Liputan6.com, Jakarta - Memiliki kecocokan seksual dengan pasangan tentu saja baik bagi hubungan dengan pasangan dan kecocokan itu menjaga kebahagiaan seseorang.
Namun demikian, itu belum cukup. Suatu penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa hubungan seks secara teratur juga membuat seseorang awet muda.
Lalu, seberapa sering orang harus melakukan seks agar terasa manfaat menjaga awet muda itu?
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari The Sun pada Senin (17/7/2017), para peneliti di California mendapati bahwa tudung perlindungan DNA berada dalam keadaan yang lebih baik pada kaum wanita yang melakukan seks sekali dalam seminggu.
Tudung pelindung DNA itu dikenal dengan sebutan telomer. Tudung pelindung itu menjadi bagian DNA yang menjadi penanda penuaan dan kesehatan pada umumnya.
Dalam keadaan yang terawat, telomer menjaga kebugaran DNA kita dan mencegah terurainya kromosom ketika kita sedang menua. Bukan hanya itu, telomer yang pendek menjadi penanda rentang hidup yang lebih pendek.
Para peneliti menanyai 129 wanita yang sedang dalam hubungan. Mereka ditanyai tentang kegiatan seksual selama seminggu, lalu menjalani pemeriksaan darah.
Para peneliti menemukan telomer yang "jelas-jelas" lebih panjang pada wanita yang mengatakan mereka melakukan keintiman seksual sekali dalam seminggu.
Penelitian itu dipimpin oleh Tomás Cabeza de Baca dari University of California. Ia menjelaskan kepada PsyPost bahwa telomer adalah "indeks biologis untuk penuaan dan kesehatan sistemik."
Ia mengatakan bahwa keterkaitan seksual dengan telomer yang lebih panjang itu tidak terpengaruh oleh apakah hubungan itu berbahagia atau tidak bahagia di luar urusan ranjang.
Menurutnya, "Kaitan demikian berlaku ketika ita mengendalikan ukuran-ukuran kualitas hubungan, stres yang dijalani, dan beberapa alasan penting lainnya."
Dr. de Baca melanjutkan penjelasannya dan mengatakan bahwa proses kehidupan normal, misalnya penuaan alamiah, telah memperpendek tudung-tudung tersebut.
Katanya, "Seiring berjalannya waktu, telomer yang mengalami pemendekkan mungkin ikut andil pada penyakit-penyakit degeneratif dan kematian dini."
Penelitian sebelumnya mengkaitkan telomer-telomer yang lebih pendek dengan peningkatan risiko penyakit. Tapi penelitian juga mendapati bahwa makanan sehat dan olah raga dapat memperkecil risiko.