi Barat, sebuah wilayah yang dikuasai Fatah -- kelompok yang memimpin otoritas Palestina saat ini. Hamas merebut Gaza dari Fatah tahun 2007.
Advertisement
Sebuah perjanjian pembagian kekuasaan antara Hamas dan Fatah gagal terwujud, sementara warga telah menderita akibat blokade Israel selama satu dekade, mencekik perekonomian lokal, dan sangat membatasi pasokan.
Metir mengatakan pembangkit listrik tidak mampu membayar pajak bahan bakar yang sangat besar yang dikenakan oleh otoritas Palestina.
"Hari ini kami memiliki sekitar enam jam listrik yang menyala. Nantinya akan mati selama 12 jam," ujar Ezz Zanoun, seorang fotografer di Gaza kepada Al Jazeera.
"Besok mungkin akan jauh lebih buruk. Kami perkirakan sekitar empat jam dan dari sanalah masalah sebenarnya dimulai," imbuhnya.
Pada Januari lalu, protes meletus karena isu kelistrikan. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, terganggunya pasokan listrik dapat menimbulkan "konsekuensi berbahaya" bagi pasien rumah sakit. Pasokan air minum dikhawatirkan juga akan terpengaruh.
Masalah tersebut lantas selesai dengan sumbangan bebas pajak dari Qatar dan Turki, namun kini pasokan bahan bakar dan dana bantuannya sudah habis. Penutupan pembangkit listrik ini berarti membuat warga bergantung pada pasokan listrik yang disediakan Israel dan Mesir.
Menurut sejumlah kelompok internasional, 80 persen warga Gaza hidup dari bantuan kemanusiaan dan lebih dari setengah mereka merupakan warga miskin. Times of Israel memuat dalam laporannya, lebih dari dua per tiga rumah tangga tidak membayar tagihan listrik karena mereka tidak mampu membelinya.
Sementara itu kantor berita Maan mengutip pernyataan seorang jubir pemerintah Palestina yang menuding Hamas telah mengumpulkan jutaan shekel dari warga Gaza untuk listrik, namun tidak meneruskan pembayarannya.
Saksikan juga video berikut ini: