Liputan6.com, Dublin - Warga desa Dooagh di Pulau Achill, Irlandia gembira bukan kepalang. Hal itu terjadi setelah pantai mereka yang hilang 33 tahun lalu kembali seperti semula. Hamparan pasir lembut membingkai pinggir laut.
Pantai tersebut hilang pada saat badai dahsyat terjadi pada musim semi tahun 1984. Badai itu melenyapkan hampir semua pasir di pantai.
Baca Juga
Saat badai 33 tahun lalu, ketika pasir dan pantai menghilang, yang tersisa adalah lautan batu yang tak nyaman diinjak. Akibat peristiwa alam itu, hampir seluruh hotel, guest house, dan kafe di desa itu tutup. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, pada Senin (8/5/2017).
Advertisement
Namun, bak sihir, berkat pasang surut yang mencengangkan, ratusan ribu ton pasir kembali datang ke pantai itu, dalam 10 malam di akhir bulan April lalu. Akibatnya, garis pantai sepanjang 300 meter tercipta kembali.
Sean Molloy, manajer Turisme Achill mengatakan, "Sebelum garis pantai ini hilang, pantai ini telah ada sepanjang hidup umat manusia. Namun, semua berakhir pada tahun 1984."
"Saat itu, ada badai luar biasa besar yang menghancurkan pantai dan menghilangkan pasir secara total," kata Molloy lagi.
Molloy lantas berkisah, pada bulan April ketika Paskah, hembusan angin datang dari utara terus-menerus.
"Angin sangat konstan dan stabil. Mungkin membawa materi dari tempat lain sehingga pasir kemudian datang," ujar Molloy.
Molloy mengatakan, dalam sepuluh hari, tiba-tiba kawasan bebatuan itu ditutupi tumpukan pasir. "Warga sekitar gembira luar biasa. Mereka kembali mendapatkan pantainya," lanjut Molloy.
Ia mengatakan fenomena ini adalah contoh dari kekuatan alam semesta.
Penduduk setempat, Alan Gielty, seorang generasi ketiga yang mengelola bar lokal di sekitar pantai, mengatakan, hadirnya pantai di kawasan itu mengundang banyak turis.
"Pantai itu hilang pada tahun 1980-an karena badai yang luar biasa mengerikan. Hanya menyisakan batu-batu untuk kami," kenang pria 48 tahun.
"Sekarang pasir itu kembali. Pantai kami ada lagi. Ini luar biasa. Desa kami terlihat makin indah," kata Gielty.
Pantai yang Tak Abadi
Pada tahun 1845, saat kelaparan melanda sejumlah tempat di Irlandia, banyak keluarga pindah ke tempat terdekat pantai itu untuk tinggal, menggantungkan hidup dari mencari ikan dan bertani di tanah yang subur.
Menurut buku-buku sejarah, pantai di Dooagh juga pernah lenyap pada tahun 1890-an tapi kembali dalam tiga dekade kemudian, ketika sebuah dermaga dibangun pada tahun 1927.
Sebelum pantai itu kembali, terompet dibunyikan keras-keras untuk memanggil penduduk desa ke pantai, karena ada rumput laut dalam jumlah besar terdampar.
Salah satu penduduk Dooagh, Emmet Callagahn mengaku masih memiliki terompet asli yang dibunyikan kakek buyutnya, Patrick Callaghan, kala itu.
Setelah fenomena rumput laut itu terjadi, penduduk kemudian menyaksikan hamparan pasir kembali ke pinggir laut.
Sejarah berulang pada tahun 1980-an, pantai itu kembali hanyut. Kondisinya kian parah akibat badai hebat yang terjadi pada 2014 dan 2015 yang menghancurkan daerah tersebut serta merusak akses langsung ke pantai.
Molloy menambahkan pada tahun lalu, muncul beberapa ceruk kecil berisi pasir, menciptakan jalur sempit sepanjang 15 meter saat air surut.
Pada bulan April 2017, ratusan ribu ton pasir mengendap menciptakan pantai yang indah yang terlihat saat ini.
"Infrastrukturnya belum dibangun kembali saat ini, tapi jika semuanya berjalan dengan baik, mudah-mudahan Achill bisa memiliki pantai yang bisa dinikmati dalam waktu dekat," kata Sean.
Meski demikian, Dr Ivan Haigh, associate professor di bidang oseanografi pesisir di University of Southampton mengatakan kawasan itu merupakan daerah yang sewaktu-waktu bisa berubah. Pantai itu mungkin tak abadi.
"Pasir sepanjang pantai berada kondisi labil. Naik turun. Bisa hilang oleh badai, ombak, dan angin," kata dia.
"Hal ini juga dipengaruhi oleh pasokan sedimen yang ada dari peregangan garis pantai yang berjarak 100 km.
Sebaliknya, kekuatan badai dan ombak yang selalu berubah memungkinkan pengondisian terbentuknya hamparan pasir baru.
"Kembalinya pantai bisa terjadi karena adanya kemungkinan perubahan pasokan pasir, jauh di lepas pantai," tambah dia.
Advertisement