Filipina Klaim Mendekati Pertahanan Terakhir Pemberontak Maute

Dibantu helikopter dan serangan udara, pasukan Filipina mengklaim semakin mendekati garis pertahanan terakhir pemberontak Maute di Marawi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 16 Jul 2017, 14:36 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2017, 14:36 WIB
Kota Marawi
Asap hitam membumbung tinggi ke udara usai militer pemerintah Filipina melancarkan serangan udara ke sebuah lokasi yang telah dikuasai oleh militan Maute di kota Marawi, Filipina Selatan, (27/5). (AP Photo / Bullit Marquez)

Liputan6.com, Marawi - Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) mengklaim bahwa pasukan pemerintah semakin menyeruak masuk ke Marawi, hingga mendekati kawasan yang menjadi benteng pertahanan terakhir pemberontak Maute.

Operasi itu dilakukan oleh Joint Task Force Marawi AFP, yang terdiri dari infanteri dan didukung oleh helikopter, pesawat pengebom, dan artileri. Demikian seperti yang diwartakan Inquirer.net, Minggu (16/7/2017).

Tembakan artileri menargetkan pemberontak Maute yang menduduki sejumlah desa di Marawi, seperti Marianut, Lilod, Raya Madaya, dan Bangolo. Para militan pemberontak dikabarkan membentuk pertahanan di sejumlah struktur bangunan di kawasan tersebut.

Sementara itu, pada kesempatan berbeda, AFP menjelaskan bahwa korban tewas dari pasukan pemerintah telah mencapai 93 orang, termasuk personel yang tewas akibat insiden 'friendly fire'. Informasi itu dijelaskan oleh juru bicara AFP, Brigadir Jenderal Restituto Padilla, pada Sabtu lalu.

Dari kubu pemberontak, AFP menjelaskan, korban tewas telah mencapai 339 orang, dari total militan yang diestimasi seluruhnya berjumlah 700 personel. Data itu diklaim akurat oleh pemerintah, karena bersumber langsung dari bukti visual yang dihimpun para personel di lapangan dan penghitungan jenazah militan yang ditemukan.

Sementara itu, militer pemerintah telah menemukan sekitar 500 pucuk senjata api (senpi) serta ribuan butir amunisi milik para pemberontak Maute. Senpi itu ditemukan oleh AFP setelah berhasil menyerbu sejumlah struktur pertahanan pemberontak.

Selain itu, sejak pertempuran di Marawi pecah pada 23 Mei 2017, AFP menjelaskan bahwa sekitar 2.000 warga sipil masih terjebak di dalam area konflik bersenjata. Hingga kini, otoritas pemerintah masih terus menyelamatkan para warga sipil yang terjebak.

Saksikan juga video berikut ini

 

 

 

 

 

 

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya